Artinya: “Wahai sekalian manusia, dengarkanlah perkataanku! Aku belum tahu secara pasti, boleh jadi aku tidak akan bertemu kalian lagi setelah tahun ini dengan keadaan seperti ini.”
Belum selesai pidato itu, turun ayat Al-Qur’an yang semakin memperkuat bahwa tidak lama lagi Nabi akan tutup usia.
اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْاِسْلَامَ دِيْنًاۗ فَمَنِ اضْطُرَّ فِيْ مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّاِثْمٍۙ فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Artinya: “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Maidah [5]: 3).
Ma’asyiral muslimin a’azzakumullah, Peristiwa Haji Wada’ ini merupakan momen bersejarah yang menjadi teladan penting bagi persatuan umat dan peningkatan kualitas keimanan setiap Muslim.
Sehingga, bertepatan dengan pemulangan jamaah haji ke Tanah Air seperti sekarang ini penting kiranya peristiwa tersebut menjadi bahan renungan bersama.
Setelah rampung menunaikan rukun Islam yang kelima, sudah seharusnya umat Muslim lebih kompak dalam menjaga persatuan.
Kita menyaksikan sendiri, saat momen haji ada jutaan umat Muslim dari berbagai negara berkumpul menjadi satu dalam niat yang sama untuk beribadah. Mereka terdiri dari ragam bangsa, bahasa, ras, suku, dan budaya.
Ini merupakan simbol persatuan Muslim global yang sempurna.
Sekembalinya ke Tanah Air masing-masing, semoga kekompakan itu membekas dan mewarnai pada pribadi tiap-tiap Muslim.
Selain itu, sudah semestinya sepulang dari Tanah Suci umat Muslim memiliki kualitas iman yang lebih kuat.
Haji Wada’ telah mengajarkan kemapanan iman umat Nabi, maka pada kesempatan haji-haji yang lain juga seharusnya menjadi kesempatan bagi seluruh umat Islam untuk lebih meningkatkan kualitas amal ibadah.
Dalam sejumlah kesempatan para ulama menyampaikan, tanda seseorang mendapat predikat haji mabrur adalah semangat ibadahnya mengalami peningkatan dibanding sebelum haji.
Selain itu, ia juga menyudahi perbuatan-perbuatan maksiat yang dulu sering diperbuatnya.
Ma’asyiral muslimin a’azzakumullah