TRIBUNSUMSEL.COM -- Bukit Shafa dan Marwa Adalah, Berikut Kisah Siti Hajar dan Nabi Ismail yang Kemudian Jadi Ibadah Sai.
Shafa dan Marwah merupakan dua bukit yang berada di dekat Kabah di kota Mekkah Arab Saudi.Tempat di antara bukit ini digunakan sebagai tempat Sa'i yaitu bagian dari rukun haji dan umroh yang wajib dilakukan jemaah haji maupun umroh.
Jarak antara Shafa dan Marwah ini sekitar 450 meter.
Biasanya Shafa dan Marwah ini ramai lalu lalang orang-orang yang sedang melakukan ibadah haji dan umrah.
Hal ini karena Sa'i menjadi salah satu rukun yang harus dipenuhi dalam ibadah tersebut.
Sejarah Bukit Shafa dan Marwah
Dikutip dari tribunwiki.com, Kisah yang terjadi di bukit Shafa dan Marwah ini yakni kisah antara Siti Hajar dengan Nabi Ismail.
Pada zaman dahulu, Nabi Ibrahim yang merupakan istri dari Siti Hajar dan ayah dari Nabi Ismail diperintahkan oleh Allah SWT untuk meninggalkan istri dan anaknya itu di gurun pasir sebagai ujian keimanan.
Hari berganti hari, perbekalan yang dimiliki Siti Hajar dan Nabi Ismail semakin sedikit.
Puncaknya yakni ketika Nabi Ismail menangis karena kehausan sedangkan posisinya saat itu di gurun yang mana air sangatlah sulit.
Siti Hajar yang tidak tahan melihat sang bayi menangis akhirnya berlari dari Shafa ke Marwah karena di sana terlihat ada air.
Namun sesampainya di sana, tidak ditemukan air sedikit pun.
Dari Marwah ia kembali melihat seolah di Shafa ada air sehingga ia balik lagi ke Shafa.
Hal itu berlangsung hingga 7 kali.
Hingga akhirnya tidak disangka mata air itu ke luar dari hentakan kaki Nabi Ismail yang masih bayi itu.
Siti Hajar yang melihatnya langsung berkata "Zam-Zam" yang artinya berkumpul.
Hingga kemudian, peristiwa ini dijadikan rukun ibadah Haji dan Umrah, yang disebut ibadah sa'i.
Orang-orang yang Haji dan Umrah harus melaksanakan seperti yang dilakukan oleh Siti Hajar tersebut.
Namun seiring berjalannya waktu, di sekeliling dua bukit tersebut kemudian dibangun dan menyatu dengan Masjidil Haram.
Sehingga orang-orang melakukan Sa'i tidak terlalu merasakan panas seperti halnya yang dialami Siti Hajar.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al Baqarah ayat 158 yang artinya,
إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ
“Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah”.
Bukit shafa menjadi saksi banyak peristiwa penting sepanjang sejarah Islam.
Pertama, dakwah di atas bukit Shafa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah naik ke bukit ini dan menyeru orang-orang Quraisy untuk beriman kepada Allah, risalah Islam, kepada hari akhir, serta mengingatkan mereka akan neraka.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ketika surat Asy- Syuaro ayat 214 -yang berisi perintah untuk memperingatkan kerabat Rasulullah- diturunkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam naik ke bukit Shafa untuk menyeru.
Kedua, tantangan orang – orang kafir untuk membuktikan kebenaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dari Ibnu Abbas ra, bahwa ia berkata:
Orang-orang Quraisy datang kepada Nabi dan berkata: “Mohonlah kepada Tuhanmu agar menjadikan bukit Shafâ ini emas bagi kami, sehingga kami akan beriman.” “Apakah kalian akan melakukannya?”, timpal Rasulullah. Lalu mereka menjawab: “Iya”. Kata Ibnu Abbas, setelah itu Nabi memohon sehingga datanglah Malaikat Jibril sambil berkata: “Sesungguhnya Tuhanmu memberi salam kepadamu. Jika Aku menghendakinya, niscaya dijadikannya bukit Shafa itu emas buat mereka. Dan barangsiapa dari mereka ingkar setelah itu, maka Aku akan menyiksanya dengan siksa yang belum pemah Aku timpakan kepada seluruh alam raya ini. Dan jika Aku menghendaki, niscaya Aku bukakan bagi mereka pintu taubat dan rahmat.” Lalu Nabi Menjawab: “Aku ingin pintu taubat dan rahmat”.
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa saat itulah turun surah Al Isro’ ayat 59 yang artinya. “Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu.”
Ketiga, perlakuan buruk Abu Jahal kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Suatu ketika, Abu Jahal berjalan di Shafa melewati Rasulullah lalu menyakiti dan memukul kepala beliau dengan batu hingga terluka dan mengeluarkan darah.
Ketika Hamzah bin Abdul Muthalib mengetahui hal itu, ia langsung mendatangi Abu Jahal yang ketika itu sedang berada di Nadi (tempat perkumpulan) Quraisy di dekat Ka’bah. “Bagaimana engkau mengumpat keponakanku sementara aku berada dalam agamanya?” kata Hamzah. Kemudian ia memukul Abu Jahal dengan busur panah hingga menyebabkan luka yang cukup parah.
Keempat, Shafa sebagai tempat berkumpul. Setelah dakwah Islam berhasil, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kembali ke Mekah untuk membebaskan kota itu, dan menyuruh Khalid bin Walid beserta orang-orang yang bersamanya agar masuk melalui dataran rendah Mekah, sehingga akhirnya mereka berkumpul di Shafa. Menyaksikan hal itu, Rasulullah kemudian bersabda, “Tempat kumpul kalian ialah Shafa”.
Kelima, setelah pembebasan Mekah, Rasulullah mencium Hajar Aswad, lalu thawaf di sekeliling Ka’bah. Selesai menunaikan thawaf, beliau langsung menuju Shafa dan naik ke atas bukit tersebut hingga melihat Kabah, kemudian mengangkat kedua tangan beliau, memuji Nama Allah dan berdo’a tentang apa saja.
Keenam, pemberian maaf dan peryataan keamanan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri diatas bukit ini ketika menyeru kepada pasukan muslim tentang bagaimana mereka harus memperlakukan penduduk Mekah setelah pembebasan Mekah.
Ketujuh, masuk Islam. Bukit Shafa menjadi saksi bahwa orang-orang yang dahulunya ikut mengusir, menyakiti dan memerangi Nabi ketika di Mekah, mereka berkumpul di sekitar Shafã untuk berbai’at masuk Islam, mengakui tauhid dan risalah yang dibawa Rasulullah.
Kedelapan, Allah berfirman dalam Suroh An-Naml ayat 82 yang artinya, “Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesunggulmya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami”.
Dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bersegeralah dalam bekerja sebelum terbitnya matahari hingga terbenamnya, dan sebelum datangnya Dajjal dan binatang-binatang melata.”
Ada perbedaan pendapat mengenai darimanakah keluarnya? Ada yang mengatakan keluar dari bukit Shafa di Mekah, ada pula yang mengatakan dari Bukit Abu Qubais. Dan ada juga yang berpendapat keluarnya dari Masjid paling besar, paling agung, dan paling mulia. Sementara ada pula yang berpendapat lain.
Namun demikian, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa ketiga pendapat di atas sebetulnya dapat dipandang saling melengkapi. Bahwa bukit Shafta’ berasal dari bukit Abi Qubais dan berada di Masjid paling mulia, yaitu Masjidil Haram. Wallahu a’lam.
Itulah Bukit Shafa dan Marwa Adalah, Berikut Kisah Siti Hajar dan Nabi Ismail yang Kemudian Jadi Ibadah Sai.
Baca juga: Arti Allahumma Antassalam Waminkassalam, Bacaan Doa Masuk Masjidil Haram & Doa ketika Melihat Kabah
Baca juga: Arti Kalimat Labbaik Allahumma Labbaik, Dzikir Talbiyah yang Dilantunkan Jemaah Haji dan Umrah
Baca juga: 25 Ucapan Selamat Berangkat Haji dan Umroh yang Berkesan Penuh Doa, Untuk Keluarga Hingga Tetangga
Baca juga: Jabal Rahmah Adalah, Dijuluki Bukit Kasih Sayang, Favorit Jemaah Umroh & Haji Berdoa, ini Sejarahnya