seputar islam

Bukit Shafa dan Marwa Adalah, Berikut Kisah Siti Hajar dan Nabi Ismail yang Kemudian Jadi Ibadah Sai

Penulis: Lisma Noviani
Editor: Lisma Noviani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bukit Shafa dan Marwa Adalah, Berikut Kisah Siti Hajar dan Nabi Ismail yang Kemudian Jadi Ibadah Sai

Hal itu berlangsung hingga 7 kali.

Hingga akhirnya tidak disangka mata air itu ke luar dari hentakan kaki Nabi Ismail yang masih bayi itu.

Siti Hajar yang melihatnya langsung berkata "Zam-Zam" yang artinya berkumpul.

Hingga kemudian, peristiwa ini dijadikan rukun ibadah Haji dan Umrah, yang disebut ibadah sa'i.

Orang-orang yang Haji dan Umrah harus melaksanakan seperti yang dilakukan oleh Siti Hajar tersebut.

Namun seiring berjalannya waktu, di sekeliling dua bukit tersebut kemudian dibangun dan menyatu dengan Masjidil Haram.

Sehingga orang-orang melakukan Sa'i tidak terlalu merasakan panas seperti halnya yang dialami Siti Hajar.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al Baqarah ayat 158 yang artinya,

إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ
“Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah”.

Bukit shafa menjadi saksi banyak peristiwa penting sepanjang sejarah Islam.

Pertama, dakwah di atas bukit Shafa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah naik ke bukit ini dan menyeru orang-orang Quraisy untuk beriman kepada Allah, risalah Islam, kepada hari akhir, serta mengingatkan mereka akan neraka.

Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ketika surat Asy- Syuaro ayat 214 -yang berisi perintah untuk memperingatkan kerabat Rasulullah- diturunkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam naik ke bukit Shafa untuk menyeru.

Kedua, tantangan orang – orang kafir untuk membuktikan kebenaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dari Ibnu Abbas ra, bahwa ia berkata:

Orang-orang Quraisy datang kepada Nabi dan berkata: “Mohonlah kepada Tuhanmu agar menjadikan bukit Shafâ ini emas bagi kami, sehingga kami akan beriman.” “Apakah kalian akan melakukannya?”, timpal Rasulullah. Lalu mereka menjawab: “Iya”. Kata Ibnu Abbas, setelah itu Nabi memohon sehingga datanglah Malaikat Jibril sambil berkata: “Sesungguhnya Tuhanmu memberi salam kepadamu. Jika Aku menghendakinya, niscaya dijadikannya bukit Shafa itu emas buat mereka. Dan barangsiapa dari mereka ingkar setelah itu, maka Aku akan menyiksanya dengan siksa yang belum pemah Aku timpakan kepada seluruh alam raya ini. Dan jika Aku menghendaki, niscaya Aku bukakan bagi mereka pintu taubat dan rahmat.” Lalu Nabi Menjawab: “Aku ingin pintu taubat dan rahmat”.

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa saat itulah turun surah Al Isro’ ayat 59 yang artinya. “Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu.”

Halaman
123

Berita Terkini