Arti Kata Bahasa Arab

Arti Imanan Wahtisaban dalam Melaksanakan Ibadah Puasa, Ada pada Hadist Nabi Tentang Puasa Ramadhan

Artinya, “Maksud dari lafadz, “Imanan” adalah meyakini kewajiban puasanya. Sedangkan maksud lafadz, “Ihtisiban” adalah mencari pahala dari Allah SWT

Penulis: Lisma Noviani | Editor: Lisma Noviani
tribunsumsel/welly triyono
Arti Imanan Wahtisaban dalam Melaksanakan Ibadah Puasa, Ada pada Hadist Nabi Tentang Puasa Ramadhan 

TRIBUNSUMSEL.COM --Arti Imanan Wahtisaban dalam Melaksanakan Ibadah Puasa, Ada pada Hadist Nabi Tentang Puasa Ramadhan.


Diriwayatkan oleh Sayyidina Abu Hurairah Radhiyallahu'anhu, dari Nabi Muhammad SAW beliau bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ [وفي رواية]: مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

[رواه البخاري ومسلم]

 

Artinya, “Siapa saja yang berpuasa Ramadhan dengan dasar iman dan Ihtisaban, maka dosanya yang lalu pasti diampuni.”

Di dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda: “Siapa saja yang melakukan qiyam di malam hari Ramadhan, dengan dasar iman dan Ihtisaban, maka dosanya yang lalu pasti diampuni.” (Hr. Bukhari dan Muslim).


Apa yang dimaksud dengan imanan wahtisaban ?  Begini penjelasannya.

Al-Hafidz Imam Ibnu Hajar radhiallahu’anhu, menuturkan dalam kitabnya Fath al-Bari sebagai berikut:


اَلْمُراَدُ بِالإِيْمَانِ: الاِعْتِقَادُ بِفَرْضِيَّةِ صَوْمِهِ. وَبِالاِحْتِسَابِ: طَلَبُ الثَّوَابِ مِنَ اللهِ تَعَالَى.

Artinya, “Maksud dari lafadz, “Imanan” adalah meyakini kewajiban puasanya. Sedangkan maksud lafadz, “Ihtisiban” adalah mencari pahala dari Allah SWT.

Makna iman, dimaksud dalam firman Allah SWT bahwa puasa diwajibkan atas orang-orang merasa memiliki iman


Kata “ihtisaban”, menurut Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fathul Bari adalah “azimatan” yang dalam bahasa kita searti dengan ketetapan hati, kemauan kuat, dan tekad bulat dalam mencari pahala atau ridho Allah.

Puasa yang dikerjakan berdasarkan iman dan Ihtisaban akan menghapus dosa yang telah lalu, sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, yang akan dijelaskan nanti.

Secara psikologis, lanjut Ibnu Hajar, puasa yang dijalankan secara “ihtisaban” tidak terasa berat. Rasa lapar dan dahaga tidak menimbulkan lelah dan lemas.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved