TRIBUNSUMSEL.COM -- Arti Muazin dan Bilal Apakah Sama? Berikut Kisah Bilal bin Rabah dan Hikmah Mengumandangkan Azan.
Sering kita mendengar istilah kata bahasa Arab bilal dan muazin. Apakah arti dua kata tersebut. Bermakna sama atau ada perbedaannya sih? Yuk kita cari tahu bersama-sama.
Pengertian Bilal
Bilal artinya orang yang pertama kali menyerukan azan, atau orang yang mengumandangkan azan.
Kata bilal diambil dari kisah di zaman Rasulullah SAW tentang seorang yang bernama Bilal bin Rabah, yang telah menawan hati rasulullah karena suaranya yang merdu dalam mengajak orang untuk sholat.
Bilal bin Rabah adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad paling tepercaya dan setia. Bilal bin Rabah juga merupakan orang pertama yang menjadi muadzin atau orang yang bertugas mengumandangkan azan.
Bilal menjadi muadzin setelah ditunjuk langsung oleh Nabi Muhammad SAW. Sebelum memeluk Islam, Bilal adalah seorang budak milik Umayyah bin Khalaf. Setelah memeluk Islam, Bilal mengalami siksaan yang berat dari majikannya. Dia kemudian dibeli oleh Abu Bakar dan dibebaskan dari perbudakan. Namun, setelah Nabi Muhammad meninggal, Bilal enggan untuk menjadi muadzin lagi.
Hal itu disebabkan Bilal tidak pernah sanggup menyelesaikan lantunan adzannya. Ia selalu tersendat ketika melafalkan kalimat "Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah" yang berarti "Saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad utusan Allah".
Nama Bilal bin Rabah pun dikenang hingga sekarang. Setiap ada yang mengumandangkan azan atau iqamah dipanggil dengan nama bilal.
Pengertian Muazin
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) muazin atau u'azzin (bahasa Arab:مؤذن mu'aḏḏin) adalah orang atau beberapa orang terpilih di masjid yang bertugas untuk mengumandangkan panggilan ibadah (Shalat), yaitu "Azan" dan "Iqamah".
Melihat dari sisi arti, kata bilal dan muazin adalah merupakan persamaan kata. Sehingga dua istilah ini bisa digunakan saling menggantikan.
Azan merupakan salah satu syiar Islam, panggilan menuju shalat dan ibadah, serta media mendekatkan diri kepada Allah. Orang Islam diperintahkan untuk menjawabnya. Jika demikian, tentu azan memiliki keutamaan luar biasa dan pahala yang besar.
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang memanggil kepada Allah …" (Fushshilat [41]: 33). Mujahid (murid Ibnu Abbas RA) mengatakan, ayat tersebut diturunkan berkaitan dengan seorang muazin (pengumandang azan).
Ummul Mukminin Siti Aisyah RA menjelaskan, “Jika muazin menyeru, Hayya alas shalah, maka sungguh dia telah memanggil (kita) kepada Allah.” Suatu pagi Rasulullah SAW memanggil Bilal bin Rabah RA seraya bersabda, “Duhai Bilal, apa gerangan yang menyebabkanmu mendahuluiku ke surga? Kemarin malam, saya masuk surga, lalu saya mendengar derap sandalmu di depanku.”
Lantas Bilal menjawab, “Duhai Rasul Allah, saya tidak pernah azan sama sekali kecuali setelahnya saya mendirikan shalat sunah dua rakaat. Dan, saya tidak pernah berhadas sama sekali, melainkan setelahnya saya akan segera berwudhu lagi.” Lalu Rasulullah menimpalinya, “Sebab inilah!” (HR Ibnu Khuzaimah dalam sahihnya). Maksudnya, lantaran mengerjakan shalat sunah dua rakaat setelah azan dan berwudhu lagi setelah berhadas itu, Bilal mendapatkan tempat istimewa di surga.
Hadis di atas memberi dua faedah. Pertama, disunahkan shalat dua rakaat seusai mengumandangkan azan. Kedua, disunahkan berwudhu setiap kali berhadas agar senantiasa dalam keadaan suci dan selalu siap, seperti saat hendak shalat, membawa mushaf, tawaf, mengaji, dan belajar. “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang taubat dan orang-orang yang bersuci.” (QS al-Baqarah [2]: 222).
Itulah arti Muazin dan Bilal Apakah Sama? Berikut Kisah Bilal bin Rabah dan Hikmah Mengumandangkan Azan. Wallahualam bishawab. (lis/berbagai sumber)
Baca juga: Arti Surat atau Ayat Makkiyah dan Madaniyah, Ciri-ciri dan Contoh Suratnya dalam Alquran
Baca juga: Arti Laa Ilaha Illallah Wahdahu La Syarikalah, Pilihan Dzikir yang Memiliki Fadhilah yang Luar Biasa