TRIBUNSUMSEL.COM — Wasiat Rasulullah SAW tentang Pentingnya Akhlakul Karimah, Apa Saja ? Berikut Penjelasannya
Nabi Muhammad Rasulullah SAW dikenal memiliki akhlak yang paling mulia untuk dijadikan teladan bagi umatnya.
Bahkan Allah menjamin bahwa akhlak Muhammad SAW adalah Alquran, saking selarasnya perilaku terpuji rasulullah dengan Alquran, firman-firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad untuk menjadi pedoman hidup seluruh umat manusia di dunia.
Ada sebuah kisah tentang begitu terpuji, teladan dan baiknya akhlak nabi Muhammad SAW disaksikan dan diceritakan langsung Sayyidina Ali bin Abi Thalib yang merupakan khalifah yang berasal dari kalangan Bani Hasyim.
Dalam Kitab Khulashah Nurul Yaqin jilid kesatu karya Syekh Umar Abdul Jabbar, Ali adalah orang pertama yang beriman dari kalangan anak-anak (shibyan), artinya ia termasuk dari golongan Assabiqunal Awwalun (orang-orang yang beriman di masa awal kenabian).
Pada masa mudanya, Ali dikenal sebagai sahabat Nabi yang pemberani, cerdas, dan berwawasan kritis. Tidak hanya itu, ia juga memiliki hati yang lembut, akhlak yang mulia, serta sopan dalam bertutur kata.
Hal itu menjadikan Sayyidina Ali sebagai sosok figur teladan yang dikenal masyarakat Arab ketika dewasanya.
Kedekatan Ali dengan Rasulullah bisa dianggap sebagai faktor penting, karena ada banyak pelajaran dan nasihat Rasulullah yang dapat membentuk identitas kesalehan pada diri Sayyidina Ali.
Baca juga: Arti Kata Akhlakul Karimah, Perilaku yang Sangat Disukai Rasulullah SAW, Berikut Penjelasannya
Baca juga: Arti Kata Muhasabah Adalah dan Kapan Waktu Terbaik dalam Melakukannya
Baca juga: Arti Kata Tasbih, Tahmid, Takbir Lengkap dengan Bacaan dan Keutamaannya
Dikutip dari nu.or.id, Dalam Kitab Washiyatul Musthofa Lil Imam Ali Karramallahu Wajhah karya Sayyid Abdul Wahab Asy-Sya’rani, setidaknya ada tiga wasiat Rasulullah tentang akhlak
Pertama, berbuat baik kepada sesama manusia tanpa melihat status sosial, pangkat, serta jabatannya
, يا عليّ اصنع المعروف ولو مع السفلة قال عليّ وما السفلة يا رسول الله قال الذي اذا وعظ لم يتّعظ واذا زجر لم ينزجر ولا يبالي بما قال وما قيل له
Artinya, “Wahai Ali, berbuat baiklah kamu, meskipun kepada kalangan orang rendah (shuflah). Ali berkata, apa itu orang rendah wahai Rasulullah?
Rasulullah menjawab, yaitu seseorang yang apabila dinasihati maka ia terima nasihat itu dan apabila diperingatkan maka ia akan menjauhinya.
Ia tidak memperhatikan siapa yang berkata melainkan melihat apa yang dikatakannya.”
Kedua, berbuat jujur meskipun hal itu membuat celaka,