Berita Nasional

Masyarakat Jangan Takut, Jenderal Listyo Persilakan Kritik Polri : Walapun Pahit

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo

TRIBUNSUMSEL.COM - Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mempersilakan publik untuk mengkritik Polri agar anggota polisi bekerja lebih baik kedepannya.

Kritik meski pahit akan diterima oleh Polri.

Hal itu diungkapkan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam merayakan Hari Bhayangkara ke-76.

Listyo Sigit berkomitmen bahwa sejak awal, Polri selalu meneladani sosok Jenderal Hoegeng dalam setiap aspek.

"Saya menanamkan nilai keteladanan beliau dan menjadikan arah, suatu teladan, bahwa Jenderal Hoegeng adalah sosok yang sangat tepat untuk menjadi teladan bagi Polri. Bahwa anggota Polri semua adalah Jenderal Polisi Hoegeng Iman Santoso, mantan Kapolri yang saat ini melegenda dan patut menjadi teladan bagi kita semua," kata Sigit dalam acara Hoegeng Awards 2022, di The Tribrata Darmawangsa, Jakarta Selatan, Jumat (1/7/2022).

Sigit menuturkan bahwa Polri berkomitmen untuk terus bebenah dalam menjalani tugas dan fungsi.

Dia menegaskan bahwa institusi yang dipimpinnya tidak antikritik.

"Komitmen kami untuk terus berbenah dan tidak antikritik dari siapapun. Kami terus membuka ruang dialog agar masyarakat bisa menilai dan mengkritik kami. Itu diperlukan agar kami memahami di mana yang harus kami perbaiki untuk kemudian bisa sesuai dengan apa yang menjadi harapan masyarakat," tutur mantan Kabareskrim Polri itu.

Sigit menilai, setiap kritik yang masuk sangat baik, meskipun terkadang tidak menyenangkan hati.

Tetapi, dia mengibaratkan bahwa kritik sama halnya dengan obat yang pahit namun harus ditelan saat sakit agar sembuh.

"Jadi kritik itu ibarat obat. Obat itu rasanya pahit. Walaupun pahit, tetapi kita harus makan supaya bisa sembuh dari sakit," ujar Sigit.

Tak hanya itu, Sigit mengingatkan agar anggotanya untuk tidak terlena dengan pujian dalam mengemban tugas.

Meskipun dalam menjalankan tugas tak sedikit anggota yang mendapatkan apresiasi dari masyarakat.

"Demikian juga dengan rekan-rekan semua. Apabila kita mendapat suatu apresiasi dan apresiasi itu kemudian membuat kita lupa, itu ibarat gula yang manis. Kalau terlalu banyak gula itu, kita akan menjadi sakit. Jadi hal-hal itu tentunya perlu dijadikan pelajaran agar menjadi suatu renungan untuk memperbaiki diri," papar Sigit.

 

Artikel ini telah tayang di WartaKota

Berita Terkini