TRIBUNSUMSEL.COM -- Sungai Aare menjadi tempat Eril tenggelam dan kehilangan nyawa.
Berbagai faktor alam kemudian menjaga jenazah itu tetap utuh di dasar Sungai Aare.
Bagaimana Sungai Aare menjaga jenazah Eril?
Kepala Departeman Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr Ade Firmansyah menjelaskan, ada beberapa faktor yang dimiliki Sungai Aare yang bisa memperlambat proses pembusukan jenazah.
Mula-mula, dia menjelaskan semua jenazah akan membusuk dengan sebab utama aktivitas bakteri dan penguraian sel-sel mati dalam tubuh.
Kedua faktor itu bisa semakin cepat atau diperlambat oleh beberapa hal, salah satunya tempat penyimpanan jenazah.
Jenazah di ruang terbuka akan mulai busuk dalam sehari, ditandai perut kiri bawah yang berubah warna menjadi hijau.
Adapun jenazah di dalam tanah atau terkubur, proses pembusukannya delapan kali lebih lambat dari di ruang terbuka.
Baca juga: JANJI Ridwan Kamil Untuk Geraldine Beldi Guru SD Temukan Jenazah Eril, Akan Penuhi Semua Kebutuhan
Artinya, secara umum jenazah bisa bertahan hingga lebih dari seminggu.
Sementara jenazah di dalam air, pembusukannya akan dua kali lebih lambat daripada di ruang terbuka.
Atau bisa bertahan selama 2 kali 24 jam.
"Plus suhunya juga mungkin lebih rendah, dan di bawah suhu optimal.
Juga faktor-faktor yang lain, faktor mineral yang terkandung di dalam air, itu bisa membantu timbulnya saponifikasi (proses jenazah tidak busuk)," kata dr Ade melalui telepon, Jumat (10/6/2022).
Suhu optimal bakteri beraktivitas dan sel mati terurai adalah 25 derajat celsius.
Semakin rendah suhunya, semakin banyak aktivitas bakteri dan penguraian yang berhenti, sehingga pembusukan lebih lambat.