TRIBUNSUMSEL.COM - Ajang pemilihan presiden (pilpres) baru bakal digelar pada tahun 2024 mendatang.
Namun sejumlah tokoh sudah disebut-sebut bakal maju pada ajang ini.
Salah satunya ialah Prabowo Subianto.
Namun ternyata Ketua Umum Partai Gerindra ini ada keraguan untuk mengikuti Pilpres 2024, meski hasil surveinya saat ini cukup bagus.
Keraguan itu bisa dimaklumi karena Prabowo sudah tiga kali gagal mengikuti kontestasi Pilpres.
Pertama, saat berpasangan dengan Megawati Soekanoputri pada Pilpres 2009.
Kedua, di Pilpres 2014 saat berpasangan dengan Hatta Radjasa, dan ketiga, di Pilpres 2019 bermitra dengan Sandiaga Uno.
Tentu Prabowo memiliki banyak pertimbangan, selain usia yang sudah tak muda lagi, juga lawan yang dihadapi cukup berat pada Pilpres 2024.
Keraguan itu Prabowo ungkapkan saat wartawan menanyakan wacana duet dirinya dengan Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar, ketikamenghadiri acara di Kampus Uiversitas Gadjah Mada Yogyakarta, Jumat (4/2/2022).
"Kamu itu, aku datang bicara teknologi kamu bicara itu (duet dengan Cak Imin di Pilpres 2024)," kata Prabowo, dikutip dari tayangan Youtube Kompas TV, Minggu (6/2/2022).
Wacana duet Prabowo Subianto dengan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin di Pilpres 2024 pertama disampaikan oleh Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid pada akhir 2021.
Awalnya, Prabowo merasa heran dengan adanya pertanyaan tersebut.
Kendati demikian, ia justru mempertanyakan kembali soal peluangnya maju sebagai calon presiden di Pilpres 2024.
Sebab, ia belum bisa memastikan apakah akan kembali maju di gelaran Pemilu 2024.
"Menurut kamu gimana, aku ada peluang enggak? Kok Cak Imin, aku aja belum tentu loh," ujar Prabowo.
Prediksi Pengamat
Direktur Eksekutif Lingkar Madani (LIMA) Ray Rangkuti mengatakan keinginan PKB untuk menduetkan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin dengan Prabowo Subianto dinilai sah-sah saja.
Namun menurut Ray, keputusan tersebut ada di tangan Prabowo selaku Ketua Umum Partai Gerindra.
"Keinginan PKB untuk menduetkan Prabowo dengan Cak Imin, tentu sah-sah saja. Sekalipun, titik keputusannya ada di tangan Pak Prabowo," kata Ray kepada Tribunnews.com, Sabtu (5/2/2022).
Alasan itu lantaran elektabilitas Prabowo jadi salah satu yang paling menonjol untuk dicalonkan sebagai presiden.
Di sisi lain, nama Cak Imin sebagai calon presiden maupun wakil presiden masih abu - abu.
Faktor lainnya, hubungan PKB dan Nahdlatul Ulama (NU) terlihat makin repot usai terpilihnya Ketum PBNU yang baru.
"Elektabilitas Prabowo salah satu dari nama yang paling menonjol sebagai calon presiden. Nama Cak Imin sendiri baik sebagai capres maupun sebagai calon wakil presiden masih samar-samar," ucapnya.
Dengan pertimbangan - pertimbangan tersebut, posisi Cak Imin dinilai rendah untuk mendampingi Prabowo di Pilpres 2024.
"Dengan 3 pertimbangan ini posisi Cak Imin untuk masuk sebagai calon wakil presiden Prabowo sebenarnya rendah," ungkap Ray.
Baca juga: Kader Nafsu Pasangkan Cak Imin dengan Prabowo di Pilpres, Jawaban Prabowo Bertepuk Sebelah Tangan
Baca juga: Pengamat Bocorkan kenapa Tingkat Keterpilihan Prabowo Selalu Diatas Ganjar dan Anies Jelang Pilpres
Dukungan Umat Islam
Di sisi lain, Pengamat politik Islam The Political Literacy, Muhammad Hanifudin menilai, wacana menduetkan Prabowo Subianto dengan Cak Imin akan berpengaruh pada dukungan umat Islam pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.
Menurut Hanif, potensi duet Prabowo-Muhaimin untuk Pilpres 2024 cukup terbuka.
Secara kalkulatif, lanjut Hanif, suara Gerindra dan PKB telah memenuhi ambang batas 20 persen presidential threshold sebagai syarat maju.
"Tapi, untuk menjadi pasangan pemenang, khususnya mendapat mayoritas dukungan umat Islam/partai Islam, masih butuh jalan panjang," paparnya kepada KOMPAS.TV via WhatsApp, Jumat malam (4/2/2022).
Hanif lantas memaparkan terkait potensi duet dua tokoh itu mewakili dua kubu partai besar tersebut.
Syarat pertama adalah, kata Hanif, Prabowo-Muhaimin harus mampu bangun koalisi partai berbasis Islam.
"Di antaranya adalah, pertama, harus mampu membangun koalisi dengan partai-partai Islam atau religius-nasionalis. Semisal PKS, PAN, dan PPP," paparnya.
Kedua, harus mampu merumuskan isu dan program kerja yang dapat menarik banyak suara.
"Mengingat, pemilih di Indonesia sudah mulai cerdas. Pemilih nanti juga akan melihat track record dan tawaran program kerja," ujarnya.
Sempat Mesra dengan PDIP
Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno menilai, wacana duet Prabowo Subianto dan Muhaimin Iskandar sebagai calon presiden dan wakil presiden merupakan simulasi yang aneh.
Adi beralasan, sejauh ini Partai Gerindra telah menunjukkan kemesraannya dengan PDI Perjuangan sehingga wacana duet Prabowo-Muhaimin dapat menimbulkan pertanyaan soal nasib PDI-P.
"Kemesraan PDI-P-Gerindra itu sulit untuk dipisahkan saat ini. Makanya kalau ingin mencoba untuk merayu Prabowo, memang PDI-P mau dikemanakan?" kata Adi saat dihubungi Kompas.com, Kamis (3/2/2022).
Sementara, menurut Adi, Gerindra juga tampak kurang berminat untuk berkoalisi dengan PKB bila melihat respons elite Partai Gerindra menyikapi wacana duet Prabowo-Muhaimin.
"Kalau enggak direspons itu sama halnya tidak dianggap opini-opini dan gosip-gosip itu kan. Gerindra kan tidak bereaksi, bagi Gerindra itu tidak terlampau penting untuk direspons," ujar Adi.
Adi berpandangan, semua partai memang masih mengambil sikap menunggu sambil memantau situasi, tetapi ia menilai Gerindra akan berupaya untuk berkoalisi dengan partai yang perolehan suaranya setara atau lebih besar dari mereka.
Adi menambahkan, wacana Prabowo-Muhaimin juga aneh karena sebelumnya elite-elite PKB kerap melemparkan kritik kepada Prabowo pada masa kampanye Pemilihan Presiden 2014 dan 2019.
Artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Pernah Tiga Kali Gagal, Prabowo Subianto Jadi Ragu Maju di Pilpres 2024.