Kisah Guru yang Harus Dibayangi Sergapan Buaya Karena Terpaksa Mengajar di Perahu, Gaji RP 300 Ribu

Editor: Slamet Teguh
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Belajar luring di perahu - Siti Saroyah S.Pd, seorang guru di SMP 4 Cibitung, Dusun Ciloma, Desa/Kecamatan Cibitung, Kabupaten Sukabumi, karena kesulitan sinyal terpaksa menggelar kegiatan belajar luring di atas perahu di muara Cikaso karena tak ada pilihan tempat lain.

"Jadi kesusahannya sinyal, kalau khawatir (sergapan buaya, red) pasti ada karena tidak ada cara lain harus gimana, jadi kita kalau misalkan kemarin di sekolah gak bisa, jadi inisiatifnya itu di atas perahu. Kemarin kan kita pas belajar di atas perahu itu di Cikaso, kalau di Cikaso terlalu deket dengan jalan kemarin itu kan, takutnya tidak di perbolehkan juga. Jadi kemarin kita di atas perahu terus di pinggir sungai di bawah pohon," terangnya.

Belajar di atas perahu dipilih karena muridnya tak hanya berasal dari wilayah Cibitung, ada juga dari Kecamatan Tegalbuleud, sehingga tempat itu dipilihnya karena berada di tengah-tengah.

"Siswa pun ada dari Tegalbuleud, ada di Cibitung. Jarak ke sekolah kalau lewat air 45 menit, kemudian jalan kaki deket. Tapi anak anaknya yang lebih extrime, halus melewati turun gunung naek gunung," ucapnya.

Ngajar Saat Hamil

Saat ini, guru berumur 27 tahun ini harus berjuang ekstra, karena mengajar dalam kondisi hamil.

Terlebih ia harus mengantarkan soal ujian secara langsung ke setiap siswanya.

Hal itu dilakukan soal tidak bisa dikirim melalui internet atau aplikasi perpesanan karena tak ada sinyal.

"Paling kendala sekarang untuk pembagian soal ujian sekolah ke anak harus ngasih langsung ke anaknya, gak bisa melalui media internet atau pake HP kita kesulitannya di sinyal. Apalagi saya sendiri sekarang lagi hamil jadi tantangan juga luar biasa harus turun, naik perahu," ujarnya.

Berharap Pemerintah Perhatikan Kesejahteraan

Siti Saroyah mengatakan, ia sudah mengajar sekitar tiga tahun di SMP tersebut.

Saat ini ia menerima gaji setiap tiga bulan sekali.

Dalam sebulan ia dibayar Rp 300 ribu sampai Rp 400 ribu tergantung jam per bulan.

"Ngajar sudah 3 tahun menjadi honorer gaji kadang 300 kadang 400 tergantung jam per bulan. Biasanya gajihan tigabulan sekali," jelasnya.

Ia berharap, pemerintah memperhatikan kesejahteraan guru di pelosok.

Terlebih perjuangan mereka dalam mengajar cukup berat.

Halaman
123

Berita Terkini