Mantan Teroris, Ali Imron Sebut Bom Bunuh Diri di Katedral Makassar Merupakan Aksi Pembalasan

Editor: Slamet Teguh
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wajah terduga pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar (Dok Polda Sulsel) dan surat wasiat Lukman (istimewa).

Diketahui kedua tersangka adalah satu-satunya yang tewas dalam serangan Gereja Katedral yang terletak di Jalan Kajaolalido, Makassar.

Sementara itu jemaah dan petugas gereja lainnya menderita luka ringan hingga berat.

Baca juga: Rasisme atau Rasialisme Adalah Apa? Kadang Terjadi di Sepakbola, Sekarang Lagi Ramai di Amerika

Baca juga: Sidang Panas, Jaksa Minta Majelis Hakim Tolak Eksepsi Rizieq Shihab Usai Singgung Revolusi Akhlak

Baca juga: Lama Ditunggu, Ahok Akhirnya Beri Pernyataan Mengenai Kebakaran di Kilang Minyak Pertamina Balongan

Ketua RW Kasihani Ibu Tersangka

Ketua RW 1 Keurahan Bunga Ejaya, Kecamatan Bontoala, Makassar, Hamka, L kerap berseteru dengan sang ibu.

Perseteruan L dan sang ibu bermula setelah L menikah enam bulan lalu.

Sejak saat itulah, L kerap menegur ibunya saat melakukan ritual adat setempat seperti barasanji.

"Dia selalu tegur orang tuanya kalau barasanji, katanya bid'ah, tidak boleh," kata Hamkam dikutip dari TribunTimur.com, Senin (29/3/2021).

"Bahkan Lukman ini tidak mau makan ayam atau sapi kalau bukan dia sendiri yang potong."

Hamka menyebut, perseteruan L dan sang ibu berakhir seusai L dan YSF pindah rumah.

Sebagai tetangga L, Hamka mengaku tak menyangka warganya bakal terlibat aksi terorisme.

Apalagi, aksi pengeboman itu dilakukan L bersama sang istri.

"Tidak ada yang menyangka, kami kira cuma ikut pengajian-pengajian saja."

"Ternyata pas ada berita bilang kalau dia warga sini, inisial L, di situ kami langsung tahu kalau itu Lukman sama istrinya," sambungnya.

Di sisi lain, Hamka justru merasa kasihan pada ibu L.

Pasalnya, sang ibu kini hanya tinggal bersama adik pelaku bom bunuh diri tersebut.

Halaman
1234

Berita Terkini