Mantan Panglima TNI Sindir Sikap Moeldoko Jadi Ketum Demokrat, Bukan Etika dan Moral Prajurit

Editor: Moch Krisna
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengkritik keras tindakan Moeldoko yang ingin mengambilalih kepemimpinan Partai Demokrat.

"Banyak yang bertanya kepada saya, 'Pak, Bapak juga digadang-gadang menjadi...'. Ya saya bilang 'Siapa sih yang enggak mau," kata Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) itu.

"Partai dengan 8 persen kalau enggak salah kan besar, dia (Partai Demokrat) mengangkat presiden, segala macam kaya gitu. Ada juga yang datang sama saya," sambungnya.

Nama Moeldoko ramai diperbicangkan, Senin (1/2/2021) sore. Kepala Staf Kepresidenan ini disebut-sebut terlibat dalam dugaan isu mengambilalihan Ketua Umum Partai Demokrat (Kompas.com/ Ihsanuddin)

Gatot mengatakan, tawaran tersebut memang menarik. Ia lantas menanyakan bagaimana proses kudeta di Partai Demokrat kepada orang yang mengajaknya itu.

Menurut orang tersebut, kata Gatot, caranya dengan melakukan KLB.

Dalam KLB itu, posisi AHY diganti karena ada mosi tidak percaya.

Setelah AHY lengser, baru dilakukan pemilihan untuk posisi ketua umum yang baru.

"Datang, 'menarik juga' saya bilang.

Gimana prosesnya? Begini pak, nanti kita bikin KLB. KLB terus gimana? Ya nanti visi yang dilakukan adalah kita mengganti AHY dulu. Mosi tidak percaya, AHY turun," ujar Gatot.

"Setelah turun, baru pemilihan, 'Bapak nanti pasti deh begini, begini'. Oh begitu ya, saya bilang begitu gitu," tuturnya.

Peran SBY bagi Gatot

Gatot lantas menerangkan kisahnya ketika menjadi prajurit TNI.

Bahwa dirinya yang ketika itu menjabat Pangkostrad lalu dinaikkan menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) karena SBY.

"Saya ini bisa naik bintang satu, bintang dua, taruh itu hal biasa.

Tapi kalau saya naik bintang tiga itu presiden pasti tahu. Kemudian jabatan Pangkostrad, pasti Presiden tahu.

Apalagi Presidennya tentara waktu itu Pak SBY," ujar Gatot.

Halaman
123

Berita Terkini