Lima Faktor yang Membuat Seseorang Masih Bisa Positif Covid-19 Meskipun Sudah Divaksin

Editor: Slamet Teguh
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dokter Tirta Mandira Huda saat mendapatkan vaksinasi di Puslesmas Ngamplak 2 Kabupaten Sleman.

Senada dengan Schaffner, Namandje Bumpus, direktur departemen farmakologi dan ilmu molekuler di Johns Hopkins University juga mengatakan hal yang sama.

"Sejauh yang kami lihat, vaksin ini benar-benar bisa mencegah penyakit dan bahkan keparahan penyakit," ungkapnya.

Meskipun begitu, Bumpus menekankan, angka kemanjuran vaksin tidak menggambarkan keseluruhan efektivitasnya.

"Anda masih bisa terkena Covid, tetapi dengan semua indikasi yang muncul, kasus-kasusnya tidak begitu parah dibandingkan dengan orang yang tidak divaksinasi, dan itu sangat penting," imbuhnya.

Para pembuat vaksin masih mempelajari apakah vaksin tersebut hanya mencegah orang dari Covid-19 yang parah, atau benar-benar melindungi dari infeksi virus corona.

Jika seseorang tidak menunjukkan gejala, bukan berarti dia tidak terkena Covid-19.

Itu juga berlaku untuk orang yang telah divaksin.

Oleh karena itu, orang yang telah divaksin tetap perlu memakai masker.

Seseorang dapat menjadi OTG (orang tanpa gejala) dan memiliki virus di saluran hidung.

Jadi, ketika ia bernapas, berbicara, atau bersin, dia masih dapat menularkan virus corona kepada orang lain.

4. Vaksin tidak bekerja secara retroaktif

Vaksin tidak bekerja secara retroaktif.

Seseorang dapat positif Covid-19 karena terinfeksi sebelum mendapatkan vaksin, dan ia belum mengetahuinya.

Itulah yang terjadi pada beberapa pekerja medis dalam sebuah penelitian yang diterbitkan oleh CDC AS, Senin (1/2/2021) lalu.

Studi ini menemukan bahwa 22 dari 4.081 petugas kesehatan yang divaksinasi dinyatakan positif Covid-19 setelah mendapatkan dosis pertama mereka.

Halaman
1234

Berita Terkini