Kisah Syekh Ali Jaber Rela Berutang Demi Berangkatkan Pemulung Naik Haji, Diceritakan Adik Kandung

Editor: Weni Wahyuny
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Syekh Ali Jaber rela berhutang demi berangkatkan haji pemulung

Meski Syekh Ali Jaber merupakan ulama besar di Indonesia, Arief Rachman menyebut sosoknya tidaklah sombong dalam keluarga.

Arief Rachman mengenang perkataan sang menantu yang sampai kini terus dikenangnya.

Dijelaskan Arief, ia sangat tersentuh kala Syekh Ali Jaber memanggilnya dengan sebutan ayah.

"Yang paling menyentuh, dia kalau manggil istri saya itu umi, kalau manggil saya itu ayah,"

"Itu menyentuh sekali, sebab panggilan ayah dan umi itu bagi kami suatu panggilan yang menunjukkan sopan santun dan kerendahan hati beliau,"

"Meskipun saya tahu dibandingkan dengan saya, Syekh Ali Jaber ini ilmu tinggi dan dalam sekali. Kita benar-benar kehilangan ilmuan agama," sambung Arief Rachman.

Arief Rachman bercerita, bukti Syekh Ali Jaber merupakan sosok rendah hati terlihat dari pelayat yang datang.

Walau tak diundang, jelas Arief, para pelayat dengan suka rela datang dan ikut mendoakan sang menantu.

"Ketahuan waktu jelang pemakaman, semua orang datang tanpa diundang mereka semua memberikan perhatian," ucap Arief Rachman.

Pesan terakhir Syekh Ali ke anak sulung

Begini pesan terakhir yang diberikan seykh Ali Jaber ke putra sulungnya sebelum meninggal.

Syekh Ali Jaber meminta agar sang anak senantias menjaga shalatnya.

Syekh Ali juga meminta putra sulungnya tersebut untuk menjaga mamanya.

Diketahui, putra sulung Syekh Ali Jaber tinggal di Kota Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

"Jaga salat sama jaga mamah (ibu)," kata Alhasan Ali Jaber (20 tahun), anak sulung Syekh Ali Jaber menceritakan pesan sang bapak, di rumahnya, Kamis (14/1/2021).

Halaman
1234

Berita Terkini