Kalau mendapat nilai jelek, Inggit marah kepada Arya.
Inggit bercerita, Arya memang pelit memberi nilai tinggi, hingga satu kelas mendapat nilai C.
Arya pun berusaha membela diri, tapi ayahnya membela Arya.
Karena kemampuannya segitu.
Keadaan ini demikian akrab, dan Ayahnya benar-benar bahagia.
Bahwa mereka berempat dapat berkumpul dan bercengkerama lagi.
Entah mengapa, badan ayah lebih sehat dan ringan.
Inggit merasa ayahnya hanya bermanja ingin bertemu dengannya.
Terutama, Ayah Inggit berpesan kepada Arya.
Dia merasa lebih yakin, Arya dapat jadi pemimpin untuk keluarganya suatu saat nanti.
Arya mengaminkan dan berusaha menepati janjinya kepada Ayah dan Ibu untuk menjaga Inggit.
Inggit semakin malu Arya melihat foto kecilnya.
Di rumah orang tua Inggit, Yogyakarta, Arya masih berbalut kasa karena berkelahi dengan penjambret yang hampir mencelakai Inggit.
Dia sedang membuka laptopnya.
Arkian, Inggit pun mengantarkan teh dan mengetikkan laptopnya.