Sosok Ngadiran, Pria yang Kenakan Topeng Bawa Dot dan Kerupuk Datangi Makam Dalang Ki Seno Nugroho

Editor: Weni Wahyuny
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Penggemar Ki Seno, Ngadiran (48) berpenampilan unik saat menghadiri pemakaman di Makam Semaki, Umbulharjo, Kota Yogyakarta, pada Rabu (04/11/2020).

Topeng yang dipakainya pun, memiliki arti disetiap ornamennya.

Untuk topeng hitam sebagai personifikasi dari pemakaian masker di tengah pandemi.

Sedangkan, botol dot sebagai intrepretasi pentingnya asupan gizi, dan dua plastik kerupuk yang menggatung di sisi kanan dan kiri sebagai persamaan dengan diri manusia, yaitu apabila tidak dijaga dengan baik dapat melempem dan lemah.

Tak hanya itu, untuk datang kepemakaman Ki Seno, dirinya mengkayuh sepeda selama setengah jam dari rumahnya yang berada di daerah Tegal Mojo, Sleman.

"Saya itu dapat kabar siang tadi sekitar pukul 12.00 WIB. Di situ saya terkejut sekali, tidak menyangka. Terus, teman saya ngabari kalau dikebumikan di sini. Tanpa pikir lagi, saya langsung datang," ujarnya.

Baginya, sosok Ki Seno bukan hanya seorang penghibur namun inspirasi dalam hidupnya.

Kecintaannya terhadap kesenian wayang agar tetap eksis di masyarakat menjadi bentuk jasa yang besar.

"Dia ( Ki Seno) sudah menjadi inspirasi saya untuk menjalani hidup. Tak pernah menyerah mengenalkan kebudayaan wayang hingga diminati lintas generasi. Tentu, ketekunannya ini bisa menjadi teladan bagi orang seperti saya," ungkapnya.

Meskipun, kini sosok Ki Seno sudah tidak ada lagi. Namun, pelajaran dari setiap lakon wayang dan pribadinya tetap terkenang di hati penggemarnya.

"Semoga sepeninggalan beliau, akan bertambah banyak lagi lahirnya ' Ki Seno' yang lain. Dan, mampu melestarikan kebudayaan dengan cara yang tepat," pungkasnya.

Jenazah Ki Seno Diberangkatkan ke Makam Diiringi Gending

Jenazah almarhum Ki Seno saat diberangkatkan dari Rumah Duka, Sedayu, Bantul menuju pemakaman Semaki Gedhe Yogyakarta. (Tribunjogja/ Ahmad Syarifudin)

Jenazah dalang Ki Seno Nugroho dikebumikan di Makam Semaki Gedhe, Yogyakarta, berdampingan dengan makam ayahandanya, Ki Suparman.

Prosesi pemberangkatan dari rumah duka di dusun Gayam, Desa Argosari, Sedayu, Bantul menuju tempat peristirahatan terakhir diiringi dengan alunan gending karya Joko Poro. Para peziarah tak kuasa menahan tangis.

Gending mengalun pelan bernada pilu. Dimainkan oleh kelompok karawitan Wargo Laras yang biasa mendampingi dalang Ki Seno saat pentas. Semua sinden berpakaian hitam.

Suasana duka begitu terasa. Manager Ki Seno Nugroho, Gunawan Widagdo, mengatakan iringan gending karya Ki Joko Poro merupakan permintaan langsung dari almarhum.

Halaman
123

Berita Terkini