TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) wilayah Sumatera Selatan menilai saat ini belum tepat waktunya untuk kembali membuka aktivitas belajar mengajar secara tatap muka di sekolah.
Hal ini dikarenakan masih tingginya kasus positif covid-19 yang terjadi di wilayah Sumsel.
"Yang jadi pertanyaannya apakah pemerintah termasuk pihak sekolah sudah siap dan yakin bisa menjamin tidak akan ada risiko penularan (covid-19) di sekolah," ujar Ketua IDAI Sumsel, dr Silvia Triratna SpAK, Minggu (31/5/2020).
Tak hanya di kelas TK dan SD, pelajar SMP dan SMA juga memiliki resiko yang besar terhadap penularan covid-19.
Menurut Silvia hal ini dikarenakan secara umum para pelajar memiliki kesadaran yang rendah terhadap risiko dari suatu hal.
Termasuk dengan risiko penularan virus yang bisa saja terjadi kapanpun dan dimanapun.
"Kategori anak-anak itu berada diusia 0-18 tahun. Jadi pelajar SMA juga termasuk didalamnya karena banyak diantara mereka yang belum terlalu paham tentang bahaya dan resiko dari tindakannya dalam hal ini terhadap penularan covid-19."
"Kalau pelajar SMA saja sangat berisiko, apalagi dengan anak-anak TK, SD dan SMP. Bisa kita tarik sendiri bagaimana kesimpulannya," ujar dia.
Selain itu, kata Silvia, bukan hanya soal kesiapan, ada berbagai pertanyaan lain yang mesti dijawab oleh pembuat kebijakan sebelum akhirnya mengaktifkan kembali proses belajar secara tatap muka.
Diantaranya, apakah wilayah yang akan menerapkan kebijakan itu sudah menjadi zona hijau atau masih berstatus wilayah zona merah penyebaran covid-19.
Kedua, apakah sarana dan prasarana pendidikan sudah siap dalam menunjang diadakannya kembali pembelajaran secara tatap muka.
Seperti menyiapkan fasilitas untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat, minimal dengan menyediakan tempat cuci tangan dan sabun.
Serta pembersihan lingkungan sekolah yang dilakukan secara teratur dan tersedianya fasilitas bagi pelajar agar bisa menerapkan physical distancing.
Ketiga, apakah tenaga pendidik bisa menjamin seluruh muridnya akan patuh untuk menerapkan physical distancing, rutin cuci tangan, menggunakan masker, menjaga kebersihan dan lain sebagainya.
"Kalau pertanyaan itu belum bisa dijawab, maka jangan dipaksakan untuk kembali mengadakan aktivitas belajar di sekolah."
"Apalagi anak-anak dibawah usia 10 tahun, masih sangat perlu untuk selalu diperhatikan. Kita tidak tahu, bisa saja dia saling tukar menukar masker dengan temannya. Orang dewasa saja sulit diatur, apalagi anak-anak," ujarnya.
Kalaupun masih tetap akan dibuka, Silvia menyarankan agar dilakukan uji kelayakan bagi sekolah yang akan kembali menjalani aktivitas belajar mengajar secara tatap muka.
Hanya sekolah yang bisa memenuhi kriteria untuk menerapkan keamanan covid-19 yang diperbolehkan untuk kembali beraktivitas secara langsung.
Jam belajar mengajar pun sebaiknya jangan terlalu lama. Sebab dapat berisiko sulit untuk mengawasi siswa.
"Dan kalau sekolah benar-benar dibuka dalam waktu dekat, maka ini jadi tugas lebih bagi orang tua dan guru untuk bisa mengedukasi anaknya. Diwanti-wanti betul tentang bahaya penularan virus corona," ujarnya.
Meskipun begitu, IDAI Sumsel sendiri tetap meminta meminta untuk menunda proses belajar mengajar di sekolah.
"Karena keadaannya juga belum siap. Jadi menurut kami lanjutkan saja melalui belajar jarak jauh (via online), sampai kita betul-betul siap," ujarnya.