Berita Viral

Pria Asal Demak Ini Bongkar Realita Kejam Dibalik Kehidupan ABK Kapal China, Dipaksa Makan Babi

Editor: Moch Krisna
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

3 Rekan Sesama ABK Kapal China Dilarung ke Laut Setelah Meninggal, ABK Asal Demak Buka Suara Kekejaman di Kapal: Mereka Panggil Kami Laowei yang Artinya Orang Rendahan

Saat minggu pertama berada di atas kapal, Yuli kaget dengan pekerjaan yang ia dapatkan lantaran tak ada keterangan yang pasti dari kantor penyalur TKI mengenai jenis pekerjaan maupun standar operasional prosedur (SOP) yang harus ia jalankan.

Kapal yang ia naiki adalah kapal golongan ukuran 2.000 gross ton.

Dirinya pun mengaku kesusahan saat berkomunikasi dengan rekan kerja yang berasal dari negara berbeda-beda tersebut.

"Awalnya pakai bahasa isyarat. Orang-orang China di atas kapal tempat saya bekerja itu tegas dan disiplin. Tanpa basa basi. Kerja dan kerja adalah keseharian mereka," ungkapnya dengan mimik serius.
(Dokumentasi Pribadi Yuli Triyanto)
Yuli saat menjadi ABK , memperlihatkan cumi cumi sebesar 80 kilogram hasil tangkapan di perairan Peru

Sebenarnya jika para ABK asal Indonesia sudah dibekali dengan petunjuk SOP, Yuli merasa perlakuan kasar mungkin bisa diminimalkan.

Berdasarkan pengamatan Yuli, pelaut asal Indonesia menjadi pekerja kelas terendah sebab tak berbekal SOP yang cukup sehingga tindakkannya kerap memancing emosi para pengambil kebijakan di kapal tersebut.

Berada di lautan lepas jauh dari tanah air, membentuknya menjadi pribadi tahan banting.

Dia mengaku kerap mendapat perlakuan yang keras dari ABK asal China.

"Mereka menyebut kami ABK asal Indonesia dengan panggilan laowei yang kira kira artinya orang rendahan," katanya.

Jika kinerja bagus, makanan dan perlakuan juga mengikuti.

Mereka yang kerap mendapat perlakuan tidak layak, biasanya karena kurang bisa membawa diri dalam bekerja di lautan dengan orang asing.

Tak hanya perlakuan buruk dari rekan kerja dan pemotongan gaji yang ia dapatkan saat jadi ABK.

(Dokumentasi Pribadi Yuli Triyanto)
Yuli bersama para ABK di kapal China saat merayakan lebaran tahun 2017

Yuli juga mengaku bahwa dirinya tak menerima bonus yang telah dijanjikan oleh kapten kapal saat mencari cumi-cumi.

Ia dijanjikan mendapatkan bonus sekitar Rp 1.200.000 setiap ton cumi yang bisa ditangkap.

Kesengsaraan yang dialami oleh Yuli pun tak berakhir di situ saja.

Selama setahun penuh Yuli dan awak kapal asal Indonesia lainnya dilarang untuk memberi kabar pada keluarga di kampung halaman.

Halaman
123

Berita Terkini