TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-Saat ini Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Mohammad Hoesin Palembang mengisolasi tiga orang pasien dalam pengawasan (PDP).
Prof dr Yuwono MBiomed, juru bicara penanganan Covid-19, mengatakan, sejak merebaknya kasus corona virus ini ada enam orang PDP.
"Tiganya sudah pulang dan tiga lagi masih dirawat di RSUP Dr Mohammad Hoesin Palembang," katanya saat diwawancarai Tribun Sumsel, Selasa (17/3).
Jadi belum ada temuan pasien positif corona di Sumsel.
Berikut wawancara khusus Tribun Sumsel dengan Prof Yuwono.
Ada berapa rumah sakit khusus Covid-19?
Ada lima rumah sakit (RS) khusus untuk penanganan Covid-19 yaitu RSUP Dr Mohammad Hoesin Palembang, RSUD Siti Fatimah, RSUP Dr Rivai Abdullah Lubuklinggau, RSUD Kayuagung, dan RSUD Lahat.
Itu lima rumah sakit first line atau rujukan utama.
Lalu sudah kami rapatkan akan ada second line atau pilihan kedua, kemungkinan ini rumah sakit swasta.
Bagaimana jika nantinya akan terjadi peningkatan terkait corona ini?
Yang paling penting untuk memerangi Covid-19 ini dengan kewaspadaan seperti melakukan skrining. Siapa yang diskrining? ya ODP.
Bahkan di berbagai pelayan publik seperti bank juga sudah banyak memberlakukan pemeriksaan suhu tubuh.
Tapi ketika orang sudah berobat ke rumah sakit dengan gejala batuk, pilek, sesak napas dan lain-lain itu namanya pasien dalam pengawasan (PDP).
Kalau PDP tentu RS harus menskrining dan melakukan langkah sesuai prosedur. Seperti jika diperlukan diambil sampel spesimen dari tengorokannya untuk dikirim dan dipastikan positif tidaknya.
Bagaimana kondisi Sumsel saat ini?
Sejauh ini kondisi kita agak sedikit berbeda ya, kalau di luar negeri skrining ini cukup massif. Kita juga bagusnya itu massif, karena lebih banyak yang di-skrining lebih bagus.
Cuma memang perlu kita akui bahwa kita mempunyai fasilitas sarana dan prasarana yang belum mensupport sampai sejauh itu.
Lalu untuk pendanaan juga kita tahu sendiri, itu bukan masalah yang mudah.
Untuk itu sejauh ini baru sekitar 80 orang yang kami lakukan pengambilan spesimen dan kemudian dikirim ke Jakarta. Kini sisanya tinggal kisaran enam orang dan lainnya dalam kondisi sehat.
Untuk PDP ada tiga orang, dua laki-laki dan satu perempuan. Satu perempuan umur 14 tahun dari Lubuklinggau karena ada riwayat ke Jakarta.
Lalu dua yang laki-laki yaitu warga Palembang di Pakjo dengan usia 30 tahun, ada riwayat perjalanan ke Malaysia dan satu laki-laki lagi warga Jakarta berusia 40 tahun sedang di Palembang.
Minimnya peralatan ini kategorinya bagaimana?
Kalau di rumah sakit rujukan idealnya kalau memang ada pasien Covid-19 ya di ruang isolasi.
Nah mestinya ruang isolasi itu punya jalur khusus, makanya baru lima rumah sakit tadi yang mendekati kriteria itu.
Namun daya tampungnya belum banyak. Misal kita kirim 10 pasien saja ke RSUP Dr Mohammad Hoesin Palembang, mungkin tidak akan mampu dan akan ditempatkan di ruang lain lagi.
Karena kapasitas bed yang ada di ruang isolasi itu tidak sampai 10.
Bagaimana mahasiswi Belanda kuliah di Unsri?
Untuk mahasiswi asal Belanda itu ada riwayat pernah dikunjungi orangtuanya pada 26 Februari. Lalu pada tanggal 7 Maret ibunya batuk dan pilek, posisinya sudah di Belanda.
Lalu ibunya diperiksa dan hasilnya keluar 9 Maret positif. Namun pada pemeriksaan kedua pada 12 Maret negatif, saat ini kondisi ibu dari mahasiswi asal Belanda ini sudah sembuh.
Melihat itu saya tidak bisa menyimpulkan. Mungkin mereka melakukan pemeriksaan dengan metode yang berbeda-beda.
Lalu ada juga Mahasiswi asal India, ini sekamar dengan mahasiswi asal Belanda makanya turut diperiksa. Mereka ini mahasiswi Kedokteran.
Kemudian ada juga ibu dan anak dari Empatlawang, ibunya berusia 28 tahun dan anaknya baru 3 bulan.
Karena ibu ini ada riwayat dari Malaysia dan ada keluhan batuk dan pilek. Kondisinya baik, hanya karena ada riwayat maka sesuai setandar prosedirnya kita masukan ODP dan diambil sampelnya. Jadi untuk ODP totalnya ada empat orang.
Apa alat yang digunakan untuk memeriksa?
Namanya Polymerase Chain Reaction (PCR), kita punya dua satu di RSUP Dr Mohammad Hoesin Palembang dan juga Balai besar laboratorium kesehatan (BBLK) jadi dua tempat ini bisa untuk memeriksa ini.
Namun konfirmasi positif dan negatifnya tetap ke Litbangkes, tapi bisa dikerjakan di sini dan waktunya bisa lebih cepat.
Jadi sampel tidak perlu lagi dibawa ke Jakarta, namun di sini belum digunakan karena masih disiapkan.
Apa yang perlu dilakukan masyarakat agar virus corona ini tidak menyebar luas?
Perlu diketahui bahwa penularannya person to person, jangan salah jangan latah.
Karena virus ini tidak menular dari meja maupun dari barang, tapi langsung dari orang ke orang. Jadi waspadanya ke orang.
Jadi yang perlu dilakukan jaga kebersihan diri. Tentu yang paling mudah itu cuci tangan. Kalau tidak ada sabun cuci tangan bisa pakai air.
Lalu kebersihan kuku perlu dijaga, karena di kuku banyak sumber kuman. Kemudian kebersihan rambut, mulut, dan pakaian juga harus dijaga.
Untuk pakaian dianjurkan pakaian yang simpel saja, jangan banyak aksesoris karena memungkinkan menempel, jadilah personal hygiene.