Dalam kesehariannya, pria yang bekerja sebagai penjaga malam di Pasar 16 Ilir Palembang itu, diketahui memang tinggal seorang diri.
Menurut warga sekitar, Bonar tadinya seorang pengurus partai politik tingkat Kecamatan.
Namun sekarang tidak lagi jadi pengurus melainkan hanya sebagai kader.
Jika ada calon DPR yang mau mencalonkan diri, Bonar selalu mendatangi rumah warga untuk memberikan kalender dan sosialisai tentang calon tersebut.
Diketahui rumah yang ditempati Bonar ialah rumah ayahnya.
Karena ayah dan ibu nya sudah meninggal dan tidak ada yang mengurusi rumah tersbut, jadilah ia yang menempati rumah itu.
Masani, warga sekitar mengatakan, Bonar ialah orang yang sangat baik dan ramah di lingkungan rumahnya.
Ia sering memberikan uang kepada anak kecil jika bertemu di jalan.
"Bonar ialah orang yang ramah dan baik terhadap anak kecil," ujarnya.
Mat Bonel, tetangga korban saat ditemui di depan Instalasi Forensik Rumah Sakit Bhayangkara menuturkan, Bonar baru diketahui meningal setelah warga menerima laporan dari Putra yang merupakan anak angkat korban.
Saat itu, Putra hendak meminta pisang dari pohon yang berada di halaman rumah Bonar.
Ketika memasuki rumah, ia merasa curiga sebab pintu masuk dalam keadaan sedikit terbuka dengan keadaan ruang depan yang gelap gulita.
Padahal hari sudah menunjukkan hampir sore hari.
Kecurigaan Putra semakin bertambah ketika pintu depan dibuka lebar.
Seketika tercium bau busuk begitu menusuk hidung dari dalam rumah.