TRIBUNSUMSEL.COM,KAYUAGUNG-Sejumlah 123.683 unit mobil melintasi ruas tol Palembang-Lampung selama liburan Natal dan Tahun Baru 2020.
Sementara jalan lintas timur (Jalintim) sepi dari lalu lintas kendaraan. Imbasnya hampir semua usaha di sepanjang jalintim mengalami dampak penurunan omzet penjualan.
Kerugian dirasakan pemilik usaha kecil sampai usaha besar. Pengusaha Rumah Makan Singkarak Raya 2 di Desa Muara Burnai II, Kecamatan Lempuing Jaya, OKI, terpaksa menguras tabungan karena omzet turun 90 persen.
Karyawan pun terpaksa dikurangi dari 18 orang sekarang tinggal lima orang saja.
"Sisa 5 karyawan ini juga semuanya sebagai tukang masak, sedangkan pelayanan semua diberhentikan karena banyak nganggurnya tidak ada pembeli," ungkap Acil, Manajer Rumah Makan Singkarak Raya 2 kepada wartawan, Sabtu (28/12).
Singkarak Jaya 2 merupakan rumah makan besar di Jalintim. Bangunan besar, halaman luas, dan lokasi yang strategis membuat rumah makan ini menjadi pilihan kendaraan untuk berhenti makan atau hanya beristirahat sejenak. Sekarang sepi sekali.
"Mungkin karena tol sudah dibuka dan masih gratis jadi semua mobil berbondong-bondong melewati tol, terhitung sudah 40 hari keadaan sepi seperti ini. Bahkan penurunan omzet sampai 90 persen dari biasanya," beber Acil.
Kini dalam sehari hanya ada 10 mobil saja yang bertandang ke rumah makan tersebut. Keuntungan kecil yang didapatkannya tidak mampu membayar karyawan hingga terpaksa harus merumahkan mereka.
"Kalau kondisi normal dalam sehari bisa menghasilkan omzet bersih sekitar 3 juta per hari, tapi sekarang keuntungan yang didapat hanya sedikit. Jadi salah satu jalan Karyawan harus dikurangi," katanya.
"Karena dulu yang mampir ke sini lebih dari 100 mobil setiap harinya, sedangkan sekarang 10 mobil itu pun mobil tertentu," ujar Acil.
Pendapatan kecil tidak sebanding dengan pengeluaran setiap bulan untuk sewa bangunan, membayar karyawan, dan listrik.
"Dalam sebulan terakhir boro-boro dapet untung, mau bayar listrik sebulan 3 juta aja harus ngambil dari tabungan pribadi, ya, tapi mau gimana lagi keadaan memang begini," katanya.
Jam buka rumah makan ini harus berkurang juga. "Awalnya kan kita buka rumah makan ini 24 jam, karena pembeli memang tidak berhenti. Dan sekarang tidak akan sanggup buka 24 jam. Sekarang ini kami buka pukul 07.00, dan jam 21.00 sudah siap-siap untuk tutup," tuturnya.
Acil merasakan kehilangan para pelanggannya sekaligus karena mobil jarang melewati Jalintim dan hanya sedikit yang mampir ke rumah makan tersebut, stok bahan makanan juga menjadi mubazir.
"Langganan kami ini mobil truk fuso dan truk tronton serta beberapa bus antar pProvinsi, sekarang pada lenyap. Menu andalan tetelan daging yang biasa dimasak 8 kilo setiap hari, kini kami tidak lagi menyediakan" ujar dia.