Daun Cocor Bebek Bawa Dellia Fientepani Bersaing di Ajang Peneliti Belia di Abu Dhabi

Penulis: Melisa Wulandari
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dellia Fientepani siswi SMA Negeri 17 Palembang

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Meneliti bagi Dellia Fientepani suatu hal yang mengasyikan.

Ia tidak pernah membayangkan suatu saat ia bakal mengujikan karyanya hingga ke ajang Internasional.

“Ini bermula dari Bugemm, program sekolah yang wajib kami ikuti setiap semesternya mulai dari kelas X. Dalam program ini, kami dibimbing untuk membuat sebuah karya tulis,” kata gadis kelahiran Palembang ini.

Ia juga mengaku tidak percaya diri dengan karyanya, namun berkat motivasi dari guru pembimbing akhirnya ia memutuskan untuk maju.

Alhasil, karyanya diperhitungkan dan berhasil lolos seleksi dalam Expo Sciences International (ESI) Abu Dhabi 2019 yang diselenggarakan Kementerian Urusan Kepresidenan Uni Emirat Arab.

Dellia menuturkan, ide penelitiannyanya berawal ketika ia melihat daun cocor bebek yang banyak tumbuh di daerahnya.

Ia berpikir kalau daun cocor bebek ini memiliki karakteristik yang sama dengan lidah buaya yang telah dikenal bisa menyembuhkan luka.

"Kemudian saya memiliki inisiatif membandingkan efektifitas penyembuh luka dua jenis tanaman itu menggunakan media tikus."

"Penelitian yang semula hanya untuk menyelesaikan tugas Bugemm perdananya saat kelas X ini ternyata gak nyangka bisa berlanjut hingga kompetisi internasional," kata cewek yang bercita-cita ingin jadi dokter bedah ini.

Dari pengalamannya ini, Dellia mengingatkan kepada adik-adik kelasnya yang sedang berjibaku menyelesaikan karya Bugemm untuk serius menyelesaikan tugas dan jangan putus asa.

Bugemm bagi Delia sangat bermanfaat dalam membiasakan menulis karya ilmiah dan meneliti.

“Adik-adik nanti akan merasakan sendiri manfaatnya. Jangan dijadikan beban, jadikan sebuah proses pembelajaran yang punya beribu manfaat. Bugemm bukan beban, Bugemm itu jalan menuju
kesuksesan,” katanya.

Guru pembimbing Dellia, Widya Grantina SPd MT menganggap penelitian anak didiknya ini terbilang unik walau tampak sederhana.

Oleh karenanya ia memilih penelitian ini untuk diikutkan dalam lomba peneliti belia secara bertahap dari tingkat kota, provinsi hingga regional.

Beberapa bulan lalu, panitia Center Young Scientists (CYS) memanggil Delia untuk merevisi dan melanjutkan tahapan lombanya.

Halaman
12

Berita Terkini