Diperkirakan sebanyak 46 juta penderita Alzheimer di dunia dan satu juta penderita penyakit Alzheimer di Indonesia pada tahun 2013.
Celakanya, 3 dari 4 pasien demensia di seluruh dunia meninggal sebelum terdiagnosis sebagai pasien demensia.
Seorang dokter pun tidak dapat benar-benar mendiagnosis penyakit Alzheimer sampai setelah kematian, karena standar emas diagnosis Alzheimer adalah dengan memeriksa otak secara mikroskopis.
Kemajuan teknologi yang terjadi saat ini memungkinkan diagnosis Alzheimer dapat dilakukan sebelum kematian.
Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI). MRI adalah jenis pemeriksaan penunjang paling noninvasif untuk membantu menegakkan diagnosis penyakit Alzheimer.
Namun banyaknya permintaan serta terbatasnya dokter ahli radiologi membuat penegakan diagnosis Alzheimer melalui MRI sering tertunda, biasanya 2 minggu setelah MRI dilakukan hasil baru dapat diambil.
Dari fakta itu, Tim yang terdiri dari tiga orang diantaranya R.A. Dwi Puspa Anjani (Fakultas Kedokteran), Faransi Al-Azdi (Fakultas Ilmu komputer) dan Cynthia Caroline (Fakultas Ilmu komputer) tergerak untuk melakukan membantu.
Tim mengembangkan aplikasi kecerdasan buatan untuk membaca MRI secara cepat, untuk membedakan antara hasil MRI normal dan Alzheimer.
Kecerdasan buatan adalah kemampuan komputer untuk meniru satu atau lebih fungsi kecerdasan manusia.
Dalam kasus ini untuk membedakan gambar dengan ciri-ciri tertentu melalui sejumlah pelatihan. Pelatihan menggunakan banyak gambar MRI yang telah diberi tanda Alzheimer atau normal.
Perangkat lunak ini dapat hadir sebagai solusi untuk membantu mempercepat penegakan diagnosis penyakit Alzheimer yang memiliki kemampuan kecepatan dalam menganalisis rata-rata sebesar 1 detik per tiap gambar MRI.
Hasilnya, membuat akurasi analisis MRI yang dilakukan perangkat lunak ini mencapai 93% . Hal ini diharapkan akan membantu meningkatkan produktivitas dan efisiensi dokter radiologi.
" Perangkat lunak ini dalam waktu singkat mampu membaca hasil MRI, sehingga deteksi dini penyakit Alzheimer dapat dilakukan dan dilanjutkan dengan penanganan medis," kata Ketua Tim, R.A. Dwi Puspa Anjani.
Ia melanjutkan akan terus melakukan pengembangan perangkat lunak dengan kecerdasan buatan dengan menambah data menambah data gambar MRI. Melalui langkah kerjasama dengan Rumah Sakit penyedia jasa MRI di Palembang.
" Lebih tepat jika perangkat lunak ini bakal menjadi asisten dokter dalam mendeteksi penyakit Alzheimer dengan membaca hasil MRI yang sebelumnya telah dilakukan terhadap pasien," tegasnya.