Sedekah Ruwah

Tradisi Sedekah Ruwah Sambut Bulan Ramadan Sesuai Ajaran Rasulullah

Penulis: Abu Hurairah
Editor: Kharisma Tri Saputra
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tradisi Sedekah Ruwah Menurut Ajaran Islam

TRIBUNSUMSEL.COM - Sedekah Ruwah atau biasa disebut Ruwahan salah satu tradisi yang dimiliki Indonesia saat menyambut bulan Ramadan.

Sedekah Ruwah dilakukan mulai pertengahan bulan syaban atau Nisfu Syaban (15 Syaban) menjelang bulan Ramadan.

Ruawahan merupakan tradisi mendoakan orang yang telah meninggal dunia, seperti Orang Tua, Adik, Kakak, Keluarga dan Lainnya.

Tak hanya mengirim doa untuk orang-orang yang sudah meninggal, tradisi ruwahan juga biasanya diwarnai dengan sedekah berupa makanan.

Masyarakat yang merayakan akan berbagi makanan dengan mengirim makanan ini biasanya juga dilakukan secara bersama-sama dengan berkumpul bersama warga lain di suatu tempat.

Berikut penjelasan lengkap sedekah ruwah menurut ajaran islam:

Sedekah Ruwah Sesuai Ajaran Rasulullah SAW

Dikutip dari Sripoku.com Sodaqoh sangat dianjurkan di dalam agama Islam, baik ketika orang masih hidup, maupun setelah meninggal, karena bagi yang akan meninggal Allah SWT masih memberi peluang baginya untuk berwasiat, dan wasiatnya dilaksanakan oleh ahli warisnya.

Terhadap keluarga yang sudah meninggal dunia, maka bagi ahli warisnya dan keluarganya disunnahkan untuk memohon ampunan buat almarhum dan almarhumah, dan doa-doa tersebut akan mudah di ijabah Allah SWT pada waktu-waktu tertentu seperti yang dikemukakan oleh Imam Syafi'i:

"Sungguh doa akan dikabulkan pada 5 malam, yaitu:

  1. Malam Jumat
  2. Malam lebaran Idul Adha
  3. Malam lebaran Idul Fithri
  4. Malam pertama bulan Rajab
  5. Malam Nisfu Syaban (malam ke lima belas bulan Syaban).

Keterangan dari kitab As-Sunnanul Kubra Karya Imam Al-Baihaqi. Vol.3 hlm.319 cetakan Darul Fikr, Beirut, Lebanon.

Maka pada malam Nisfu Syaban itu kaum muslimin memohonkan ampun keluarganya dan dalam acara doa tersebut diiringi dengan sodaqoh yang pahalanya untuk almarhum dan almarhumah.

Doa permohonan ampun tersebut dinantikan oleh arwah di alam kubur bukan saja dari anak-anak mereka, akan tetapi dari saudara-saudara mereka dan sahabat-sahabat mereka sebagaimana dinyatakan dalam Hadis Nabi Muhammad saw.

yang artinya;
"Mayit di kuburnya seperti orang yang hanyut minta tolong, dia menunggu doa yang disampaikan dari anak-anaknya, atau dari saudara-saudaranya atau dari sahabat-sahabatnya.

Maka apabila dia mendapatkan nya (do'a) adalah dia lebih menyukai (senang dengan doa) itu daripada dunia dengan segala apa yang ada padanya" (I'aanat at Tholibin Juz. II. hal. 142)

Apa yang dilakukan oleh anak-anak almarhum di dunia, dapat diketahui oleh ibu dan bapak mereka yang telah mati, setiap malam Jumat sebagaimana dijelaskan oleh Rasululla saw.

yang artinya:
"Dibeberkan (catatan) amal-amal (hamba Allah) pada hari Senin dan Kamis kehadirat Allah Swt., dan ditampakkan kepada Nabi, dan bapak dan ibu mereka (yang sudah mati) pada hari Jumat.

Maka gembira mereka dengan kebaikan yang dilakukan oleh anak-anak mereka, dan bertambah putih dan cemerlang wajah mereka, maka bertaqwalah kamu dan jangan dibikin sedih mereka". (HR.Al-Hakim dari Walid abdul aziz).

Bahkan berkat dari pada doa anaknya, maka derajat orang tuanya dapat meningkat di surga, sebagaimana sabda Rasulullah saw.

yang artinya:
"Kelak akan ada seorang yang dinaikkan tingkatan kedudukannya di dalam surga, sehingga ia bertanya-tanya. "Kenapa sekarang aku bisa begini?" Orang tersebut mendapat jawaban, "Berkat permohonan ampun anakmu untukmu." (HR.Ahmad, Ibnu Majah dan Baihaki dari Abu Hurairah ra.)

Artinya:
"Dan dari Ibnu Abbas, dia berkata: Seorang laki-laki datang kepada Nabi Muhammad saw. bertanya: "Sesungguhnya ayahku telah meninggal dunia, padahal dia berkewajiban haji, bolehkah aku menghajikannya? Nabi Muhammad saw. menjawab: "Bagaimana pendapatmu, seandainya ayahmu meninggal dengan menanggung hutang, bolehkah engkau membayarkan hutang dia?" Dia menjawab; "ya".

Nabi Muhammad saw. bersabda: "Oleh karena itu, hajikanlah dia" (HR. Daruquthni). Artinya: "Sesungguhnya sedekah itu meredam panasnya kubur keluarganya (yang sudah mati), dan bahwasanya orang-orang mukmin pada hari kiamat bernaung dengan naungan sedekahnya". (HR.At Tabrani). Artinya: "Bahwasanya seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah saw. "Ya Rasulullah, kami bersedekah untuk keluarga kami yang sudah mati, dan kami menghajikan mereka (badal haji) dan mendo'akan mereka, apakah semuanya itu sampai (pahalanya) kepada mereka?". Rasulullah saw. menjawab: "ya sesungguhnya semua itu sampai kepada mereka, dan sesungguhnya mereka gembira apabila kalian memberikan hadiah kepadanya". (Al Hadits)

Bahkan menurut Ibnu Abbas ra. sedekah tersebut dibutuhkan oleh arwah orang-orang mati pada hari dan malam tertentu. Artinya:

"Seperti dikatakan Ibnu Abbas ra.: "Apabila hari raya, hari 'asyuro, hari Jumat, awal bulan Rajab, malam nisfu sya'ban, dan malam Lailatul qodar, malam Jumat arwah orang-orang mati keluar dari kubur mereka dan berhenti di hadapan pintu rumah mereka dan mereka berkata; kasihanilah kami pada malam yang penuh barokah ini dengan sedekah atau (kalau tidak banyak) segenggam, karena kami sangat membutuhkan sedekah tersebut. Maka jika kamu bakhil, tidak mau bersedekah dengan materi, maka ingatkan kami dengan Al-Fatihah…" (Ibnu Abbas, daqo'ikul Akbar 1980:18)

Inilah landasan kaum muslimin melakukan sodaqoh di malam Nisfu Syaban.

Bagi yang mau melakukannya tentu ada manfaatnya bagi keluarga mereka yang sudah di alam Barzah.

Keterangan:
Konsultasi agama ini diasuh oleh Buya Drs H Syarifuddin Yakub MHI.

Berita Terkini