"Tribun Sumsel/ Tribunsumsel.com menyajikan informasi Kota Palembang dan berita Kota Palembang dan Sumatera Selatan. Kami juga menyajikan berita-berita artis ternama tanah air yang sedang naik daun."
Kunjungi selalu: tribunsumsel.com
Laporan wartawan Tribun sumsel.com, Eko Hepronis.
TRIBUNSUMSEL.COM, LUBUKLINGGAU - Jeratan kemiskinan membuat Sairin Agus Salim (61) dan Yusmara (55) terpaksa hidup dalam sebuah gubuk reot di Kelurahan Kali Serayu, Kecamatan Lubuklinggau Utara II.
Sepasang suami istri itu tinggal berhimpit-himpitan di dalam gubuk berukuran 4 x 4 meter persegi bersama enam anaknya yakni Aan, Zul, Ujang, Doni, Ridho, dan Anis.
Lokasi gubuk mereka jauh dari permukiman warga, karena berada di ujung pemakamam etnis Tionghoa. Tanah yang mereka diami saat ini pun hanya sebatas menumpang.
Atap rumah yang mereka tempati hanya terpal dan berdindingkan triplek dan kardus bekas. Sementara ruang masak dan tempat tidurnya pun hanya dibatasi oleh dinding kardus.
Bahkan akibat kemiskinan itu membuat mereka lupa bagaimana mengurus rumah. Sebab pakaian sehari-sehari dan perabotan rumah terlihat berantakan dimana-mana.
Yusmara mengaku sudah tiga tahun menempati gubuk reot tersebut. Awalnya ia bersama suami dan anak-anaknya mengontrak rumah di daerah Megang.
"Saya asalnya dari Sorolangun Jambi, bapaknya ini (Sairin) orang Linggau, dulu awalnya kami tinggal di Megang Ujung ngontrak," kata Yusmara saat dibincangi Tribunsumsel.com, Selasa (18/12).
Namun karena tak mampu membayar rumah kontrakan, akhirnya mereka sekeluarga pindah. Kemudian ada warga yang kasihan mengizinkan mereka membangun gubuk di tempat itu.
"Sejak saat itu kami tinggal disini sembari nyadap karet yang punya kebun. Hasilnya kita bagi dua dengan yang punya," tuturnya.
Dalam sepekan, Yusmara dan Suaminya mampu menghasilkan 10 Kg getah karet siap jual.
Namun uang hasil jual karet harus dibagi dua dengan pemilik tanah.
Sudah pasti uang hasil jual karet tidak cukup, karena beban mereka cukup berat.
Selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Yusmara dan suaminya harus menyekolahkan tiga anaknya.
Bahkan karena tidak punya biaya untuk melanjutkan pendidikan Anis Putri mereka harus berhenti di kelas 5 Sekolah Dasar (SD).
Sedangkan anak tertuanya Aan dan Zul harus bekerja serabutan.
Jika tak ada uang sama sekali untuk membeli makanan, Yusmara mengaku terpaksa mengambil sisa-sia sayuran di pasar untuk dijadikan sayur makan.
"Kadang daun singkong yang ditanam di samping rumah ini,
Jadilah masak daun singkong, kadang direbus, kalau ada minyak kadang ditumis," ucapnya.
Yusmara mengaku ingin menghabiskan masa tua hidup di rumah yang layak seperti orang-orang pada kebanyakan, karena setiap hujan turun mereka selalu kebasahan.
Maklum saja gubuk reot mereka setiap hujan turun bocor dimana-mana. Ditambah belakangan hujan turun disertai angin kencang kerap melanda Kota Lubuklinggau.
"Kadang kalau hujan deras kami sekeluarga keluar. Takut sewaktu-waktu bisa mengangkat atap dan kami celaka kena timpa pohon," ujarnya.
Ia mengaku sudah mendapat bantuan dari pemerintah.
Walaupun bantuan itu diterimanya dua bulan sekali.
"Ada dapat dapat bantuan, ada juga warga yang suka memberi bahan makanan, walaupun sisa-sisa," ucapnya.
Terpisah Ketua RT 02 Kelurahan Kali Serayu, Herman Jaya mengatakan Sairin dan keluarganya itu merupakan pendatang yang pindah dari kelurahan Jogo Boyo.
"Aslinya bukan warga sini, dari kelurahan sebelah (Jogoboyo). Mereka numpang disana baru setahun terakhir," kata Herman.
Herman mengaku jika keluarga Sairin juga sudah mendapat perhatian dari pemerintah, melaui Program Keluarga Harapan (PKH) yang di salurkan setiap bulan.
"Memang tidak bisa saya memberikan bantuan. Karena masih terdaftar di wilayah Joyoboyo, saya sudah beberapa kali mendatanginya untuk meminta pindah domisili," katanya.
Namun sampai sekarang belum juga diurus oleh Sairin. Ia tidak tahu mengapa Sairin malas mengurusnya padahal, menurutnya dengan pindah domisili membuat mereka mudah mendapat bantuan.
"Kedepan kita minta Sairan bersama istrinya bagusnya ditempatkan di Panti Jompo usianya sudah tua, sementara anak-anaknya kita ingin dipindahkan ke panti asuhan supaya bisa bersekolah," terangnya.