TRIBUNSUMSEL.COM - Akademisi Nadirsyah Hosen mengunggah kisah tentang Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
Cerita Nadirsyah ini dikisahkan oleh Husein Muhammad, pendiri Fahmina Institute.
Nadirsyah mengatakan, Gus Dur sering tidak memiliki uang.
Jikapun ada, uang tersebut kerap diberikan kepada orang lain yang membutuhkan.
Dikatakan oleh Nadirsyah dari Gus Mus (Mustofa Bisri), bahkan Gus Dur tidak memiliki dompet.
Nadirsyah lantas mempertanyakan, mereka yang meneladani atau membenci Gus Dur apakah memiliki dompet.
Baca: Cut Meyriska Ramai Disebut Netizen Jadi Korban Pelecehan Raffi Ahmad, Videonya Jadi Viral
Dan jika punya, apa isi dompet mereka.
Nadirsyah juga mengunggah screen capture dari kisah Gus Dur yang disampaikan oleh Husein Muhammad.
Berikut ini isi dari cerita Husein Muhammad tentang Gus Dur yang sering yak punya uang.
"Adik saya, sekaligus keponakan Gus Dur; Nanik Zahiro, juga bercerita kepada saya.
Dia pernah kuliah di Institute Ilmu Alquran (IIQ), Jakarta, awal tahun 90-an, dengan biaya dari Gus Dur.
Setiap bulan dia datang ke PBNU untuk bertemu pamannya itu, mengambil uang kost dan biaya kuliahnya.
Suatu hari dia pernah kehabisan uang, karena uang dari Gus Dur digunakan untuk keperluan lain yang tidak terduga.
Dia sudah minta kiriman dari ayahnya di Tambak Beras, Jombang, tetapi belum juga tiba.
Dia datang ke Gus Dur di kantor PBNU untuk meminta bantuan tambahan dan mohon maaf karena mendesak.
Tetapi ketika itu Gus Dur sedang tak punya uang. Namun beliau tak menolaknya.
Ia mengatakan: "Tunggu sebentar ya, Nan. Saya akan pergi dulu sebentar."
Ia pergi ke tempat sebuah seminar yang hari itu kebetulan harus dihadirinya dan Gus Dur menjadi narasumber utama.
Tidak lama sesudah itu beliau kembali dan menyerahkan amplop honor seminar yang masih tertutup rapat itu kepada keponakannya itu.
"Ambil seperlunya saja ya," katanya.
Nanik menerimanya dengan senang. Wajahnya berbinar-binar. Dia membuka amplop itu.
Tetapi sesudah menghitung isi amplop tersebut, dia bilang bahwa keperluannya adalah seluruh isi amplop itu.
Gus Dur diam saja. "Ya sudah, gak apa-apa. Ambil saja semua." Yogya, 11.10.18 HM."
Kisah Gus Dur ini dikicaukan oleh Nadirsyah lewat kicauan Twitternya, Jumat (12/10/2018).
"Cerita Kiai @Huseinmuh553 ini bikin merinding.
Gus Dur sering gak punya uang. Kalau ada uang pun dg enteng dikasihkan ke yg lain.
Bahkan kata Gus Mus, Gus Dur itu jg gak punya dompet.
Mereka yg meneladani atau membenci Gus Dur, pada punya dompet kan? Ayo isinya apa?," kicau Nadirsyah.
Kisah ini juga mendapat tanggapan dari putri Gus Dur, Aliisa Wahid.
Alissa membenarkan apa yang dikisahkan oleh Nadirsyah dan Husein Muhammad.
Alissa menambahkan, Gus Dur mengatakan jika uang adalah titipan untuk masyarakat.
Oleh karena prinsip dari tersebut, anak-anak Gus Dur harus mempersiapkan uang sendiri untuk kuliah.
"Beliau memang begitu. Dan yang urutan terakhir adalah putri2nya. Karena "uang itu titipan untuk masyarakat," kata Beliau. Jadi kami sejak kuliah sudah harus siapkan uang sendiri," ungkap Alissa Wahid.
Selain Alissa Wahid, Yenny Wahid juga pernah menceritakan kisah perjuangan keras kehidupan Gusdur dan keluarganya.
Hal ini disampaikan Yenny saat mendeklarasi dukungannya pada Joko Widodo (Jokowi)-Mar'uf Amin di Rumah Pergerakan Politik Gus Dur, Kalibata, Jakarta Selatan, Rabu (26/9/2018) sore.
Dalam pembacaan deklarasi dukungan untuk Jokowi-Mar'uf, ia menceritakan kehidupan sederhana yang pernah dijalani oleh keluarganya.
Kehidupan tersebut berawal dari sosok kakeknya, KH Wahid Hasyim, yang pernah menjadi menteri agama pada kabinet Presiden Soekarno, meninggal dalam kecelakaan mobil.
Saat itu, kakek dan neneknya tinggal bersebelahan dengan rumah eyang Margono, yakni kakek dari Prabowo Subianto.
Setelah sang kakek meninggal, neneknya harus berjualan beras untuk menghidupi enam anaknya.
Sementara itu, untuk membantu keluarga, Gus Dur kecil sering naik truk pengangkut beras untuk membantu.
Yenny juga mengatakan bahwa kehidupan sang ayah sangat sederhana, dan itu diterus berlanjut hingga beliau dewasa dan akhirnya menikah dengan ibunya, Sinta Nuriyah Wahid.
Saat sudah menikah pun, keduanya masih harus terus berjuang.
Yenny mengungkapkan, bahwa ayah dan ibunya pernah berjualan es lilin untuk menghidupi kehidupan mereka.
Ia juga menceritakan kehidupan sederhana yang dia alami sebagai anak kedua dari Gus Dur.
Yenny pernah berangkat sekolah dengan sepatu yang terbungkus plastik karena jalan di rumahnya berlumpur dan belum diaspal.
Dirinya juga pernah menunggu kendaraan di pinggir jalan yang penuh dengan asap knalpot, kehujanan di halte bis, juga berdiri berjam-jam dalam bis dari Ciganjur ke Grogol tempatnya kuliah.
Meski begitu, Yenny bersyukur pernah hidup susah, sehingga dia bisa mengasah empati di dalam dirinya.
Karena didikan orang tua yang hidup sederhana itulah, yang menjadi bekal Yenny dan saudaranya untuk tidak terlena dengan posisi dan jabatan. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com dengan judul Nadirsyah Ceritakan Gus Dur yang Jarang Punya Uang, Alissa Wahid: Uang Itu Titipan untuk Masyarakat, http://solo.tribunnews.com/2018/10/12/nadirsyah-ceritakan-gus-dur-yang-jarang-punya-uang-alissa-wahid-uang-itu-titipan-untuk-masyarakat