TRIBUNSUMSEL.COM-Hotman Paris Hutapea, lahir pada 20 Oktober 1959 atau 58 tahun lalu di sebuah desa di Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara.
Pada usianya yang hampir senja, karier mantan anak desa tersebut justru kini kian bersinar.
Hotman kini adalah pengacara kondang yang wara-wiri pada sejumlah stasiun televisi di Tanah Air, wajahnya menghiasi media massa nasional dan internasional, serta kian populer melalui media sosial.
Baca: Sedang Berlangsung : Live Streaming Asian Games 2018, Perjuangan Sepak Takraw Indonesia Raih Emas
Baca: BREAKING NEWS : Cabor Pencak Silat Sumbang Emas Bagi Indonesia
Baca: Live Streaming Asian Games 2018, Atlet Indonesia Berjuang di Cabor Renang Artistik
Baca: Live Streaming Asian Games 2018 Atlet Indonesia Berlaga di E-Sports
Baca: Detik-detik Lucinta Luna Jatuh dari Tangga, Komentar Netizen Malah Bikin Ngakak
Popularitas Hotman sebagai pengacara pun membuat tarifnya kian mahal.Kini, dia sedang dijuluki "Pengacara Rp 30 Miliar" atau tarifnya untuk membela klien dalam 1 kasus bisa mencapai angka Rp 30 miliar.
Sungguh fantastis.
Jika misalnya pengacara spesialis kasus pailit ini menangani 10 kasus dalam sebulan, maka bayaran diterimanya bisa mencapai Rp 300 miliar dan itu hanya hitung-hitungan kotor.
Baca: 10 Muharram: Inilah Amalan Hari Asyura atau 10 Muharram yang Mendatangkan Banyak Pahala Allah SWT
Baca: Tahun Baru Islam 1 Muharram 1440 H 11 September 2018: Ini Doa Akhir Tahun dan Doa Awal Tahun Baru
Baca: Tahun Baru Islam 1 Muharram 2018, Lakukan 3 Amalan ini untuk Mendulang Pahala
Maka tak heran pun, suami dari Agustianne Marbun tersebut serta ayah dari 3 anak tersebut (Frank Alexander Hutapea, Felicia Putri Parisienne Hutapea, Fritz Paris Junior Hutapea) kini bergelimang harta, serta selalu pamer kemewahan.
Pamer kemewahan, misalnya mengendarai mobil sport Lamboghini seharga miliaran rupiah, jam tangan seharga mobil, hingga pakaian juga bisa menjadi satu di antara trik Hotman di depan klien agar tak dipandang enteng hingga menaikkan nilai tawarnya.
Sama pula dengan sejumlah pengacara lainnya.
Apalagi misalnya jika misalnya peraih gelar S-2 dari University of Technology, Sydney, Australia, 1990; dan S-3 dari Fakultas Hukum, Universitas Padjajaran, Bandung tersebut berhadapan dengan klien dari kalangan konglomerat.
Klien Hotman tak hanya dari dalam negeri, namun juga dari luar negeri.
Beberapa waktu lalu, dia pulang dari Singapura bertemu dengan kliennya dan dalam perjalanan, dia malah bertemu lagi dengan kliennya dari Jerman.
Entah berapa bayaran Hotman jika kliennya berasal dari negara lain atau bahkan dari benua lain.
Hotman kini menjadi pengacara kaya raya dan mungkin saja nilai kekayaannya sudah mencapai triliunan rupiah.
Karier Hotman sebagai pengacara melejit setelah krisis moneter pada tahun 1998.