TRIBUNSUMSEL.COM - Sekretaris Jenderal Partai Gerindra, Ahmad Muzani mengatakan, saat ini sudah ada perkembangan signifikan dalam penjajakan komunikasi yang dilakukan tersebut.
Bakal Cawapres Prabowo Subianto sudah mengerucut kepada dua nama.
Sayang, Muzani enggan menyebutkan ke dua nama yang kini sedang dibahas tersebut.
Baca: Pernah Maniak Rokok, Mantan Atlet Indonesia Ini Kini15 Tahun Bertahan dengan Satu Paru-paru
Baca: Dipanasi Politisi Demokrat, Tsamara Terima Tantangan Debat dengan AHY
Baca: Mengerucut, Sekjen Partai Gerindra Sebut Dua Nama Cawapres Prabowo
Namun Pengamat politik, Said Salahudin memprediksikan dua nama kuat yang akan maju bersama Prabowo Subianto adalah Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY (Demokrat) dan Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri.
Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma) ini mengatakan putera sulung Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu menyisihkan tiga nama kandidat cawapres dari Prabowo yang sebelumnya mengemuka, yaitu Ahmad Heryawan atau Aher (PKS), Zulkifli Hasan atau Zulhas (PAN) dan Anies Baswedan.
Menurut dia, AHY menguat karena PAN tidak terlalu 'ngotot' untuk memajukan Zulhas.
Sedangkan Anies, karena dia bukan orang partai, dorongannya tidak cukup kuat.
Sementara Aher, dari sisi elektabilitas dia diperhitungkan kalah kuat dari AHY.
"Perhitungan tentang prospek penambahan suara bagi Prabowo sepertinya akan lebih berat ke AHY," papar Said kepada Tribunnews.com, Senin (6/8/2018).
Namun, dia melihat, posisi AHY yang sudah menguat ini sekarang terancam karena Forum Ijtima Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF-Ulama) mengusulkan nama Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri dan Ustad Abdul Somad (UAS) dan sebagai kandidat cawapres untuk Prabowo.
Tak berselang lama, Ustad Abdul Somad menyatakan mundur dari kandidat. Jadi tersisa Habib Salim Segaf.
Pemunculan Habib Salim Segaf oleh GNPF-Ulama sebagai kandidat cawapres Prabowo kata dia, tampaknya akan membuat proses penentuan cawapres dari kubu penantang petahana Joko Widodo (Jokowi) menjadi semakin alot.
"Ketika yang dimunculkan nama Habib Salim, peta persaingan di kubu 'oposisi' bisa berubah lagi. Kekuatan AHY terpaksa harus ditimbang ulang. Sebab, Habib Salim jelas lebih kuat dari Aher," katanya.
Karena imbuhnya, UAS atau Habib Salim lebih bisa merebut suara pemilih muslim.
Catatan penting lainnya, dia menjelaskan, Habib Salim Segaf merupakan non-jawa, mantan dubes, mantan menteri, dan lebih dari itu 'maqom' Habib Salim tidak sama dengan Aher.
"Dia punya garis keturunan yang oleh sebagian pemilih muslim dipandang mulia. Sebab dia memiliki nasab dengan Nabi Muhammad SAW," katanya.
Dengan nasabnya itu, imbuhnya, dia tentu berpotensi meraup suara pemilih muslim lebih banyak dibandingkan dengan Aher.
Oleh sebab itu, ketika GNPF-Ulama memajukan nama Habib Salim, PKS sebetulnya sangat terbantu.
Sebab atas dukungan itu, peluang PKS yang sempat mengecil untuk memajukan kadernya sebagai cawapres Prabowo kini kembali terbuka lebar.
"Pantaslah jika PKS berterimakasih kepada GNPFU. Dari hasil 'Ijtimak' Ulama yang digelar oleh GNPFU itu, posisi tawar PKS dihadapan Prabowo, termasuk juga SBY semakin kuat," katanya.
Apalagi kata dia, PAN melalui, Amien Rais sudah memberi kode setuju untuk duet Prabowo-Salim.
"Sebetulnya, setelah membaca pergerakan Prabowo selama ini, saya hampir sampai pada kesimpulan bahwa Prabowo akan mengambil AHY. Sinyal Prabowo itu sudah tampak sejak ia mengunjungi rumah SBY pada beberapa waktu yang lalu," ucapnya.
"Tetapi setelah nama Habib Salim mencuat, Prabowo tampaknya akan berhitung ulang untuk mencomot AHY," katanya.
Sebab menurutnya, dia kadung berjanji untuk ikut pada arahan ulama.
Dia menduga, Prabowo sepertinya juga tidak mengira GNPF-Ulama akan menduetkan dia dengan Habib Salim.
Bukan cuma Prabowo, imbuhnya, usulan GNPF-Ulama itu juga sepertinya membuat SBY "deg-deg-an'.
"Sebab saya yakin SBY tahu betul beda antara Aher dan Habib Salim," katanya.
Ia yakin, pasti SBY punya kalkulasi tersendiri soal nama pesaing anaknya itu.
"SBY pastilah bisa mengukur implikasi politik dari dimunculkannya nama Habib Salim oleh kelompok Islam politik yang tengah berkibar semisal GNPF-Ulama," ujarnya.
Dia juga melihat, SBY tentu perlu meyakinkan kembali Prabowo agar tetap berpasangan dengan AHY.
Untuk memuluskan harapannya itulah maka tak heran jika SBY, kata dia, sudah berani mengambil keputusan untuk membangun koalisi antara Demokrat dan Gerindra, sambil berkata,'Prabowo Presiden kita.'
"Jadi koalisi yang disepakati oleh Prabowo dan SBY saya baca tidak lepas dari tujuan SBY untuk mengamankan AHY sebagai cawapres Prabowo, betapapun kukuh dikatakan tidak ada pembicaraan khusus mengenai posisi cawapres," katanya.
Karena itu ketika Prabowo mengatakan SBY tidak memaksakan AHY untuk menjadi cawapresnya dan menyerahkan penentuan posisi cawapres sepenuhnya kepada dirinya, dia mengira itu sekedar fatsun politik saja.
"Prabowo sepertinya ingin menjaga kehormatan SBY dan pada saat yang sama berusaha menjaga perasaan PKS dan PAN sebagai mitra koalisi potensial berikutnya," ucapnya.
Sebelumnya, Muzani mengatakan, saat ini sudah ada perkembangan signifikan dalam penjajakan komunikasi yang dilakukan tersebut. Bakal Cawapres Prabowo sudah mengerucut kepada dua nama.
"Pembicaraan sampai dengan tadi malam Wapres yang akan mendampingi pak Prabowo sudah mulai mengerucut kepada dua nama," ujar Muzani di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, (6/8/2018).
Menurut Muzani, dua nama tersebut kini terus dimatangkan. Selain dikomunikasikan dengan partai koalisi, dua nama tersebut menurut Muzani dikomunikasikan dengan sejumlah pihak terkait.
"Kita sedang terus melakukan pembicaraan dengan partai-partai calon koalisi untuk mmbicarakan nama-nama tersebut. Dan kita juga terus melakukan pembicaraan dengan pihak-pihak terkait yang bisa memberikan suport dukungan kita karena itu mungkin kita akan mengambil keputusan untuk Wapres di akhir," katanya.
Muzani enggan menyebutkan ke dua nama yang kini sedang dibahas tersebut.
Yang pasti menurutnya dalam pembahasan ke dua nama itu, perlu dilakukan dengan sabar dan telaten, sehingga yang terpilih nanti mampun bersaing dengan calon petahana.
"Tetapi tentu saja pembicaraan ini harus sabar, harus telaten, dan kita harus memiliki ya kesabaran untuk mendengar dari semua," katanya.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Adu Kuat Demokrat Dengan PKS: AHY dan Salim Segaf Berebut Kursi Cawapres Prabowo, http://www.tribunnews.com/nasional/2018/08/06/adu-kuat-demokrat-dengan-pks-ahy-dan-salim-segaf-berebut-kursi-cawapres-prabowo?page=all.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak