“Seorang perempuan menikah bukan berarti ide-ide dan kreativitas menjadi mati. Kita tetap bisa berkarya dengan catatan tidak meninggalkan tugas utama, yaitu mengurus dan mendidik anak-anak. Ummi sewaktu Ujemasih ada, Uje yang bertugas mencari nafkah. Ummi di rumah, karena memang seharusnya begitu,” ujarnya.
Seorang perempuan yang sudah menikah dan memiliki anak, idealnya memang menjadi ibu rumah tangga. Namun, ada kondisi-kondisi yang membuat ibu itu harus bekerja di luar rumah.
“Mungkin karena faktor ekonomi yang tidak mencukupi atau seperti ummi yang ditinggal wafat oleh suami. Kita tidak boleh menghakimi seorang istri dan ibu yang bekerja di luar rumah, berbaik sangka saja dan bersyukur dengan keadaan kita. Jangan merasa diri paling benar, sehingga mudah menghakimi orang lain,” lanjutnya.
Mendidik Anak dengan Teladan
Banyak teori dalam mendidik anak. Namun, bagi Ummi Pipik, cara yang paling ampuh adalah dengan memberikan teladan. “Ibu itu sangat penting bagi anak-anak. Ibu adalah icon yang 24 jam pasti bersama anaknya dibandingkan ayah. Karena ayah kan bekerja untuk mencari nafkah,” ujarnya.
“Jika ingin memiliki anak yang saleh, rajin salat, lihat dulu kita sebagai ibunya rajin salat nggak? Anak sering salat berjamaah nggak dengan ibunya? Atau kita sebagai ibu hanya menyuruh saja? Kita ingin punya anak rajin baca al-Quran. Kita lihat ibunya, mengajari anaknya membaca al-Quran nggak? Karena anak ini akan melihat, bagaimana yang dia contoh,” lanjut Ummi Pipik.
Menurut Ummi Pipik, jika anak tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka yang harus mengevaluasi diri adalah orangtuanya. “Jadi, kalau anak kita akhirnya nggak sesuai dengan harapan kita. Ya, yang harus dievaluasi adalah kita dulu sebagai orangtuanya,” katanya.
Ummi Pipik menjelaskan bahwa ada banyak anak yang menganggap orangtuanya sebagai monster yang menyeramkan.
Anak-anak itu taat kalau di depan orangtuanya. Sementara di luar, anak-anak itu bebas melakukan apa saja sesukanya. “Jangan sampai kita jadi orangtua seperti itu. Jadilah sahabat yang baik untuk mereka. Memberikan nasihat yang baik.
Memberi batasan-batasan mana yang baik dan buruk, utamanya sih memberikan contoh, teladan yang baik,” jelasnya.
“Biasanya, ummi dan almarhum Uje mendidik anak dengan memperlihatkan contoh yang nyata, bukan hanya bicara. Misalnya, waktu kita jalan naik mobil sekeluarga. Kemudian ada tukang minta-minta. Biasanya ummi berhenti dulu. Ummi bilang ke anak-anak, ayo kalian mau ngeluarin uang nggak buat sedekah ke mereka?” ujarnya.
Ummi Pipik memberi saran kepada para orangtua untuk tidak menyayangi anak secara berlebihan. “Tidak semua permintaan anak harus dituruti dan dipenuhi. Misalnya, ketika anak minta sepatu baru, karena lihat temannya pakai sepatu baru dengan merek tertentu. Kita lihat dulu, sepatu anak masih bagus dan layak dipakai nggak. Jangan sampai membelikan sesuatu untuk gaya saja. Itu kebiasaan yang kurang baik,” tuturnya.
Ketika ditanya tentang cara mendidik keempat anaknya, Ummi Pipik menjelaskan “Tips pengen punya anak yang rajin baca qur’an…. lihat diri kita dulu, baca alqur’an gak di depan anak2 … kita ajarin gak anak2 kita baca alqur’an… kalau kitanya malas ya anak kita pasti malas… simple kan”.
Meskipun masih kecil, kemampuan Bilal membaca Alquran tidak perlu diragukan lagi. Bahkan suaranya dalam melantunkan ayat-ayat suci Alquran, sangat menyentuh hati orang yang mendengarkannya.
Perempuan berusia 38 tahun tersebut juga menambahkan, Bahwa dalam mendidik anak layaknya bermain layangan, tidak boleh terlalu keras, juga jangan terlalu lembut. Karena menurutnya, anak yang dididik terlalu keras biasanya akan jadi pembangkang setelah remaja, Begitupun sebaliknya jika terlalu dimanja maka akan jadi penakut.