Ruang Tamu Cendana di Malam Sebelum Soeharto Lengser, Tak Mau Tegur Habibie

Editor: M. Syah Beni
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Soeharto saat mengumumkan mundur dari jabatannya di Istana Merdeka, pada 21 Mei 1998.

Malam itu Cendana amat sepi.

Namun, Probosutedjo memberanikan diri masuk dan melihat kakaknya bersama putrinya, Siti Hardijanti Rukmana atau biasa dipanggil Mbak Tutut, duduk di ruang tamu.

"Suasana hening dan nampak redup," kata dia.

Setelah Tahu Soeharto Ingin Mundur Ia langsung duduk bergabung dan coba memberikan semangat untuk kakaknya.

Baca: Dinikahi Mantan Kekasih Raline Shah, Penampilan Baru Whulandary Herman Jadi Sorotan Artika Sari Devi

Namun, Tutut memintanya untuk tidak lagi berupaya meluruskan keadaan.

Tutut pula, kata dia, yang menyodorkan surat pengunduran diri 14 menteri ke hadapannya.

Saat itu, ungkap Probosutedjo, Tutut mengatakan bahwa ayahnya sudah bulat untuk mundur. Soeharto begitu terkejut menerima surat pengunduran diri 14 menteri itu.

"Ia sangat kecewa, itu jelas.

Ditinggalkan para menterinya adalah pukulan hebat bagi presiden mana pun," kata dia.

Malam itu pula keterkejutan Soeharto tak sampai di situ. Ia menuturkan, kakaknya itu mengungkapkan, Wakil Presiden BJ Habibie menyatakan bersedia menggantikannya sebagai presiden.

Soeharto mengeluhkan sikap Habibie.

Baca: Ingat Sosok Helen Pemain Sinetron Kepompong,Begini Kondisinya Sekarang,Hamil Anak Ke-2!

Ia tak habis pikir Habibie berubah dalam tempo singkat.

Sebelumnya berdasarkan penuturan Probosutedjo, Habibie menyatakan tak sanggup menjadi presiden.

"Ini membuat kakak saya sangat kecewa. Hari itu juga dia memutuskan untuk tidak mau menegur atau bicara dengan Habibie," ungkapnya.

Malam itu, Habibie menelepon Soeharto.

Halaman
123

Berita Terkini