Menurut seorang mantan narapidana kasus terorisme, Densus-88 telah mendeteksi kantong-kantong jaringan sel teroris di Kota Medan dan Tanjungbalai.
"Densus-88 sudah mendeteksi karena beberapa orang teroris bolak-balik dari Tanjungbalai ke Jakarta. Jaringan yang ditangkap itu bekas binaan saya dulu. Mereka jaringan Budi dan Hendra," ujar lelaki yang minta namanya tidak dipublikasikan, saat ditemui, Rabu (16/5/2018).
Sebagaimana diberitakan, tim gabungan Densus 88, Brimob Polda Sumut dan Direktorat Intelkam Polda Sumut menangkap 11 orang terduga jaringan teroris kelompok Budi.
Mereka ditangkap di beberapa lokasi di tiga derah, yakni Kota Tanjungbalai, Kabupaten Asahan dan Kota Medan, pada Selasa (15/5). Dari 11 orang itu, dua di antaranay Budi dan Hendra.
Si mantan terpidana teroris mengklaim, Budi cukup lama belajar serta mendapatkan binaannya dan bekerja pada usaha bekam miliknya, sebelum ditangkap Densus-88.
Tapi, ketika ia ditangkap, Budi berangkat ke Jakarta sekaligus bergabung ke Abu Jibril di Tangerang, Banten.
Diketahui, Abu Jibril pernah dituding terlibat dalam aktivitas Jamaah Islamiyah serta organisasi Kumpulan Mujahidin Malaysia (KMM) yang disebut-sebut terkait terorisme.
Ia pernah ditahan Pemerintah Malaysia selama tiga tahun.
Selain itu, Abu Jibril pernah dijebloskan 10 bulan penjara lantaran memberikan identitas palsu saat membuat paspor di kantor Imigrasi KBRI Kuala Lumpur, pada November 1999.
Bahkan, Ridwan Abdul Hayyie, putra dari Abu Jibril tewas di Suriah saat bergabung dengan ISIS berperang melawan tentara Suriah.
Ridwan atau dikenal Abu Omar meninggal dunia karena terkena peluru tank milik tentara pemerintah Suriah.
Selama di Suriah, Abu Omar bergabung dengan pemberontak Jabhat Al Nusra yang merupakan cabang dari kelompok teroris Al-Qaeda.
"Begitu Muhammad Jibril dihukum lima tahun penjara, Budi menjengguk. Dan kami bertemu, berbincang. Pada saat itu, Desember 2010. Saya menduga, Budi dan Hendra terkoneksi dengan kelompok di Surabaya. Kalau Hendara dulunya tukang becak," katanya.
Sejak Desember 2010 tidak pernah lagi bertemu dengan Budi dan Hendra, lantaran ia sudah bertobat.
Namun, ideologi Budi dan Hendra tidak kuat sehingga tidak dianggap begitu membahayakan. Namun, yang pernah diwaspadai adalah Reza.