Jika Diusung Partai-partai Ini, Gatot Nurmantyo Digadang Capres Kuat Kalahkan Joko Widodo !

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUNSUMSEL.COM -- Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo dinilai sosok paling potensial bisa menumbangkan calon presiden (Capres) patahana, Joko Widodo pada Pilpres 2019 mendatang.

Peneliti senior Lingkaran Survei Indonesia (LSI Denny JA), Toto Izul Fatah ‎mengatakan Gatot merupakan figur yang tingkat resistensinya paling minimal di antara figur Capres lain yang beredar saat ini.

Hanya saja, masalah besar Gatot lebih pada persoalan tiket dukungan parpol yang belum jelas.

Menurut Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Denny JA ini, ada tiga alasan mengapa Gatot yang paling potensial.

Pertama, dari segi karakter personal figur, Gatot adalah sosok yang merepresentasikan dua karakter sekaligus dari Prabowo Subianto yang tegas dan punya potensi menjadi strong leader dengan Joko Widodo yang sederhana dan merakyat.

Prabowo Subianto dan Gatot Nurmantyo (kolase kompas.com)

"Sehingga, alasan dan keinginan rakyat yang memilih Prabowo karena sikap tegas dan nasionalisnya dan memilih Joko Widodo karena kesederhanaan dan sikap merakyatnya sudah cukup terwakili oleh sosok Gatot yang memiliki kedua karakter tersebut," katanya.

Karena itu, lanjut Toto, jika Gatot berhasil mendapat tiket dari Poros Ketiga dengan mengantongi minimal 20 persen kursi DPR RI, maka yang akan tergerus suaranya bukan saja Prabowo melainkan juga Joko Widodo.

Dengan kata lain, Gatot akan menjadi ‘ancaman’ berat buat Joko Widodo dan Prabowo pada 2019 nanti.

 "Apalagi, jika Gerindra dan PKS akhirnya bergabung mendukung Gatot bersama PAN, PKB dan Demokrat, peluang Jokowi untuk menang semakin berat. Terlebih, jika Jokowi salah memilih calon wakil presidennya," katanya.

Alasan kedua, menurut Toto, selain karena faktor record personal sebagai mantan panglima TNI yang getol menyuarakan semangat kedaulatan bangsa dan jaga NKRI, Gatot juga termasuk figur yang tingkat resistensinya paling minimal. 

Kecuali, isu dirinya yang dikaitkan dengan pengusaha ternama, Tommy Winata karena kedekatannya sejak lama.

"Jika pun itu dijadikan senjata oleh lawan politiknya, dari potret hasil survei kita kecil pengaruhnya. Isu itu bukan public interest yang bisa menggoyahkan dia karena semua tokoh, politisi, calon presiden pasti punya kedekatan dengan pengusaha. Dan hebatnya, Gatot tak mengelak dari isu itu. Bahkan, dia mengakuinya dengan jujur," tuturnya.

Alasan ketiga, Gatot dinilai sebagai figur yang punya kedekatan atau relatif diterima dengan baik oleh segmen pemilih mayoritas, yakni kalangan Islam, khususnya Islam konservatif yang jumlahnya cukup besar.

Respon positif kalangan mayoritas ini kepada Gatot dimulai sejak dirinya menjabat panglima TNI yang mengambil sikap moderat pada saat mencuatnya aksi protes terhadap kasus penistaan agama oleh mantan gubernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama.

Hanya saja, kata Toto, nasib Gatot saat ini masih tergantung sejumlah parpol di luar parpol pendukung pemerintah, khusus Demokrat, PKS dan Gerindra.

Termasuk, PKB dan PAN yang terkesan masih mengintip dinamika politik kedepan jelang pendaftaraan capres dan cawapres pada Agustus mendatang.

"Tugas berat Gatot lainnya, tentu terkait dengan elektabilitasnya yang masih rendah, dibawah 5 persn. Angka ini dinilai wajar karena Gatot belum mengantongi syarat hukum besi untuk menang, yaitu tingkat pengenalannya yang kurang lebih antara 45-50 persen. Jika saja dalam waktu dekat ini dia bisa mendongkrak pengenalannya hingga 70 persen, apalagi 80 persen, dugaan saya elektabilitasnya sangat potensial meroket," ungkapnya.

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. (TRIBUNNEWS)
Halaman
12

Berita Terkini