Beberapa hari kemudian, Mai memperlihatkan perubahan.
Dia menjadi sosok yang amat berbeda.
Emosinya tidak terkontrok, ia mulai mengamuk dan berteriak tanpa alasan.
Dia kemudian mulai gagal mengenali teman dan keluarganya satu per satu.
Hisashi tahu ada yang tidak beres.
Mereka membawanya ke rumah sakit, di mana dokter gagal memberi mereka jawaban.
Mereka tidak tahu apa yang salah.
Beberapa hari setelah dirawat di rumah sakit, kondisi Mai memburuk. Jantungnya sempat berhenti berdetak.
Setelah penyelamatan darurat dilakukan, Mai harus dimasukkan ke ventilator untuk menyelamatkan hidupnya.
Mai kemudian sempat koma dan mengalami kejang mendadak.
Dokter mengatakan kepada mereka bahwa Mai mungkin tidak akanbertahan hidup lebih lama.
Setelah lima bulan di rumah sakit, dokter menemukan bahwa dia memiliki ensefalitis limbik, yang disebabkan oleh tumor ovariumnya.
Hisashi dan keluarga Mai terpukul mendengar jawaban dokter.
Meski begitu, Hisashi menegaskan bahwa dia akan tinggal di sisinya sampai dia sembuh.