Namun massa semakin beringas bukannya mundur malah terus melempari petugas dengan bom molotov.
Suasana semakin mencekam. Suara letusan senjata dan mercon terdengar saling bersahutan.
Aparat kepolisian tak mau kalah dan terus maju merangsek masuk, bahkan aparat kepolisian terpaksa menembak massa menggunakan peluru karet.
Sekira pukul 10.00 WIB, massa yang terus terdesak perlahan-lahan mundur dan lari menyelamatkan diri masing-masing.
Setelah memukul mundur massa aparat kepolisian langsung masuk ke rumah Sarbeni yang diduga aktor intelektual perlawanan itu.
Setelah dilakukan pencarian, akhirnya Sarbeni berhasil ditemukan aparat dari dalam salah satu kamar rumahnya dan langsung diborgol dan digelandang ke Mapolres Lubuklinggau.
Tak berselang lama polisi juga mengamankan Yanci, tetangga Sarbeni, yang diduga salah satu penggerak perlawanan massa.
Yanci juga diamankan dari dalam rumahnya dan langsung di gelandang ke Polres Lubuklinggau.
Selain itu, Polisi mengamankan enam orang lainnya yang di duga provokator massa melakukan perlawanan, termasuk dua orang wanita.
Ada dua orang yang terluka dalam aksi bentrok itu, satu orang dari pihak massa bernama Aprianto (26) mengalami luka tembak terkena peluru karet dibagian paha kananya dan langsung mendapat perawatan di Rumah Sakit Sity Aisyah Lubuklinggau.
Sementara dari pihak kepolisian satu orang anggota Brimob terpaksa juga harus dilarikan ke Rumah Sakit karena mengalami luka di bagian tangannya karena terkena sayatan senjata tajam.
Setelah situasi dapat dikendalikan aparat kepolisian dan api blokade jalan berhasil dipadamkan, rombongan juru sita dari Pengadilan Negeri (PN) Lubuklinggau langsung masuk dan membacakan putusan pengadilan, bahwa sesuai putusan pengadilan dan kasasi tanah itu saat ini sudah menjadi milik Perum Damri.
Usai membacakan putusan itu, tim juru sita langsung mengangkut barang-barang yang ada di rumah-rumah itu, setelah semuanya terangkut dua alat berat langsung meratakan bangunan-bangunan permanen itu dengan tanah.
Fitri adik Sarbeni salah satu pemilik rumah yang dieksekusi meluapkan amarahnya terus mengupat tim eksekusi saat melihat alat berat masuk mulai merobohkan rumah dua lantai milik kakaknya.
Beberapa kali ibu muda itu terlihat mondar mandir dan mencoba menghentikan alat berat saat masuk ke halaman rumah kakaknya itu, bahkan ia terus menjerit dan menangis histeris sembari mengupat petugas dan tim eksekusi.