Laporan Wartawan Tribunsumsel, M Syah Beni
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Fenomena Gerhana Matahari Total (GMT) di Palembang telah usai.
Beragam pendapat dilontarkan masyarakat tentang GMT. Ada yang senang namun adapula yang kecewa.
Terutama mereka yang menyaksikan GMT dari sisi Jembatan Ampera dan Benteng Kuto Besak.
Penyebabnya kepulan asap (PT Pusri menyebutnya uap air) dari pabrik PT Pusri yang berada tepat di lokasi terjadinya GMT.
Kepulan asap itu membumbung tinggi dan berkumpul menjadi seperti gumpalan awal sehingga pandangan terhalang.
Proses terjadinya gerhana tidak bisa dilihat dengan sempurna.
Sontak saja masyarakat yang berada di BKB kecewa. Bahkan mereka melepas kacamata dan melihat dengan mata telanjang.
Teriakan-teriakan mengumpat perusahaan milik BUMN itu terdengar jelas.
"Pusri pengacau, penganggu," teriak mereka di BKB
Momen GMT yang sejatinya menjadi momen paling berharga bagi fotografer juga harus menelan pil pahit.
Kepulan asap yang keluar dari corong pabrik PT Pusri membuat hasil tidak maksimal.
Bahkan fotografer lebih banyak mengambil foto asap yang terus membumbung tersebut.
"Semua kecewa, baik (fotografer) lokal maupun nasional, terutama warga Palembang semua kecewa," ujar Fajri, fotografer.
Menurutnya, tanda-tanda matahari tertutup asap sudah terjadi sejak pukul 07.00 WIB.
Saat itu kepulan asap dari pabrik terus naik ke langit dan menggumpal membentuk awan.
" Terus keluar asap hingga pukul 08.00 saat momen GMT berlangsung," tambahnya
Sehari sebelumnya Humas PT Pusri Sulfa Ganie saat dikonfirmasi. Tribun Sumsel memastikan aktivitas PT Pusri tidak akan menganggu GMT.
Hal ini setelah adanya pertemuan antara BLH Kota Palembang dan pihak PT Pusri.
Ia juga menepis bahwa yang keluar dari pabrik itu adalah asap. Benda menyerupai asap itu adalah uap air.