Pemilihan Rektor Unsri

EKSKLUSIF: Penelepon Gelap Teror Calon Rektor Unsri

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah Mahasiswa Unsri yang Tergabung Kedalam Gerakan Diskusi dan Aksi Sriwijaya (Garda Sriwijaya) Menggelar Aksi Seruan Peduli Pilrek Unsri di Depan Gedung Rektorat

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - "Dindo, dak usah nak calon rektor. Dukung aku bae, kagek dindo jadi wakil rektor." Suara lelaki di ujung telepon itu membuat kaget Prof Dr Yuwono M Biomed, bakal calon Rektor Unsri periode 2015-2019. Seseorang mencoba menghentikan niatnya untuk memimpin Unsri.

"Saya kaget dan merasa prihatin," kata Yuwono, dosen senior Fakultas Kedokteran Unsri.

Jelang pemilihan Rektor Unsri yang dijadwalkan akhir pekan ini, lobi-lobi semakin intensif dilancarkan para kandidat. Arah dukungan senat juga mulai mengerucut ke sejumlah nama, meski belum dipastikan tiga besar calon rektor yang akan bersaing memerebutkan 65 persen suara senat dan 35 persen suara dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang dipimpin Menteri Mumammad Nasir.

Panitia seleksi telah mengumumkan nama-nama bakal calon rektor versi survei civitas akademika (senat, dosen, staf, dan mahasiswa). Prod Dr Yuwono menempati urutan kedua dari 120 nama. Sedangkan pada urutan pertama Prof Dr Amzulian Rifai, posisi ketiga ditempati Prof Dr Slamet Widodo, dan urutan keempat Prof Dr Anis Saggaf.

Prof Yuwono sempat gamang mengetahui namanya berada di urutan kedua survei itu. Ia menuangkan perasaan itu ke fanspage facebook dua hari setelah namanya diumumkan.

"Saya gamang karena kita semua sudah tahu bahwa di negeri ini tidak ada pemilihan apapun kecuali penuh intrik dan politik yang dibelakangnya adalah sifat iri dan dengki, bukan kepentingan memajukan/memakmurkan lembaga atau rakyat." Kalimat itu tertulis di status facebook.

Tak butuh waktu lama setelah hasil survei keluar, dukungan terus mengalir mendorong Yuwono untuk maju. Beberapa temannya juga menelepon langsung. Mereka berjanji segera bergerak.

“Saya juga bingung bergerak kemana. Saya ingatkan, kalau bergerak untuk kebaikan akan mendapat ridho dan kemudahan dari Allah,” ujar pria 43 tahun ini.

Dosen Fakultas Kedokteran ini memiliki ruangan kerja berukuran 2x2,5 meter di Kampus Madang, Sekip. Ia menyatakan kemantapan hati sambil menunjukkan map bewarna kuning berisi berkas persyaratan untuk ikut pendaftaran tahap penyaringan, Kamis (4/6). Suara lelaki di ujung telepon mencoba menghentikannya, pada waktu itu, tidak dia gubris. (tim)

Berita Terkini