TRIBUNSUMSEl.COM, PALEMBANG - Kabut asap kebakaran hutan dan lahan di provinsi Sumatera Selatan sejak beberapa hari terakhir, mulai menghilang khususnya di kota Palembang. Pantauan tim dari Posko Satgas penanggulangan bencana asap akibat kebakaran hutan lahan di Provinsi Sumsel, saat ini cuaca di kota Palembang sudah mulai berawan dan asap pekat kebakaran yang selalu menyelimuti sudah turun drastis.
Menurut kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel, Yulizar Dinoto mengatakan, berdasarkan data satelit yang diperoleh pihaknya dari BMKG Palembang, meskipun udara di Palembang sudah fresh, namun hotspot masih ada di Sumsel.
Dikatakannya, berdasarkan data modis (Satelit Terra dan Aqua), pada 22 Oktober pukul 5.00 WIB, terdapat 29 hotspot di Sumsel, yang mana jumlah itu mengalami penurunan dari hari sebelumnya, dan semuanya berada di Kabupaten OKI. Dengan rincian Kecamatan Cengal 4 titik, Pampangan 4, Pedamaran 2 dan Tulung Selapan 19 hotspot.
"Cuaca saat ini memang sudah baik, ini berkat kegiatan pemadaman melalui water booming yang dilakukan setiap hari, dan adanya hujan di tempat titik api berasal. Meskipun begitu, titik hotspot masih saja terjadi, namun jumlahnya sudah sedikit," katanya, Rabu (22/10/2014).
Dikatakannya, selain pemadaman dengan Helikopter Mi-8, Kamov, Sirkosky, Bolkow. Pemadaman juga dilakukan regu pemadaman kebakaran yang terdiri atas masyarakat, berbagai instansi pemerintah dan relawan manggala Agni sudah berusaha semaksimalnya memadamkan kebakaran.
"Kita memang prioritaskan memadamkan disumber api, dikarenakan lokasinya yang sulit menyebabkan pemadaman terhambat," jelasnya.
Terkait dengan rencana permintaan hujan buatan di Sumsel, Noto mengatakan, hingga sekarang BNPB melalui BPPT telah mengerahkan satu unit Cassa 212 (pelita air).
"Pesawat sudah sejak kemarin tiba di bandara Lanud Palembang, dan telah menyemai 4 ton garam untuk melakukan modifikasi cuaca," tandasnya.
Pengendalaian kebakaran hutan dan lahan di Sumsel menurut Yulizar memang terkendala kondisi geografis daerah Sumsel. Salah satunya adalah lantaran lahan yang sebagai besar dalam bentuk lahan gambut. Dikatakan, lahan gambut jika terbakar terbanyak menimbulkan kabut asap. Kabut asap lantas bisa mengakibatkan gangguan kesehatan dan transportasi.
"Jika terbakar lahan gambut itu akan sulit padam jika terbakar, sebab kebawahnya hingga 5 meter, dan harus hujan beberapa kali, baru apinya mati," tandasnya.