Farid, putra pertama almarhum Letkol (Purn) Toni Hartono, pilot tempur
TNI yang tewas akibat kecelakaan pesawat di Bandung, mengatakan, pada
saat hendak terbang, dia sempat mengucapkan hati-hati kepada ayahnya.
"Setelah
briefing, saya pesan kepada ayah untuk hati-hati," kata siswa SMP
Assalam kelas VII ini saat pemakaman ayahnya di Margahayu, Kabupaten
Bandung, Minggu (30/9).
Meski merasa berduka ditinggal pergi sang
ayah, Farid bercita-cita untuk menjadi pilot seperti almarhum. Apalagi
ketika ayahnya masih hidup, almarhum sering mengajarkan simulator
pesawat. Selain itu, kenangan yang tak terlupakan, almarhum sering
membantu Faris dalam mengerjakan pekerjaan rumah.
Sedangkan Mertua
Toni Hartono sudah memiliki firasat bakal ditinggal menantunya itu
sebelum pesawat AS-202 Bravo yang diawaki Toni jatuh.
“Dua hari lalu,
Bapak mengeluarkan baju putih-putih milik almarhum.
Baju itu ternyata
baju yang digunakan oleh TNI AU untuk upacara kematian,” kata Rini
Anggandini, adik ipar Toni, di rumah duka Jalan Bapa Supi Paledang,
Lengkong Besar, Kota Bandung.
Rini mengenang Toni sebagai pribadi
yang sangat perhatian pada keluarganya, bahkan pada warga sekitar. “Anak
sulung almarhum Toni, Farid, merasa sangat kehilangan sehingga
terus-terusan menangisi kepergian almarhum. Apalagi Farid memang dikenal
sangat dekat dengan ayahnya,” tutur Rini.
Warga pun mengenal Toni
sebagal sosok yang ramah. Meski Toni merupakan pendatang anyar yang baru
tiga bulan memiliki rumah di Paledang, namun dia sudah akrab dengan
tetangga-tetangganya.
“Beberapa hari sebelum tragedi di Husein
Sastranegara, Pak Toni sempat membereskan administrasi kependudukan yang
tertunda akibat mempersiapkan acara Bandung Air Show,” kata Saleh,
Ketua RT 4 Paledang, Bandung.
Rekan satu angkatan almarhum, Letkol
Johnny Sumaryana mengatakan, almarhum merupakan orang yang baik. Toni
juga tidak pernah membantah atasannya. Semua rekan almarhum merasa
kehilangan, karena Toni juga adalah aset berharga.
Toni adalah salah
satu pilot tempur terbaik yang dimiliki TNI Angkatan Udara. Ia bergabung
dengan Bandung Pilot Academy setahun lalu, dan ikut berpartisipasi
dalam atraksi di Bandung Air Show 2012.
Namun atraksi itu berakhir
duka ketika pesawat yang dipiloti Marsekal Muda (Purn) Noorman T Lubis
dan Letkol (Purn) Toni Hartono jatuh ketika bermanuver di langit Bandara
Husein Sastranegara Bandung, Sabtu (29/9).
Direktur Bandung Pilot
Academy, Nasrun Natsir, dalam dukanya mengatakan musibah memang tak
dapat diterka. “Pak Toni sudah sangat berpengalaman. Ia pernah
menerbangkan sejumlah pesawat tempur, antara lain jenis Hawk 100, Hawk
200, Hawk Mk 53, dan Skyhawk,” kata Nasrun di rumah duka Jalan Bapa Supi
Paledang, Lengkong Besar, Kota Bandung.
Rekam jejak Toni dalam
mengawaki pesawat tempur, menurut Nasrun, tak perlu diragukan lagi. Oleh
sebab itu rekan-rekan Toni tak menyangka Toni jatuh ketika sedang
mengawaki pesawat AS-202 Bravo buatan Swiss tahun 1969 yang dimiliki
Indonesia sejak tahun 1971.
Kawan-kawan Toni di Bandung Pilot Academy
bahkan tidak tahu jika Toni ikut dalam atraksi terbang Bandung Air
Show. Mereka baru tahu ketika kecelakaan terjadi. Toni bersama Noorman
meningga.
Dokter Murah Hati
Seperti apa sosok Marsma (Purn)
Norman T Lubis? Rekannya mengatakan, Noorman merupakan pilot handal yang
juga berprofesi sebagai dokter mata. Di usianya yang ke-70 tahun,
Noorman mengoleksi pesawat latih pribadi untuk diterbangkan sendiri.
Terbang memang hobi Noorman. Ia kerap menghabiskan masa pensiunnya
dengan mengangkasa di langit biru.
Di usia pensiun itu pula, Noorman
buka praktik di klinik Bandung Eye Center. Pria lulusan Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung, tahun 1978-1981 itu
tergolong dokter yang dikenal ramah dan tidak pandang buku dalam
mengobati pasiennya. Ia bahkan tak segan mengobati tetangganya yang tak
mampu secara cuma-cuma.
Jenazah Norman dimakamkan secara militer di
TPU Sirnaraga, Bandung, Minggu. Isak tangis dari istri dan ketiga anak
almarhum serta kerabat pecah saat jenazah almarhum dimasukkan ke liang
lahat.
Upacara pemakaman tersebut dipimpin oleh Kepala Dinas
Kesehatan (Kadinkes) TNI Angkatan Udara (AU) Marsekal Pertama TNI
Bambang Hendro Suharto. Dalam sambutannya, Bambang menyatakan secara
lahiriah, kepergian almarhum merupakan sebuah kehilangan yang dirasakan
oleh semua pihak. "Terlebih-lebih, dirasakan bagi keluarganya. Namun
sebagai insan Tuhan yang beriman dan bertaqwa, perisitiwa ini akan
diterima dengan keihklasan dan ketaqwaan bagi kita semua," kata Bambang.
Ia
mengatakan, almarhum sudah mengakhiri dharma bakti bagi keluarga bangsa
dan negara dengan menyumbangkan sumbangsih yang besar. Norman
meninggalkan seorang istri bernama Tien Lubis dan tiga orang anak
bernama Nashia Yohara Lubis (38), Nanda Anisa Lubis (32) dan Nyndya
Zanaria Lubis (27). (tribun jabar/Ant)
Saya Pesan Kepada Ayah untuk Hati-hati
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger