TNI Tewas Dianiaya Senior

PROFIL Letkol Inf Justik Handinata Sempat Larang Bawahan Siksa Prada Lucky, Perintah Dilanggar

Mengenal sosok Letkol Inf Justik Handinata, komandan yang sempat melarang bawahannya melakukan tindak kekerasan terhadap

Penulis: Laily Fajrianty | Editor: Moch Krisna
TribunPapua/istimewa
Ilustrasi TNI - Sosok Letkol Inf Justik Handinata, komandan yang sempart melarang bawahannya melakukan tindak kekerasan terhadap Prada Lucky. 

Langkah ini menunjukkan upaya Letkol Justik Handinata dalam menegakkan disiplin dan melindungi hak asasi prajurit di bawah komandonya.

Meskipun perintah tersebut telah disampaikan, kenyataannya Prada Lucky tetap mengalami kekerasan fisik yang berujung pada kematiannya.

Hal ini menjadi catatan kelam yang menunjukkan adanya tantangan serius dalam pengawasan dan pengendalian internal di lingkungan militer.

Peran Letkol Justik Handinata dalam melarang penyiksaan menjadi bukti bahwa tidak semua pimpinan mendukung tindakan kekerasan, dan menunjukkan adanya upaya dari pucuk pimpinan untuk mencegah pelanggaran HAM dalam satuannya.

Namun, kasus ini juga menjadi panggilan untuk evaluasi lebih mendalam terkait penegakan disiplin dan budaya di lingkungan militer agar kejadian serupa tidak terulang kembali.

Sebagaimana diberitakan Prada Lucky Chepril Saputra Namo (23), prajurit TNI Angkatan Darat (AD) dari Batalyon Teritorial Pembangunan 834/Wakanga Mere di Nagekeo, NTT tewas diduga mengalami penganiayaan dari seniornya pada Rabu, 6 Agustus 2025.

 

Motif Penganiayaan

Terungkap motif 20 oknum TNI senior lakukan penganiayaan terhadap Prada Lucky Chepril Saputra Namo di Nusa Tenggara Timur (NTT) hingga berujung meninggal dunia.

Adapun tindakan penganiayaan dilakukan berawal dari kegiatan pembinaan prajurit.

Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen TNI Wahyu Yudhayana melansir dari Kompas.com, Senin (11/8/2025).

“Motif, saya sudah sampaikan semuanya atas dasar pembinaan. Jadi pada kesempatan ini saya menyampaikan bahwa kegiatan ini terjadi semuanya pada dasarnya pelaksanaan pembinaan kepada prajurit," kata Wahyu.

Namun, alih-alih menghasilkan prajurit yang berkualitas, proses pembinaan tersebut justru memakan korban jiwa, sementara prajurit lainnya menjadi tersangka.

Aksi Pembinaan yang Berujung Maut Libatkan Sejumlah Prajurit Wahyu menjelaskan pembinaan dilakukan terhadap beberapa personel, termasuk korban, dalam rentang waktu berbeda.

 Proses ini melibatkan sejumlah prajurit, sehingga penyidik memerlukan waktu untuk mengusut peran masing-masing tersangka.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved