Berita Viral

Kisah Pilu Purnawirawan Serma Mustari, Diduga Ditelantarkan Anak-Istri, Tinggal di Kamar 2x2 M

Kisah pilu purnawirawan Kopassus Serma Mustari Baso, diterlantarkan anak dan istri hidup sebatang kara di Kampung Kunjung Mange,

|
Penulis: Laily Fajrianty | Editor: Weni Wahyuny
TRIBUN-TIMUR.COM/Muh Agung Putra Pratama
PENSIUNAN TNI - Batituud Koramil 05 Batang, Pelda Alimuddin, Mustari (Purn TNI) dam Kapolsek Batang Iptu Purwanto, saat ditemui di Kampung Kunjung Mange, Desa Kaluku, Kecamatan Batang, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (Sulsel), Sabtu (2/8/2025). 

TRIBUNSUMSEL.COM - Kisah pilu purnawirawan Kopassus Serma Mustari Baso, diduga ditelantarkan anak dan istri hidup sebatang kara di Kampung Kunjung Mange, Desa Kaluku, Kecamatan Batang, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Dulu ia berdinas di satuan paling elit, Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), kini dikenal Kopassus.

Mustari terakhir berdinas di Kabupaten Bulukumba dan tinggal mengontrak rumah bersama istri dan anak.

Namun, nasib berkata lain.

Kisah pilu purnawirawan Kopassus Serma Mustari Baso, diterlantarkan
KISAH PURNAWIRAWAN KOPASSUS - Kisah pilu purnawirawan Kopassus Serma Mustari Baso, diterlantarkan anak dan istri hidup sebatang kara di Kampung Kunjung Mange, Desa Kaluku, Kecamatan Batang, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Setelah puluhan tahun mengabdi kepada negara, di masa tuanya ia justru ditinggalkan oleh orang-orang dicintainya.

"Istrinya lebih dulu pergi, lalu anaknya menyusul. Bahkan sempat meminta Pak Mustari mengambil uang di bank sebelum benar-benar ditelantarkan," tutur Dg Sewang, anak dari H Jalling, saat ditemui Tribun-Timur.com di sebuah kafe di Jalan Ishak Iskandar, Kecamatan Binamu, Jeneponto, Sabtu (2/7/2025).

Baca juga: Isak Tangis Anak Marsma Fajar Dalam Pelukan Ibu, Ayah Gugur Kecelakaan Pesawat Latih di Bogor

Bahkan uang diambil anak Mustari mencapai lebih dari Rp100 juta.

Setelah itu, Mustari ditinggalkan begitu saja.

Ia sempat hidup tanpa arah di Kabupaten Bantaeng, lalu berpindah ke Makassar dan bertahan di Terminal Malengkeri selama sepekan.

"Hingga akhirnya, sekitar jam 12 malam, Pak Mustari tiba di rumah orangtua saya," ujar Sewang.

Mustari datang hanya membawa sebuah ransel berisi beberapa potong pakaian dan kartu pensiunan TNI.

Esok paginya, barulah keluarga H Jalling menyadari siapa tamu datang malam itu.

"Selama dua tahun beliau sudah tinggal di rumah orangtua saya. Anaknya tidak pernah mencari. Kami juga kasihan," ucap Sewang lirih.

Kini, Mustari menggantungkan hidup dari belas kasih kerabat.

Meski hidupnya tak lagi megah, ia tetap menyimpan kehormatan sebagai prajurit.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved