Berita Viral

Kisah Pilu Purwanti Ngadu ke Dedi Mulyadi Ingin Sekolah, Punya Ayah Tapi Tak Dinafkahi, Ibu Wafat

Kisah pilu dialami remaja yang berasal dari Kuningan, Jawa Barat mengaku tak dinafkahi ayahnya.

Penulis: Laily Fajrianty | Editor: Weni Wahyuny
Tangkapan layar Youtube KANG DEDI MULYADI CHANNEL
KISAH PURWANTI - Kisah pilu dialami remaja yang berasal dari Kuningan, Jawa Barat mengaku tak dinafkahi ayahnya. 

TRIBUNSUMSEL.COM - Kisah pilu dialami remaja perempuan yang berasal dari Kuningan, Jawa Barat mengaku tak dinafkahi ayahnya.

Kisah remaja bernama Purwanti ini viral setelah bertemu dengan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.

Purwanti mengadu tetap ingin bersekolah.

Purwanti menceritakan kehidupan pilu yang dialaminya ibu meninggal dunia, sementara sang ayah tidak menafkahinya.

Padahal ayahnya bekerja sebagai penjual nasi goreng di Jakarta.

Purwanti tak kuasa menangis saat menceritakan
KISAH PURWANTI - Purwanti tak kuasa menangis saat menceritakan kehidupannya setelah ibu meninggal.

Mendengar itu, Dedi Mulyadi lantas menanyakan alasan ayahnya tak memberikan uang.

"Bapaknya kerja berarti kan kalau bapak bekerja buat anaknya," kata Dedi Mulyadi.

"Kata ayah, kalau misalnya bilang enggak ada uang buat sekolah gitu, dagangnya lagi sepi terus habis itu enggak ngirim uang," ujar Purwanti.

"Enggak, maksudnya bapaknya udah kawin lagi ya?" tanyanya.

"Enggak," jawab Purwanti.

"Terus ngapain di Jakarta, enggak kawin lagi, terus dagang tapi dagangnya enggak bisa bantu pendidikan anaknya," ungkap Gubernur Jawa Barat.

"Enggak tahu," jawab Purwanti.

"Terus ngapain dagang? Maksudnya dagang hanya buat makan dirinya?" tanya Dedi Mulyadi.

"Mungkin," sebut Purwanti yang duduk di bangku SMP ini.

Baca juga: Kisah Kakek Masro Kerja Jadi Pengatur Lalu Lintas Meski Tak Digaji, Dedi Mulyadi Beri Bantuan

Mendengar cerita Purwanti, Gubernur Jawa Barat mengatakan, tidak perlu ke Jakarta jika berpenghasilan hanya untuk makan diri sendiri.

"Kuli aja di Kuningan banyak kuli bangunan. Bisa biayain anaknya kalau enggak enggak punya istri. Tapi suka ketemu sama bapaknya?" tanya Dedi Mulyadi.

Bahkan Purwanti mengaku jarang bertemu dengan ayahnya.

"5 bulan sekali. 3 bulan, 4 bulan, 5 bulan gitu," kata Purwanti.

Purwanti juga mengaku dikirim uang oleh ayahnya hanya Rp150 ribu untuk sebulan setengah.

"Kirim uang Rp150 ribu satu bulan setengah," katanya.

Purwanti juga sudah berkali-kali mencoba untuk menghubungi sang ayah.

Tapi pesan dan telepon dari Wanti sama sekali tidak pernah dibalas dan diangkat oleh ayahnya sampai sekarang.

"Makanya itu pak, kemarin-kemarin kan aku telepon terus bapak ya, sampai beberapa kali nggak diangkat. Ngechat gak dibales, gak dibaca,” pungkas Wanti.

Purwanti bukan anak yang lemah, meski beberapa kali ia menahan tangis, tapi di depan gubernur ia tetap mencoba untuk tersenyum.

Menjelaskan kejadian yang sebenarnya tentang kehidupan yang kini ia jalani sendirian.

Lebih lanjut, Purwanti mengatakan saat ini dirinya tinggal bersama sang nenek dan kedua adiknya.

Ia mengaku kehidupan sehari-harinya dibantu oleh sang bibi.

Namun untuk melanjutkan sekolah Purwanti tidak bisa karena keterbatasan biaya.

"Kadang bibi yang biayain tapi gak semua, karena bibi juga punya anak, gak bisa juga biayain SMA," tuturnya.

"Bapak orang Kuningan, keluarga bapak kadang bantu Rp2 Ribu," imbuhnya.

Lebih lanjut, Purwanti mengungkapkan penyebab kematian ibunya.

"Mama meninggal gak sakit pak, mama gantung diri," kata Purwanti sambil menangis.

"Ayah gak tanggung jawab, disuruh kirim uang buat beli beras, beli susu gak ada," tambahnya.

Mendengar itu, Dedi Mulyadi dibuat syok setelah mengetahui penyebab kematian ibu Purwanti karena kecewa terhadap ayahnya.

"Maaf ya nanya itu, bapak gak tahu kirain bapaknya sakit," kata Dedi Mulyadi sambil mengusap kepala Purwanti.

"Mungkin itu terjadi karena kecewa ya sama bapak," sambungnya.

Purwanti mengaku bahwa ibunya mengeluh tak ada uang. Bahkan kecewa kepada ayahnya yang tidak pernah mengirimkan uang.

"Iya pak, tiap hari mama ngeluh ke aku aja, katanya gak punya uang jangan diterusin sekolahnya, tapi kalau ada uang mama harus perjuangin sampe kuliah, jangan sampai kayak mama," kata Purwanti.

"Curhat kecewa sama bapaknya karena gak pernah ngirim uang," sambungnya.

"Waktu ada mama bapak memang udah jarang pulang," tanya Dedi Mulyadi.

Meski begitu, semangat Purwanti untuk melanjutkan pendidikan tak terhenti.

Kini Purwanti akan kembali melanjutkan SMA di Cidahu.

Dedi Mulyadi pun menanyakan alasan Purwanti yang tetap ingin melanjutkan pendidikan SMA.

"Apa yang membuat kami masih memiliki spirit untuk sekolah, padahal adik kamu susu aja gak bisa beli, bapaknya tidak bertanggung jawab ?," tanya KDM.

Purwanti mengaku masih ingin belajar dan ingat pesan ibunya yang tak boleh putus sekolah.

"Masih mau belajar, kata mama jangan sampai putus sekolah jadi ingat itu," kata Purwanti.

Adapun dalam kesehariannya, Purwanti turut membantu pekerjaan rumah.

Mendengar itu, Dedi Mulyadi lantas melihat tangan remaja tersebut.

"Coba lihat (melihat tangan Purwanti), kalau ini enggak pernah kerja," tutur Dedi Mulyadi.

"Kerja Bapak, nyuci," imbuh Purwanti.

"Kalau nyuci pakai kukunya panjang nanti patah," lanjut Gubernur Jawa Barat.

"Patah ini," ungkap Purwanti.

Dedi Mulyadi kembali melihat tangan Purwanti dan menegaskan siswi SMP tersebut jarang bekerja membantu pekerjaan rumah.

"Ini tangan enggak kerja ini. Anaknya lagi pertumbuhan lagi ada centil-centilnya remaja. Coba lihat, aku tuh hafal tangan orang kerja sama enggak kerja," pungkasnya.

Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News  

Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved