Hari Buruh

12 Contoh Puisi Hari Buruh Terbaik dan Penuh Makna untuk Referensi Ucapan pada 1 Mei 2025

2. Isyarat: Peringatan Jika rakyat pergi Ketika penguasa pidato, Kita harus hati-hati Barangkali mereka putus asa, Kalau rakyat bersembunyi Dan berbis

Tribunsumsel.com
ILUSTRASI PERINGATAN HARI BURUH 2025 - Inilah 12 Contoh Puisi Hari Buruh Terbaik dan Penuh Makna untuk Referensi Ucapan pada 1 Mei 2025 

TRIBUNSUMSEL.COM - Berikut akan disajikan kumpulan Puisi Hari Buruh yang berkesan dan inspiratif, cocok bagikan saat memperingati Hari Buruh Nasional pada 1 Mei 2025 mendatang, bisa juga untuk referensi Caption di Medsos.

______________

Kumpulan Puisi Hari Buruh Pilihan Terbaik

1. Kucing, Ikan Asin Dan Aku

Seekor kucing kurus menggondol ikan asin
laukku untuk siang ini  aku meloncat
kuraih pisau biar kubacok ia biar mampus

ia tak lari tapi mendongak menatapku
tajam mendadak lunglai tanganku
-aku melihat diriku sendiri! lalu kami berbagi

kuberi ia kepalanya (batal nyawa melayang)
aku hidup ia hidup kami sama-sama makan

2. Isyarat

Peringatan Jika rakyat pergi Ketika penguasa pidato
Kita harus hati-hati Barangkali mereka putus asa
Kalau rakyat bersembunyi Dan berbisik-bisik

Ketika membicarakan masalahnya sendiri
Penguasa harus waspada dan belajar mendengar
Bila rakyat berani mengeluh Itu artinya sudah gawat
Dan bila omongan penguasa Tidak boleh dibantah

Kebenaran pasti terancam Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
Dituduh subversif dan mengganggu keamanan
Maka hanya ada satu kata: lawan! (Solo, 1986)

3. Bunga dan Tembok

Seumpama bunga Kami adalah bunga yang tak
Kau hendaki tumbuh Engkau lebih suka membangun
Rumah dan merampas tanah Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak Kau kehendaki adanya

Engkau lebih suka membangun Jalan raya dan pagar besi
Seumpama bunga Kami adalah bunga yang
Dirontokkan di bumi kami sendiri Jika kami bunga
Engkau adalah tembok itu

Tapi di tubuh tembok itu Telah kami sebar biji-biji
Suatu saat kami akan tumbuh bersama Dengan keyakinan: engkau harus hancur!
Dalam keyakinan kami Di manapun tirani harus tumbang! (Solo, ’87 - ’88)

4. Sajak Suara

sesungguhnya suara itu tak bisa diredam
mulut bisa dibungkam namun siapa mampu menghentikan nyanyian bimbang
dan pertanyaan-pertanyaan dari lidah jiwaku suara-suara itu tak bisa dipenjarakan
di sana bersemayam kemerdekaan apabila engkau memaksa diamaku

siapkan untukmu: pemberontakan! sesungguhnya suara itu bukan perampok
yang ingin merayah hartamu ia ingin bicara mengapa kau kokang senjata
dan gemetar ketika suara-suara itu menuntut keadilan?
sesungguhnya suara itu akan menjadi kata ialah yang mengajari aku bertanya

dan pada akhirnya tidak bisa tidak engkau harus menjawabnya
apabila engkau tetap bertahan aku akan memburumu seperti kutukan

5. Tanpa Judul

Kuterima kabar dari kampung rumahku kalian geledah buku-bukuku kalian jarah
tapi aku ucapkan banyak terima kasih karena kalian telah memperkenalkan
sendiri pada anak-anakku kalian telah mengajar anak-anakku membentuk makna kata penindasan
sejak dini

Ini tak diajarkan di sekolahan tapi rezim sekarang ini memperkenalkan kepada semua kita
setiap hari di mana-mana sambil nenteng-nenteng senapan kekejaman kalian adalah bukti pelajaran
yang tidak pernah ditulisIndonesia,
(11 agustus ’96)

6. Seorang Buruh Masuk Toko

Masuk toko yang pertama kurasa adalah cahaya yang terang benderang
tak seperti jalan-jalan sempit di kampungku yang gelap sorot mata para penjaga
dan lampu-lampu yang mengitariku seperti sengaja hendak menunjukkan
dari mana asalku aku melihat kakiku - jari-jarinya bergerak

Aku melihat sandal jepitku aku menoleh ke kiri ke kanan - bau-bau harum
aku menatap betis-betis dan sepatu bulu tubuhku berdiri merasakan desir

Kipas angin yang berputar-putar halus lembut badanku makin mingkup
aku melihat barang-barang yang dipajang aku menghitung-hitung
aku menghitung upahku aku menghitung harga tenagaku yang menggerakkan mesin-mesin di pabrik
aku melihat harga-harga kebutuhan di etalase aku melihat bayanganku makin letih
dan terus diisap (10 september 1991)

7. Bukan Kata Baru

Ada kata baru kapitalis, baru? Ah tidak, tidak sudah lama kita dihisap
bukan kata baru, bukan kita dibayar murah sudah lama, sudah lama
sudah lama kita saksikan buruh mogok dia telpon kodim, pangdam
datang senjata sebataliyon kita dibungkam

Tapi tidak, tidak dia belum hilang kapitalis dia terus makan
tetes ya tetes tetes keringat kita dia terus makan sekarang rasakan kembali jantung
yang gelisah memukul-mukul marah karena darah dan otak jalan kapitalis
dia hidup bahkan berhadap-hadapan kau aku buruh mereka kapitalis sama-sama hidup
bertarung

Ya, bertarung sama-sama? tidak, tidak bisa kita tidak bisa bersama-sama sudah lama ya sejak mula
kau aku tahu berapa harga lengan dan otot kau aku kau tahu berapa upahmu kau tahu
jika mesin-mesin berhenti kau tahu berapa harga tenagamu mogoklah
maka kau akan melihat dunia mereka jembatan ke dunia baru dunia baru ya dunia baru. (Tebet 9/5/1992)

8. BUKAN DI MULUT POLITIKUS

BUKAN DI MEJA SPSI berlima dari solo berkeretaapi kelas ekonomi murah

Tak dapat kursi melengkung tidur di kolong pas tepat di kepala kami bokong-bong
kiri kanan telapak kaki tas sandal sepatu tak apa di pertemuan ketemu lagi kawan
dari krawang-bandung-jakarta-jogya-tangerang buruh pabrik plastik, tekstil, kertas dan macam-macam
datang dengan satu soal

Dari jakarta pulang tengah malam dapat bis rongsok pulang letih tak apa diri telah ditempa
sepanjang jalan hujan kami jongkok tempat duduk nempel jendela bocor bocor
sepanjang jalan tangan terus mengelapi agar pakeyan tak basah dingin dingin
tapi tak apa diri telah ditempa

kepala dan dada masih penuh nyanyi panas
hari depan buruh di tangan kami sendiri
bukan di mulut politikus
bukan di meja spsi (Solo 14 mei 1992)

9. E d a n

sudah dengan cerita mursilah? edan! dia dituduh maling
karena mengumpulkan serpihan kain dia sambung-sambung jadi mukena
untuk sembahyang padahal mukena tak dibawa pulang padahal mukena dia taroh
di tempat kerja edan! sudah diperas dituduh maling pula sudah dengan cerita santi?
edan!

karena istirahat gaji dipotong edan! karena main kartu lima kawannya langsung dipecat majikan
padahal tak pakai wang padahal pas waktu luang edan! kita mah bukan sekrup (Bandung 21 Mei 1992)

10. LEUWIGAJAH

Leuwigajah berputar dari pagi sampai pagi jalan-jalan gemetar debu-debu membumbung
dari knalpot kendaraan pengangkut mesin-mesin terus membangunkan buruh-buruh tak berkamar-mandi
tidur jejer berjejer alas tikar tanpa jendela tanpa cahaya mataharilantai dinding dingin lembab pengap
lidah-lidah penghuni rumah kontrak terus menyemburkan cerita buruk:

lembur paksa sampai pagi - upah rendah jari jempol putus - kecelakaan-kecelakaan
kencing dilarang - sakit ongkos sendiri mogok? pecat! seperti nyabuti bulu ketiak
tubuh-tubuh muda terus mengalir ke Leuwigajah seperti buah-buah disedot vitaminnya
mesin-mesin terus menggilas memerah tenaga murah satu kali dua puluh empat jam

Masuk - absen - tombol ditekan dan truk-truk pengangkut produksi meluncur terus ke pasar
Leuwigajah tak mau berhenti dari pagi sampai pagi cerobong asap terus mengotori langit
limbah mengental selokan berwarna Leuwigajah terus minta darah tenaga muda
Leuwigajah makin panas berputar dan terus menguras tenaga-tenaga murah (Bandung - Solo 21 Mei - 16 Juni)

11. LEUWIGAJAH MASIH HAUS

leuwigajah tak mau berhenti dari pagi sampai pagi bis-bis-mobil pengangkut tenaga murah
bikin gemetar jalan-jalan dan debu-debu tebal membumbung mesin-mesin tak mau berhenti
membangunkan buruh tak berkamar-mandi tanpa jendela tanpa cahaya matahari
jejer berjejer alas tikar lantai dinding dingin lembab pengap mulut lidah-lidah penghuni rumah kontrak

Terus bercerita buruk lembur paksa sampai pagi tubuh mengelupas-jari jempol putus - upah rendah
mogok - pecat seperti nyabuti bulu ketiak tubuh-tubuh muda terus mengalis ke leuwigajah

seperti buah-buah disedot vitaminnya mesin-mesin terus menggilas memerah tenaga murah
satu kali duapuluhempat jam masuk - absen - tombol ditekan dan truk-truk pengangkut produksi
meluncur terus ke pasar leuwigajah tak mau berhenti dari pagi sampai pagi

Asap crobong terus kotor selokan air limbah berwarna mesin-mesin tak mau berhenti
terus minta darah tenaga muda leuwigajah makin panas
berputar dan terus menguras (Bandung 21 mei 1992)

12. MAKIN TERANG BAGI KAMI

Tempat pertemuan kami sempit bola lampu kecil cahaya sedikit tapi makin terang bagi kami
tangerang - solo - jakarta kawan kami kami satu : buruh kami punya tenaga
tempat pertemuan kami sempit di langit bintang kelap-kelip tapi makin terang bagi kami
banyak pemogokan di sanasini tempat pertemuan kami sempit

Tapi pikiran ini makin luas makin terang bagi kami kegelapan disibak tukar-pikiran
kami satu : buruh kami punya tenaga tempat pertemuan kami sempit tanpa buah cuma kacang dan air putih
tapi makin terang bagi kami kesadaran kami tumbuh menyirami kami satu : buruh
kami punya tenaga jika kami satu hati kami tahu mesin berhenti

sebab kami adalah nyawa yang menggerakkannya (Bandung 21 mei 1992)

**

Artikel lainnya di google news.

Ikuti dan bergabung disaluran WhatsApp Tribunsumsel.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved