Seputar Islam

Hadits Orang Pemaaf itu Mulia, Keutamaan Sifat yang Diwariskan Rasulullah dan Para Nabi Terdahulu

Tidaklah sedekah itu mengurangi dari harta sedikitpun. Tidaklah ada seseorang yang memberi maaf pada orang lain melainkan itu kemulian baginya

Penulis: Lisma Noviani | Editor: Lisma Noviani
Tribun Sumsel
HADITS TENTANG MEMAAFKAN -- Ilustrasi orang meminta maaf, terdapat hadits yang menjelaskan orang pemaaf itu mulia, merupakan sifat yang diwariskan Rasulullah dan para nabi terdahulu. 

Lalu terdengar suara lantang dari muadzinnya Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang menyeru, “Semuanya aman, jangan ada di antara kalian yang membunuh seorang pun kecuali fulan dan fulan”, lalu disebut beberapa nama pesohor orang-orang kafir. Maka turunlah firman Allah Tabaraka wa Ta’ala:

وَاِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوْا بِمِثْلِ مَا عُوْقِبْتُمْ بِهٖۗ وَلَىِٕنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِّلصّٰبِرِيْنَ

“Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu, akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar”. [an-Nahl/16: 126].

Maka Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,

فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى اللهُ عليه وسلم: ” نَصْبِرُ وَلَا نُعَاقِبُ

“Bahkan kami memilih untuk bersabar dan tidak membalas kejelekan mereka“. [HR Ahmad 35/152 no: 21229].

Pemaaf ini juga merupakan salah satu sifat Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang tercantum di dalam Taurat. 

Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abdullah bin Amr bin al-Ash Radhiyallahu anhuma, bahwa Atha bin Yasar pernah meminta pada dirinya untuk mengabarkan tentang sifat Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang tercantum di dalam Taurat?

قَالَ: أَجَلْ إِنَّهُ لَمَوْصُوفٌ فِي التَّوْرَاةِ بِبَعْضِ صِفَتِهِ فِي الْقُرْآنِ: يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا، وَمُبَشِّرًا، وَنَذِيرًا، وَحِرْزًا لِلْأُمِّيِّينَ، أَنْتَ عَبْدِي وَرَسُولِي، سَمَّيْتُكَ المُتَوَكِّلَ، لَيْسَ بِفَظٍّ، وَلَا غَلِيظٍ، وَلَا سَخَّابٍ فِي الْأَسْوَاقِ، وَلَا يَدْفَعُ بِالسَّيِّئَةِ السَّيِّئَةَ، وَلَكِنْ يَعْفُو وَيَغْفِرُ

Beliau menjawab, “Tentu, sesungguhnya dirinya disifati di dalam Taurat dengan beberapa sifat yang ada didalam al-Qur’an.

Wahai Nabi sesungguhnya kami mengutusmu sebagai saksi, pemberi kabar gembira, dan peringatan serta penjaga bagi para kaum yang umi (tidak bisa baca tulis).

 Engkau adalah hamba dan utusan –Ku, Aku beri nama dirimu al-Mutawakil, tidak kasar lagi berperangai buruk, tidak berteriak-teriak dipasar, tidak membalas perbuatan buruk dengan yang semisalnya, akan tetapi memaafkan dan memohonkan ampun“. [HR Bukhari no: 2125].

 

Pemaaf juga merupakan sifatnya para nabi yang terdahulu

Seperti yang dijelaskan oleh Allah ta’ala tentang nabi -Nya Yusuf  ketika dirinya berkata pada saudaranya yang

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved