Demo Indonesia Gelap

Demo Indonesia Gelap di Palembang, Mahasiswa Bakar Ban di Depan Gedung DPRD Sumsel

Ratusan mahasiswa Universitas Negeri Islam (UIN) Raden Fatah Palembang yang menggelar aksi demo Indonesia Gelap membakar ban bekas.

Penulis: andyka wijaya | Editor: Shinta Dwi Anggraini
SRIPOKU/SYAHRUL HIDAYAT
DEMO -- Aksi bakar ban dari massa aksi Indonesia Gelap di DPRD Sumsel, Kamis (20/2/2025). 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG -- Ratusan mahasiswa Universitas Negeri Islam (UIN) Raden Fatah Palembang yang menggelar aksi demo Indonesia Gelap membakar ban bekas di halaman depan Kantor DPRD Sumsel, Kamis (20/2/2025). 

Massa berjalan masuk setelah sebelumnya menunggu simpang lima DPRD Sumsel Jalan POM IX Palembang. 

Sembari menunggu perwakilan dari anggota DPRD Sumsel keluar menemui, ratusan mahasiswa terus menyuarakan tuntutannya.

"Kawan kawan tetap bersatu. Jangan ada keluar dari barisan dan jangan ada yang keluar gerbang, " ungkap salah seorang korlap.

Diberitakan sebelumnya, ratusan mahasiswa UIN menduduki jalan dan perlahan mendekati pelantaran Kantor DPRD Sunsel, Kamis (20/2/2024), sekitar pukul 11.00 

Aksi ini digelar untuk menyuarakan pandangan dan tuntutan terhadap kebijakan oleh kepemimpinan Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka dalam Kabinet Merah Putih.

Baca juga: BREAKING NEWS : Mahasiswa Gelar Demo Indonesia Gelap di Palembang, Soroti Kebijakan Presiden Prabowo

Poin tuntutan yang akan disampaikan ada sebanyak delapan poin.

Presma Mahasiswa UIN Raden Fatah, Palembang, Ilham mengatakan, poin pertama tuntutan yakni penolakan terhadap pemotongan anggaran sektor pendidikan imbas dari efisiensi anggaran pemerintah.

"Akan membahayakan investasi jangka panjang menuju Indonesia Emas 2025. Pendidikan yang kuat adalah dasar bagi tercapainya tujuan (Indonesia Emas 2025) tersebut," ungkapnya disela-selanya orasi.

Lanjutnya, poin kedua, adalah pemenuhan hak dosen dan tenaga pendidikan, seperti Tujangan Kinerja (Tukin) bagi dosen Aparatur Sipil Negara (ASN) yang belum juga cair.

"Serta menjamin kesejahteraan tenaga pendidik lainnya. Keterlambatan ini dinilai merugikan sektor pendidikan," katanya kembali. 

Poin ketiga, menuntut pemerintah mengevaluasi Program Makan Bergizi Gratis atu MBG yang dicanangkan lewat program pendidikan. Ilham mengatakan, mahasiswa menekankan pentingnya transparansi dan dampak nyata terhadap kesejahteraan masyarakat. 

"Agar program ini tidak hanya menjadi simbol kebijakan tanpa manfaat yang jelas."ungkapnya. 

Kemudian, pada poin keempat, mahasiswa menolak adanya kapasitas kampu dalam mengelola Izin Usaha Pertambangan (IUP).

Hal ini kata dia, dinilai akan merusak lingkungan akademik, melanggar independensi universitas, dan bertentangan dengan prinsip keberlanjutan yang harus dijaga oleh perguruan tinggi.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved