Berita Viral

Veronica Putri Sebut Anaknya Jadi Korban Bully di SPN Polda Jabar, Bantah Valyano Boni Idap NPD

Membantah anaknya mengidap Narcissistic Personality Disorder (NPD), Ibu Valyano Boni Raphal, Veronica Putri Amalia.

Youtube TVR parlemen
SISWA SPN DISEBUT NPD- (kiri) Valyano Boni Raphael, siswa Bintara Sekolah Polisi Negara (SPN) yang dipecat karena disebut NPD saat Rapat bersama Anggota Komisi III DPR RI (31/1/2025). (kanan) Veronica Putri Amalia, ibunda Valyano Boni Raphael, siswa Bintara Sekolah Polisi Negara (SPN) keberatan putranya dikeluarkan karena disebut idap NPD 

TRIBUNSUMSEL.COM - Membantah anaknya mengidap Narcissistic Personality Disorder (NPD), Ibu Valyano Boni Raphal, Veronica Putri Amalia.

Pada Desember 2024, Boni adalah Bintara Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Jawa Barat yang diberhentikan H-6 menjelang pelantikan anggota Polri.

Justru Veronica menyebut sang anak menjadi korban bullying di SPN Polda Jabar.

Ia lantas membeberkan sejumlah peristiwa dugaan bullying yang dialami Boni.

Pada 25-27 Oktober 2024, Boni mendapat perawatan di RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung (RSBSA) karena menderita bronco pneumonia.

Tetapi, pada 27 Oktober 2024, menurut Veronica, Boni dipaksa pulang oleh pihak SPN Polda Jabar.

PEMECATAN SISWA SPN - Tangkap layar YouTube TV Parlemen yang diambil pada Sabtu (8/2/2025), memperlihatkan sosok Valyano Boni Raphael saat sidang Komisi III DPR RI RDP dan RDPU, Kamis (6/2/2025). Rapat itu membahas soal dipecatnya Boni dari SPN Polda Jabar. Di kesempatan yang sama, Kepala SPN Polda Jabar, Kombes Dede Yudy, membeberkan pelanggaran yang dilakukan Boni hingga berujung dipecat.
PEMECATAN SISWA SPN - Tangkap layar YouTube TV Parlemen yang diambil pada Sabtu (8/2/2025), memperlihatkan sosok Valyano Boni Raphael saat sidang Komisi III DPR RI RDP dan RDPU, Kamis (6/2/2025). Rapat itu membahas soal dipecatnya Boni dari SPN Polda Jabar. Di kesempatan yang sama, Kepala SPN Polda Jabar, Kombes Dede Yudy, membeberkan pelanggaran yang dilakukan Boni hingga berujung dipecat. (Tangkapan layar Youtube TVR PARLEMEN)

Padahal, kondisi Boni saat itu dikatakan belum pulih betul.

"Pada 25-27 Oktober, dirawat di RSBSA karena selama dua minggu sebelumnya demam naik turun hingga 40 derajat. Dirawat karena bronco pneumonia dengan leukosit 26.100," jelas Veronica dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi III DPR RI, Kamis (6/2/2025), dikutip dari YouTube TV Parlemen.

"Tetapi, anak kami pada hari ketiga diminta pulang paksa, diobati lanjut di SPN. Jadi belum sampai Leukosit turun, anak kami diminta pulang," imbuhnya.

Buntut pemaksaan itu, Boni kembali mengalami demam hingga harus dirawat di rumah sakit lagi pada akhir Oktober hingga awal November 2024.

"Masuk rumah sakit lagi 31 Oktober-3 November, karena Leukosit naik lagi jadi 20.000 dan merasakan nyeri di dada, demam 40," kata Veronica.

Selain dipaksa pulang saat menjalani perawatan, Boni juga menjadi korban bully saat baru saja menjalani operasi impaksi gigi kiri dan kanan.

Bullying itu, ungkap Veronica, dilakukan oleh seorang anggota SPN Polda Jabar, yaitu Aipda Neng.

Menurut pengakuan Boni, Aipda Neng memaksa mengunyah bakwan, meski tahu dirinya baru saja menjalani operasi impaksi gigi.

Kendati menolak permintaan itu, Boni disebutkan mendapatkan sindiran, hingga akhirnya mematuhi perintah Aipda Neng.

"Di hari kedua pulang dari operasi impaksi, anak kami di klinik diminta makan bakwan oleh salah satu anggota SPN. Lalu, anak kami bilang, 'Ibu ini masih sakit'."

"Lalu Ibunya bilang, 'Silakan makan, nggak mati kan kamu kalau makan'. Padahal anak saya belum ada lima hari operasi impaksi gigi kanan-kiri. Itu (terjadi hari) Selasa oleh Aipda Neng," urai Veronica.

Dua hari setelah peristiwa itu, Boni mengaku dijemput oleh sekumpulan orang-orang ber-hoodie.

Boni diminta mengikuti mereka melewati selasar SPN Polda Jabar. Setelah berhenti, mata Boni ditutup menggunakan penutup kepala hitam.

Veronica menyebut sang anak lantas diminta membuka baju dan ikat pinggang yang dikenakan, lalu diperintahkan tiarap.

Setelahnya, Boni dipukul menggunakan sapu lidi di bagian punggung belakang.

"Lalu dilanjut pada Kamis dini hari, anak kami dibawa keluar dari barak oleh orang-orang dengan baju hitam-hitam dan memakai hoodie."

"Anak kami diminta mengikuti (lewat) selasar SPN, setelah sampai di selasar, anak kami ditutup dengan penutup kepala hitam."

"Anak kami diminta buka baju, buka ikat pinggang, dan tiarap. Saat tiarap, anak kami dipukul dengan lidi dan bekasnya masih saya temukan saat saya menemani anak saya kontrol di rumah sakit," tutur Veronica.

Ia menambahkan, bullying kembali terjadi saat Boni meminta izin tidak mengikuti latihan judo sebab khawatir jahitan operasi impaksi gigi lepas.

Tetapi, menurut Veronica, Boni justru ditampar oleh diduga pelatih judo bernama Polki Aglison.

Veronica mengatakan penamparan itu disaksikan dua rekan Boni. Tetapi, saat sidang etik, rekan Boni mengatakan Boni hanya didorong di bagian bahu, bukan ditampar.

"Selasa, mau latihan judo, anak saya bilang tidak bisa ikut latihan judo dulu, karena takutnya kalau ada bantingan impact-nya di bekas operasi impaksi."

"Dan di situ ada Polki Aglison, menampar anak saya dan jahitan anak saya lepas," jelas Veronica.

"Di situ disaksikan oleh Panehas dan Bintang, tapi di sidang kode etik, mereka bilang anak saya tidak ditampar, tapi didorong bahunya," pungkas Veronica.

SPN Polda Jabar Sebut Insiden Pemukulan adalah Skenario Boni
Sementara itu, di kesempatan yang sama, SPN Polda Jabar mengungkapkan insiden pemukulan sapu lidi terhadap Valyano Boni Raphael, adalah skenario Boni sendiri.

Hal ini diketahui dari kesaksian rekan Boni, Panehas Satria, saat sidang etik.

Dalam paparan yang disampaikan Kepala SPN Polda Jabar, Kombes Dede Yudy Ferdiansyah, Boni meminta kepada Panehas agal memukul dirinya menggunakan sapu lidi.

Kepada Panehas, Boni mengaku ingin menunjukkan kepada orang tuanya, ia menjadi korban pemukulan orang tidak dikenal.

"Yang Bersangkutan mengarang cerita seolah-olah mendapatkan penindakan pemukulan dari orang tidak dikenal yang menggunakan topi dan masker."

"Namun, hasil pemeriksaan Provos terhadap saksi Siswa Panehas Satria, menerangkan Panehas disuruh oleh Siswa Valyano untuk memukul punggung bagian belakang menggunakan sapu lidi dengan maksud ditunjukkan kepada orang tuanya," demikian bunyi paparan yang ditampilkan SPN Polda Jabar dalam RPD bersama Komisi III DPR RI.

Bahkan, menurut kesaksian Panehas, ia diminta Boni berbohong dengan berkata pada orang tua Boni, sang anak dipukul di bagian pipi.

"Siswa Valyano menyuruh Siswa Panehas saat nanti bertemu orang tua Yang Bersangkutan, untuk memberi tahu bahwa Yang Bersangkutan habis dipukul di bagian pipi," bunyi kesaksian Panehas.

Selain Panehas, siswa lainnya, Rafi Arya Ramadhani, mengaku melihat Boni baik-baik saja saat berada di Poliklinik.

"Berdasarkan keterangan siswa Rafi Arya Ramadhani, justru saat kejadian pemukulan, siswa Rafi Arya Ramadhani melihat siswa Valyano sedang tertidur di Poliklinik dan baik-baik saja."

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Bantah Valyano Boni Idap NPD, Veronica Putri Sebut Anaknya Jadi Korban Bully di SPN Polda Jabar, .

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved