Berita Viral
Tak Alami Gangguan Jiwa, Kabid Dokkes Sebut Valyano, Siswa SPN yang Dipecat Cerdas di Atas Rata-rata
Kabid Dokkes Polda Jabar Kombes Dr. Nariyana yang menyatakan Valyano tidak mengalami gangguan jiwa.
TRIBUNSUMSEL.COM - Valyano Boni Raphael, namanya belakangan jadi buah bibir usai dipecat dari siswa Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Jawa Barat 6 hari jelang pelantikan.
Ia dipecat karena diduga didiagnosis gangguan kepribadian narsistik atau Narcissictic Personality Disorder (NPD).
Dugaan itu diungkap oleh Anggota Bagian Psikologi SDM Polda Jabar, Ipda Ferren Azzahra Putri.
Bagaimana kondisi kejiwaan Valyano sebenarnya ?
Kabid Dokkes Polda Jabar Kombes Dr. Nariyana menyatakan Valyano tidak mengalami gangguan jiwa.
"Siswa dinyatakan tidak mengalami gangguan jiwa. Awal seleksi spesialis jiwa, kasus seperti ini harus kami tingkatkan," katanya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Komisi III DPR RI antara pihak siswa dengan SPN Polda Jabar di gedung DPR pada Kamis, (6/2/2025).
Sampai kemudian Kabid Dokkes meminta rekomendasi dari sub spesialis Dr Adi Kurnia bersama timnya.
"Kesimpulannya pada terperiksa Valyano saat ini tidak ditemukan adanya tanda atau gejala gangguan jiwa yang cukup bermakna yang dapat menggangu aktifitas sehati-hari. Terperiksa masih memiliki potensi yang dapat mendukung menjalankan tugas dalam menjalani pendidikannya," katanya.
Bahkan berdasar hasil pemeriksaan, Valyano juga disebut memiliki kecerdasan di atas rata-rata.
"Memiliki kecerdasan yang tergolong rata-rata di atas IQ 109 atau skala pm 60. Memiliki fungsi berpikir memadai untuk memahami pekerjaan yang teratur dan struktur," jelasnya.
Baca juga: Ini Jejak Karier AKBP Bonifacius Surano Ayah Valyano Siswa SPN Polda Jabar Dipecat, Eks Wakapolres
Namun memang Valyano memiliki kemampuan menyampaikan ide pikiran, namun cara berpikirnya kurang matang.
"Terperiksa memiliki kerentanan yang perlu diantisipasi agar mampu menjalani pendidikannya dengan baik yaitu terperiksa memiliki kemampuan untuk menyampaikan ide pikiran yang cukup baik hanya saja cara berpikirnya yang kurang matang dan cenderung mencari solusi yang cepat dan instant ketika menghadapi masalah atau situasi tekanan," katanya.
Selain itu Valyano memiliki kebutuhan besar dalam menonjolkan diri serta validasi dari orang lain.
"Terperiksa memiliki kebutuhan yang cukup besar dalam menonjolkan diri dan mendapatkan pengakuan orang lain sehingga menjadikan terperiksa rentan untuk mengalami masalah karena sikap dan perilaku yang disalahartikan oleh lingkungan yang belum mengenalnya," jelasnya.
Baca juga: Sosok Kombes Dede Yudi Ferdiansyah Kepala SPN Polda Jabar Ungkap Alasan Valyano Dipecat,Eks Kapolres
Ipda Ferren Sebut Valyano Idap NPD
Dilansir dari Tribunnews, Anggota Bagian Psikologi SDM Polda Jabar, Ipda Ferren Azzahra Putri juga memberikan pernyataan dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi III DPR RI terkait pemberhentian Valyano dari statusnya sebagai Bintara SPN Polda Jabar.
"Yang bersangkutan (Valyano Boni Raphael) itu NPD, hanya saja yang kami sebutkan pada saat pemulangan itu salah satu contoh perilaku yang menjurus kepada NPD," kata Ferren, dikutip dari tayangan YouTube TVR Parlemen, pada Minggu (9/2/2025).
Ferren lalu menjelaskan sejumlah perilaku Valyano yang menjurus ke NPD.
"Contoh anak kami dinyatakan NPD adalah saat lari bersama siswa anak kami bersorak 'Brimob' dan itu dianggap oleh Bakpesi Polda Jabar NPD," kata Ferren di DPR RI.
Ipda Ferren juga menyebut perilaku lain Valyano yang menjurus ke NPD adalah ketika meminta fasilitas kesehatan yang tak sesuai aturan di SPN Polda Jabar.
"Merasa memiliki hak lebih. Kami dapat data dari SPN yang bersangkutan tidak ingin dirawat di rumah sakit Polri saat impaksi gigi, ingin dirawat di Siloam ingin mendapat fasilitas terbaik," ujar Ferren.
Baca juga: Kisah Valyano Sempat Depresi Gegara Dipaksa Masuk TNI, Kini Cita-cita Jadi Polisi Pupus Usai Dipecat
Dikatakan Ferren, Valyano juga melakukan eksploitasi interpersonal karena pernah menyuruh siswa SPN lain menyabetkan lidi ke punggungnya.
"Dengan maksud seolah dipukuli pengasuh. Karena dilakukan pemeriksaan tidak terbukti adanya pemukulan dan penculikan tersebut, Propam kami sudah melaksanakan pemeriksaan," katanya.
Ibunda Valyano Beri Penjelasan di Gedung DPR
Dalam rapat dengar pendapat di Gedung DPR, Veronica Putri Amalia selaku ibu memberikan penjelasan terkait kondisi anaknya.
Sang ibu mengakui anaknya memang pernah dikeluarkan dari TNI AL karena saat itu anaknya memang mengalami depresi.
"Status anak kami dikeluarkan dari TNI betul depresi karena saya yang memaksa anak kami waktu masuk TNI, jadi tidak sesuai hati nurani karena dia ingin masuk polisi," katanya.
Namun, menurut sang ibu, Valyano gagal lolos polisi karena buta warna bukan karena depresi.
"Anak kami tidak bisa masuk polisi karena anak kami buta warna parsial dan bisa masuk TNI dengan jalur menembak. Depresinya anak kami karena memang tidak sesuai dengan keinginan hati nuraninya dia," katanya.
Sang ibu juga menyangsikan bila Valyano mengalami depresi selama menjalani pendidikan di SPN Polda Jabar.
"Kalau saya, dikatakan anak saya depresi di SPN, saya rasa tidak mungkin karena itu cita-citanya di polisi atas kehendak dia," katanya. Valyano juga disebut dikeluarkan setelah didiagnosis gangguan kepribadian narsistik atau Narcissictic Personality Disorder (NPD).
"Anak saya dikatakan mengalami gangguan jiwa, NPD, psikopat," kata Veronica.
Namun berdasarkan hasil pemeriksaan oleh ahli kejiwaan, kata dia, Valyano dinyatakan sehat.
"Hasilnya sehat secara pemeriksaan psikolog dan kesehatan jiwa di mana dilakukan oleh dokter," kata dia lagi.
Ibu Valyano Juga Sebut Adanya Dugaan Penganiayaan
Tidak hanya mengungkap kondisi kejiwaan, Veronica juga melaporkan adanya dugaan penganiayaan yang dilakukan terhadap anaknya.
"Pada Kamis dini hari anak kami dibawa keluar dari barak oleh orang berbaju hitam-hitam dengan hoodie, anak kami diminta mengikuti selasar SPN. Sesampainya di selasar anak kami ditutup dengan penutup kepala hitam," kata dia, seperti dilansir dari TribunJabar.id.
Kemudian menurut dia, sang anak mengalami penganiayaan berupa tamparan yang membuat jahitan di giginya copot.
Valyano juga mengaku dicambuk menggunakan lidi.
Saat itulah, Valyani Boni Raphael mendengar orang tersebut menyebutkan nama ayahnya.
Diketahui, ayah Valyano merupakan pejabat kepolisian yaitu AKBP Bonifacius Surano yang pernah menjabat sebagai Kasat Lantas Polrestro Depok.
"Yang paling anak saya ingat adalah, kamu anak AKBP Bonifacius ya? Anak saya bingung, kenapa harus ada nama bapaknya disebut," kata Veronica.
Veronica juga mengaku heran kenapa suaminya dilibatkan dalam hal itu.
"Yang jadi pertanyaan saya, kenapa dia bawa nama ayahnya," tandasnya.
Alasan Pemecatan Valyano Diungkap SPN Polda Jabar
Kepala SPN Polda Jabar Kombes Dede Yudi Ferdiansyah menjelaskan Valyano Boni Raphael dikeluarkan karena dua alasan.
Alasan pertama adalah karena Valyano tidak mengikuti jam pelajaran lebih dari jumlah hari yang diperbolehkan sesuai ketentuan SPN Polda Jabar.
Kedua, Valyano juga ternyata pernah mengikuti pendidikan Kodiklat TNI AL tahun 2023 lalu, namun dikeluarkan karena terindikasi memiliki gangguan kejiwaan.
Sehingga Valyano dinilai telah berbohong karena tidak mengaku pernah mengikuti pendidikan militer ketika penelusuran mental kepribadian (PMK).
"Saat pengisian Litpers atau PMK, penelusuran mental kepribadian, yang bersangkutan ini tidak pernah mengikuti pendidikan militer ataupun latihan militer. Jadi di sini disebutkan tidak pernah ada,” kata Kombes Dede dalam rapat dengar pendapat.
Ia juga menyebutkan bukti yang menjadi dasar keputusan yang diambil oleh pihak SPN Polda Jabar.
“Ini kami sampaikan ada surat dari Kodiklat Angkatan Laut bahwa adanya dikeluarkan kehilangan sebagai siswa, status sebagai siswa kembali ke masyarakat dan dikembalikan ke orang tua dengan alasan menderita sakit dan tidak mengikuti pelajaran selama 69 hari. ketidakhadiran melebihi 10 hari jumlah seluruh jam pelajaran," jelasnya.
Sahroni Sebut Pernyataan Ipda Ferren adalah Luapan Kebencian
Pernyataan Ipda Ferren seketika langsung dihentikan oleh Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Ahmad Sahroni.
Menurut Sahroni, apa yang disampaikan Ferren merupakan luapan kebencian dan bukan faktual dari cerita yang terjadi.
"Ini sudah meluapkan kebencian ini nggak baik, nggak boleh, ini nggak bisa. Ini bukan faktual dari cerita yang terjadi ini hanya kebencian. Masa menuduh si ini nggak bener si itu nggak bener, apa ibu bener? belum tentu," kata Sahroni.
"Jangan melakukan laporan ini atas kebencian, analisa ini analisa itu. Ibu melaporkan ini sama saja melaporkan ini anak nggak benar, hanya kebencian yang ibu laporkan itu," kata Sahroni.
Sahroni juga turut menegur Kepala SPN Polda Jabar terkait pernyataan yang dibuat anak buahnya.
“Pak Kepala SPN, enggak bisa begini, Pak. Ini cara melaporkan cuma analisa kebencian kepada seseorang. Ini harus dievaluasi Pak. Rusak SPN kalau seperti ini. Ini bisa terjadi kepada orang lain. Bapak enggak suka sama dia, bikin aja laporan. Pak, rusak pak,” ujarnya.
Pernyataan Sahroni tersebut menanggapi pernyataan dari Bap Psikologi Polda Jabar, Ipda Ferren saat menjelaskan dugaan kondisi kesehatan Valyano.
Ahmad Sahroni juga sempat melayangkan beberapa pertanyaan kepada Valyano yang hadir dalam rapat tersebut.
"kamu gak gila kan ?" tanya Ahmad Sahroni.
"Siap tidak," jawab Valyano.
Awal mula permasalahan terjadi ketika Valyano Boni yang merupakan siswa berpangkat Bintara di SPN Polda Jabar dipecat oleh institusi tempatnya belajar.
Pemecatan dilakukan pada tanggal 3 Desember 2024 atau hanya berselang enam hari dari tanggal pelantikan Valyano sebagai anggota Polri.
Merasa tidak terima dengan keputusan tersebut, orangtua Valyano akhirnya melaporkan peristiwa tersebut kepada Komisi III DPR RI.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Begini Duduk Perkara Pemecatan Siswa SPN Polda Jabar yang Dibahas Komisi III DPR RI"
Baca berita lainnya di Google News
Bergabung dan baca berita menarik lainnya di saluran WhatsApp Tribumnsumsel.com
PENGAKUAN Saksi Mata Lihat Mobil Rantis Brimob Lindas Ojol Saat Bubarkan Demonstran, Semua Dihajar |
![]() |
---|
MOBIL Baraccuda Brimob Lindas Driver Ojol di Pejompongan, Korban Dikabarkan Meninggal Dunia |
![]() |
---|
Leganya Ridwan Kamil Hasil Tes DNA Buktikan CA Bukan Anaknya, Fitnah Lisa Mariana Terpatahkan |
![]() |
---|
Ini Pekerjaan Sintya Cilla Buat Denny Sumargo Syok, Rela Berkorban Uang Demi Ketemu Dj Panda |
![]() |
---|
Pekerjaan Mentereng Salsa Erwina Berani Tantang Ahmad Sahroni Debat Terbuka, Tinggal di Denmark |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.