Seputar Islam

Contoh Teks Khutbah Jumat Tentang Hari Ibu Edisi 6 Desember 2024, Menyentuh Hati dan Penuh Makna

Kaum Muslimin, Jamaah Jumat Rahimakumullah, Peringatan Hari Ibu yang diselenggarakan di berbagai negara, termasuk di Tanah Air kita setiap 22 Desember

Tribunsumsel.com
Contoh Teks Khutbah Jumat Tentang Hari Ibu Edisi 6 Desember 2024, Menyentuh Hati dan Penuh Makna 

Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Jumat Hafidzakumullah

Menilik kehidupan masyarakat sekuler seperti di negara-negara Barat, ada beberapa keluarga yang memandang orang tua mereka sebagai beban hidup. Banyak dari mereka yang kemudian memasukkan orang tuanya ke panti-panti jompo karena tidak sanggup melayani dan berkhidmat kepada mereka.

Dalam momen seperti Hari Ibu, mereka berbondong-bondong mendatangi para orang tuanya, memuliakan, membawakan hadiah, makanan, dan minuman. Setelah itu, keadaan yang sunyi kembali dirasakan oleh para ibu. Mereka ditinggal oleh anak anak yang telah ia lahirkan antara hidup dan mati, yang ia rela berkorban demi kehidupan anak-anaknya. Mereka dilupakan begitu saja.

Beragam cara telah diajarkan Islam dalam berbakti kepada ibu. Pertama, berlaku baik dengan mengutamakan kebaikan kepada ibu sebelum melakukannya kepada orang lain dan mencegahnya dari semua hal yang menganggu atau membuatnya merasa tidak nyaman. Ibu adalah sosok yang paling berhak mendapatkan perlakuan terbaik yang bisa kita lakukan.

Dalam hadits disebutkan,

يا رَسُولَ الله من أَحَقُّ الناس بِحُسْنِ صَحَابَتِي قال أُمُّكَ قال ثُمَّ من قال ثُمَّ أُمُّكَ قال ثُمَّ من قال ثُمَّ أُمُّكَ قال ثُمَّ من قال ثُمَّ أَبُوكَ

“Ada seseorang yang datang menghadap Rasulullah dan bertanya, “Ya Rasulallah, siapakah orang yang lebih berhak dengan kebaikanku?” Jawab Rasulullah, “Ibumu.” Ia bertanya lagi, “Lalu siapa?” Jawabnya, “Ibumu.” Ia bertanya lagi, “Lalu siapa?” Jawabnya, “Ibumu.” Ia bertanya lagi, “Lalu siapa?” Jawabnya, “Ayahmu.” (HR: Bukhari-Muslim)

Diriwayatkan juga :

أن جاهمة جاء إلى النبي  صلى الله عليه وسلم  فقال يا رسول الله أردت أن أغزو وقد جئت أستشيرك فقال هل لك من أم قال نعم قال فالزمها فإن الجنة تحت رجليها

“(Ada seorang bernama) Jahimah datang kepada Nabi lalu berkata, “Ya Rasulullah, aku hendak berjihad, aku menemuimu untuk meminta pendapatmu.” Rasul berkata, “Apakah engkau memiliki ibu?” Ia menjawab, “Iya,” Rasul berkata, “Senantiasalah bersamanya, sesungguhnya surga berada di bawah kedua kakinya.” (HR: Nasa’i)

Kedua, memenuhi segala kebutuhan ibu kita. Seorang anak yang berbakti harus cerdas dalam mengetahui apa yang menjadi kebutuhan ibunya, kemudian berusaha memenuhi sesuai kemampuan yang dimilikinya.

Karena banyak dari ibu yang merasa sungkan dan malu untuk meminta langsung. Di sinilah diperlukan kepekaan dari diri kita sebagai anak sehingga kita dapat menunaikan kebutuhan ibu kita. Caranya dengan sering duduk bersamanya.

Kita bisa belajar banyak kepada Sayidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Beliau tidak berani makan bersama ibunya, padahal beliau ini termasuk anak yang sangat berbakti kepadanya.

Ketika ditanya mengapa ia tidak pernah makan bersama ibunya, ia menjawab, “Aku takut saat makan bersama ibuku, tanganku terlebih dahulu mengambil makanan yang sebenarnya diinginkan oleh ibuku, tanpa aku sadari. Dengan demikian aku menganggap hal ini sebagai perbuatan durhaka kepadanya.”

Ketiga, membantu dan berkhidmat dengan sebaik-baiknya kepada ibu. Kita mesti mengetahui apa yang menjadi kesukaan ibu kita dan apa yang tidak disukai.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved