Berita Derap Nusantara

Tak Mudah menjadi Tangkas Seperti Prajurit TNI AU

Beberapa dari mereka ada yang dapat melewati satu per satu rintangan tersebut, tetapi tak sedikit pula yang kesulitan bahkan sampai terjungkal.

Editor: Sri Hidayatun
ANTARA
Dari corong pelantang, seorang perwira TNI Angkatan Udara memperkenalkan jenis-jenis halang rintang yang merupakan menu latihan dasar para prajurit siswa yang menempuh pendidikan di Skadron Pendidikan (Skadik) Pangkalan Udara (Lanud) Adi Soemarmo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. 

Lettu Herry, saat ditemui selepas latihan, menjelaskan latihan halang-rintang itu melatih sekaligus menguji ketangkasan, kelincahan, dan kemahiran prajurit dalam menghadapi wilayah yang ekstrem, misalnya yang mengharuskan mereka untuk memanjat atau lompat dari ketinggian.

Oleh karena itu, latihan ketangkasan halang rintang tak terbatas hanya untuk prajurit siswa, tetapi juga dapat menjadi menu latihan pratugas prajurit yang bakal dikirim ke daerah-daerah operasi.

“Materi halang rintang ini dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan,” kata Herry.

Pada tahap awal prajurit menjalani latihan itu tanpa harus membawa beban, tetapi setelahnya mereka harus melewati rintangan dengan mengenakan seragam lengkap, memanggul senjata, dan membawa ransel yang berisi perlengkapan tugas.

“Untuk seorang prajurit, bobot yang mereka bawa kira-kira seberat 10 kilogram. Itu terdiri atas senjata yang bobotnya bisa 3,5 kilogram, kemudian ransel di punggung bisa 5 kilogram, kemudian ada seragam PDL lengkap, sepatu lars, helm,” kata Herry.

Rata-rata waktu yang dibutuhkan prajurit terlatih untuk melewati 20 halangan dan rintangan sepanjang 400 meter dengan berlari itu kurang lebih 2 menit, Herry menambahkan.

Sementara, untuk rombongan warga sipil yang dibawa oleh Dinas Penerangan TNI AU ke Kompleks Skadik 403 Lanud Adi Soemarmo minggu ini, waktu yang dibutuhkan hampir mencapai 1 jam untuk melewati seluruh halang-rintang yang ada.


Kawah candradimuka prajurit

Lanud Adi Soemarmo yang berada di wilayah Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali di Jawa Tengah menjadi kawah candradimuka untuk menempa para tamtama, bintara, prajurit wanita TNI AU yang disebut juga Wanita Angkatan Udara (Wara), kemudian para prajurit yang bakal menjadi polisi militer (Pom) TNI AU.

Penggemblengan itu, yang terdiri atas Skadik 401, Skadik 402, Skadik 403, Skadik 404, bernaung di bawah Wing Pendidikan 400/Pertama Pembentukan Kejuruan (Matukjur) Lanud Adi Soemarmo.

Komandan Lanud Adi Soemarmo Marsekal Pertama (Marsma) TNI Bambang Juniar saat ditemui di sela-sela kegiatannya di Lanud Adi Soemarmo menjelaskan Skadron 401 untuk pendidikan prajurit wanita TNI AU, Skadik 402 untuk bintara TNI AU, Skadik 403 untuk tamtama TNI AU, dan Skadik 404 fokus untuk kejuruan polisi militer TNI AU.

“Selain empat skadik itu, ada juga Setukpa (Sekolah Pembentukan Perwira) yang setiap tahun itu ada dua kali atau dua angkatan dalam setahun. Sementara itu, untuk para siswa bintara ini mengikuti pendidikan selama 5 bulan di Skadik 402,” kata Marsma Bambang.

Dia mengatakan untuk Skadik 401, 402 dan Skadik 403, fokus utama pendidikan untuk membentuk apra siswa, yang semula merupakan warga sipil, menjadi prajurit.

Karakter utama seorang prajurit, sebagaimana yang tertulis di tembok-tembok kompleks Lanud Adi Soemarmo, di antaranya tanggap, tanggon, dan trengginas.

“Jadi lebih kepada basic (dasar-dasar) kemiliteran, misalnya bagaimana mereka baris-berbaris, bagaimana hukum militer, ya diajarkan dasar-dasarnya,” kata Komandan Lanud Adi Soemarmo.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA
    KOMENTAR

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved