Seputar Islam

Hukum Sholat tapi Diam Saja Hanya Membaca di Dalam Hati, Bolehkah? Penjelasan Ustadz Ahmad Mundzir

Masing-masing dari 5 hukum qauli ini harus diucapkan oleh orang yang sholat tidak boleh hanya di batin saja. Kalau hanya dibatin dihitung bukan sholat

Penulis: Lisma Noviani | Editor: Lisma Noviani
tribunsumsel/lisma
Hukum Sholat tapi Diam Saja Hanya Membaca di Dalam Hati, Bolehkah? Penjelasan Ustadz Ahmad Mundzir 

TRIBUNSUMSEL.COM --  Dai sekaligus Ulama Nahdatul Ulama (NU) Ustadz Ahmad Mundzir menjelaskan tentang hukum sholat tapi diam saja, alias hanya membaca bacaan sholat di dalam hati (batin). Boleh atau tidak ?

Dikutip dari platform media sosial @nuonline_id, Ustadz Ahmad Mundzir mengatakan saat sholat, ada 5 hukum qouli yang wajib dilaksanakan orang yang sholat.

1. Saat Takbiratul ihram
2 Saat mengucapkan Al fatihah
3. Saat tahiyat akhir
4. Saat sholawat nabi
5. Dan saat salam

"Masing-masing dari lima hukum qauli ini harus diucapkan oleh orang yang sholat tidak boleh hanya di batin saja. Kalau hanya dibatin, dihitung bukan sebagai orang yang sholat," katanya
"Orang yang membaca lima kalimat tersebut, minimalnya adalah dia mampu memperdengarkan ke telinganya sendiri," kata Ustads Ahmad.


Dasarnya apa?

"Imam Nawawi dalam kitab Al Adzkar menjelaskan, yang artinya:
dzikir atau bacaan-bacaan dzikri aik dalam shloat atau di luar sholat itu tidak akan dihitung apa-apa kalau tidak diucapkan.   Minimal (diucapkan) sampai di telinganya sendiri dalam kondisi normal"

"Atas dasar ini kalau lima hukum qouli dalam sholat tadi, hanya diucap di batin, tidak diucap di lisan melalui mulut maka sholatnya tidak sah," penjelasan Ustadz Ahmad Mundzir.


Dengan Hati dan Lisan

Tentang dzikir, dikutip dari rumaysho.com
Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah berkata, “Jika disebut dzikir pada Allah, maka mencakup dzikir dengan memiliki akidah yang benar pada Allah, dzikir dengan pikiran, dzikir dengan amalan hati, dzikir dengan amalan badan, atau dzikri dengan memuji Allah, atau dzikir juga bisa dengan mempelajari dan mengajarkan ilmu yang bermanfaat dan semacam itu. Semua termasuk dzikir pada Allah Ta’ala.” (Ar-Riyadh An-Nadhroh, hal. 245)

Akan tetapi, dzikir yang terpenting adalah dengan hati, bukan hanya gerakan bibir semata sebagaimana yang disebutkan dalam ayat,

وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ

“Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya.” (QS. Al-Kahfi: 28). Kata Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah, makna orang yang lalai dari dzikir di antaranya adalah orang yang berdzikir dengan lisan namun tidak dengan (perenungan) hatinya. (Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Surat Al-Kahfi, hal. 62)

Bentuk dzikir dengan hati adalah dengan memikirkan ayat-ayat Allah, mencintai Allah, mengagungkan Allah, kembali pada Allah, takut pada Allah, tawakkal pada Allah, dan amalan hati lainnya.

Bentuk dzikir dengan lisan adalah mengucapkan dengan perkataan yang mendekatkan diri pada Allah. Bentuk dzikir lisan yang utama adalah dzikir ‘laa ilaha illallah’.

Bentuk dzikir dengan jawarih (anggota badan) adalah dengan perbuatan yang mendekatkan diri pada Allah seperti dengan berdiri ketika shalat, dengan ruku’, sujud, jihad dan menunaikan zakat.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved