Mahasiswa STIP Jakarta Tewas
5 Fakta Tegar Aniaya Putu Juniornya di STIP Jakarta Berujung Meninggal Dunia, Ibunda Kecewa Berat
deretan fakta-fakta terkait Tegar Rafi Sanjaya(21), tersangka penganiayaan terhadap juniornya, Putu Satria Ananta Rustika di STIP Jakarta
Penulis: Aggi Suzatri | Editor: Moch Krisna
TRIBUNSUMSEL.COM- Ini deretan fakta-fakta terkait Tegar Rafi Sanjaya(21), tersangka penganiayaan terhadap juniornya, Putu Satria Ananta Rustika di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta.
Tegar Rafi Sanjaya merupakan senio tingkat 2 di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta.
Diketahui, korban Putu Satria Ananta Rustika tewas mengalami lebam pada bagian ulu hati usai dihabisi Tegar di Cilincing, Jakarta Utara, Jumat (3/5/2024) pagi.
Pihak keluarga tersangka sendiri mengaku syok dan tak menyangka jika Tegar melakukan tindak penganiayaan berujung tewaskan juniornya.
Baca juga: Inilah Tampang TRS, Senior Taruna STIP yang Aniaya Juniornya Putu Hingga Tewas, Ditetapkan Tersangka
Atas perbuatannya, tersangka dijerat pasal 3380 jo subsider 351 ayat 3 dengan ancaman hukuman penjara 15 tahun.
Berikut 5 fakta Tegar Rafi Sanjaya senior tersangka penganiayaan juniornya, yang telah dirangkum Tribunsumsel.com.
1. Ditetapkan Tersangka
Sebagai informasi, Tegar ditetapkan sebagai tersangka dengan jeratan pasal 338 KUHP tentang pembunuhan juncto pasal 351 KUHP tentang penganiayaan berat.
Atas perbuatannya, Tegar terancam hukuman 15 tahun penjara.
TRS muncul mengenakan baju oranye tahanan dan wajah tertutup setengah menggunakan masker.
Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Pol Gidion Arif Setyawan mengatakan, pihaknya telah memeriksa sebanyak 36 orang, yang di antaranya merupakan taruna dan pengasuh di STIP, dokter dan ahli.
Pihaknya telah mempelajari rekaman CCTV yang ada.
"Maka kami menyimpulkan tersangka tunggal di dalam peristiwa ini yaitu TRS. Salah satu taruna STIP Cilincing tingkat 2," kata Gidion, kepada wartawan di kantor Polres Metro Jakarta Pusat, Sabtu (4/5) malam, dilansir dari Kompas.com.
Kasus dugaan perpeloncoan maut ini awalnya diketahui setelah ada laporan bahwa korban dilarikan ke RS Tarumajaya, Kabupaten Bekasi.
Korban kemudian diperiksa dan ternyata diduga tewas akibat mengalami kekerasan fisik di dalam kampus STIP Jakarta, Cilincing, Jakarta Utara.
"Saya rasa CCTV cukup clear untuk menceritakan rangkaian peristiwa itu, karena kegiatan ada di kamar mandi, ini kegiatan yang memang tidak dilakukan secara resmi oleh lembaga, ini kegiatan perorangan mereka, jadi tidak dilakukan secara terstruktur ataupun kurikulum ya," papar Kapolres.
Gidion menyampaikan, kehidupan senioritas menjadi motif dari kasus ini.
Gidion menilai ada arogansi senioritas yang ditemukan pihaknya.
Baca juga: Alumni Ungkap Senioritas di Kampus STIP Jakarta, Wajib Panggil Kakak Tingkat Nior Meski di Luar
2. Dicopot Dari Taruna STIP
Tersangka Tegar kini dicopot dari status taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP).
"Untuk terduga taruna pelaku, BPSDM Perhubungan akan langsung mencopot statusnya sebagai taruna agar tidak mengganggu proses hukum," kata Kepala Bagian Umum Sekretariat BPSDMP Ariandy Samsul B, dalam keterangannya, Sabtu (4/5/2024).
Sementara itu, Ariandy menambahkan manajemen kampus juga bertanggung jawab dan kooperatif terhadap proses penyidikan yang dilaksanakan kepolisian sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Dia mengimbau kampus lainnya meningkatkan pengawasan secara ketat terkait kegiatan taruna.
"Ini untuk mencegah terulangnya kejadian sesuai peraturan pola pengasuhan,” ujarnya.
3. Keseharian Tegar
Keluarga Tegar Rafi Sanjaya dikabarkan hingga kini masih mengalami syok berat mengetahui putranya terlibat dalam penganiayaan.
Paman Tegar, Triyono saat ditemui di kediamannya Jalan H Banir, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi, Triyono masih kerap mengeluarkan air mata ketika ditanya awak media mengenai kasus tersebut.
Tegar Rafi Sanjaya ternyata dikenal dengan sopan dan baik.
Ia mengaku masih sangat terkejut mengetahui Tegar tega melakukan penganiayaan itu.
Menurutnya, keponakannya itu dikenal baik dan sopan kepada saudara-sudaranya.
"Kami menilai Tegar itu anak baik, sopan sama kami, saudara semua juga sopan, kaget aja," kata Triyono, dikutip dari Wartakotalive.com, Rabu (8/5/2024).
Selain itu Triyono mengucapkan imbas kesedihannya itu membuat pola makan dirinya sudah tiga hari menjadi berantakan.
"Makan jadi tidak teratur juga, udah tiga hari ini kepikiran," paparnya.
Ternyata Tegar sempat dinasehati ibundanya Sri untuk tidak nakal di kampusnya selama menjalani pendidikan sekolah ilmu tinggi pelayaran (STIP)
Namun hal tersebut bak tak didengar Tegar setelah melakukan penganiayaan terhadap juniornya bernama Putu Satria Ananta Rustika (19) berujung tewas.
Nasehat tersebut diberikan sang ibunda manakala Tegar kembali pulang ke rumahnya di Kampung Bulak Jati Asih Bekasi beberapa hari sbeelum kejadian.
Baca juga: Habisi Nyawa Junior di STIP, Tegar Sempat Dinasehati Ibu Sebelum Kejadian : Jangan Nakal Sama Teman
Sri saat itu menasihati anaknya tersebut agar berperilaku baik dan akur dengan teman di tempatnya menimba ilmu STIP.
"Sebelum kejadian hari Selasa tanggal merah dia (Tegar) pulang," kata Triyono paman tersangka, Minggu (5/5/2024).
Kemudian dikatakan Triyono, ibunda Tegar menceritakan hal itu kepada dirinya pada malam harinya.
"Kemarin Yon baru saya bilangin, Tegar jangan nakal di sekolah," kata Triyono menirukan perkataan Sri.
Tidak tahunya, kata Triyono tidak lama terjadi kejadian penganiayaan terhadap juniornya,
"Orang tua sudah wanti-wanti jangan nakal sama teman harus akur," tiru Triyono kembali.
4. Ibu Tegar Kecewa Pilih Mengurung Diri
Kecewa besar dirasakan keluarga dari Tegar Rafi Sanjaya (21) tersangka penganiayaan mahasiswa sekolah ilmu tinggi pelayaran (STIP) bernama Putu Satria Ananta Rustika.
Ibu Tegar, Sri, sempat lemas lantaran tak menyangka putranya menewaskan juniornya, Putu Satria Ananta Rustika (19).
Menurut Triyono, bahwa sang ibu sangat kecewa dengan apa yang dilakukan Tegar.
"Ya Allah Tegar tega sekali sama mama. Mama cari uang buat kamu bangun pagi, pulang malam. Kamu tega begitu sama mama." kata Triyono menirukan perkataan Sri.
Triyono juga mengaku tak menyangka Tegar melakukan hal tersebut.
"Saya tidak percaya, segitunya Tegar sampai kejadian seperti itu," jelasnya.
Menurut Triyono, kondisi Sri hingga saat ini sangat lemas.
“Syoknya ibunya sudah tiga sampai lima hari ini, lemes aja keadaan fisiknya,” kata Triyono.
“Saya juga syok lemas, apalagi pas benar dinyatakan tersangka, ibunya Tegar juga lemas sembari nangis,” ujarnya.
Sri merasa syok hingga mengurung diri dan menghindari komunikasi dari pihak manapun.
"Sempat tidak di rumah dan tidak tahu kemana, itu untuk nenangin pikiran, dan bukan menghindar, saya hari Kamis (2/5/2024) ke rumahnya memang udah lemes banget kayak abis pingsan,” kata Triyono saat ditemui di kediamannya Jalan H Banir, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi, Senin (6/5/2024) lalu dilansir dari Tribun Jakarta
Tidak hanya itu, Triyono yang juga ketua RT setempat mengungkapkan orangtua Tegar dalam hal sang ibu sempat hilang komunikasi dengannya.
Rupanya orangtua Tegar itu dikabarkan sempat mencari sebuah lokasi atau tempat untuk menenangkan diri.
Kini Triyono berharap kasus tersebut dapat segera rampung.
Baca juga: Reaksi Ibu Tegar Tahu Anaknya Aniaya Junior di STIP hingga Tewas, Lemas Tak Menyangka
5. Motif Tegar Aniaya Junior Hingga Tewas
Pelaku berinisial TRS (21), menganiaya korbannya hingga tewas karena arogansinya sebagai senior.
“Motifnya ya itu, kehidupan senioritas. Jadi mungkin tumbuh rasa arogansi,” ujar Gidion di kantornya, Sabtu (4/5/2024).
Polisi menyebut, senioritas itu tampak sebelum peristiwa pemukulan terjadi.
Disebutkan bahwa TRS sempat bertanya ke korban dan empat temannya, siapa yang paling kuat di antara mereka berlima.
“Ada satu kalimat dari tersangka yang menyatakan gini, ‘Mana yang paling kuat?’," kata Gidion.
"Kemudian korban mengatakan bahwa dia yang paling kuat karena dia merasa dirinya adalah ketua kelompok dari komunitas tingkat 1 ini,” tuturnya.
Mendengar ucapan itu, TRS seketika melayangkan pukulan ke arah ulu hati korban.
“Penindakan dilakukan menggunakan tangan kosong di toilet. Mereka dipanggil ke toilet karena sang senior merasa bahwa mereka melakukan kesalahan, yang mana menggunakan baju olahraga,” ucap Gidion.
Rekaman CCTV
Rekaman CCTV yang memperlihatkan detik-detik Putu Satria Ananta Rustika (19) mahasiswa di sekolah tinggi ilmu pelayaran (STIP) Jakarta pingsan usai dianiaya senior beredar.
Dalam video tersebut, Putu kondisi sudah tak sadarkan diri terlihat dibopong oleh lima orang taruna.
Adapun salah seorang taruna yang ikut membopong yakni Tegar Rafi Sanjaya (21) kini ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan.
Tampak situasi di sekitar pada saat itu terdapat beberapa taruna STIP lainnya, namun mereka terlihat hanya halu lalang begitu saja.
Adapun terkait hal ini sebelumnya polisi juga telah menerangkan mengenai kronologi sebelum, sesaat dan setelah insiden penganiayaan yang dialami oleh Putu Satria pada Jum'at (3/5/2024) pagi lalu.

Kasat Reskrim Polres Jakarta Utara, AKBP Hady Saputra Siagian menjelaskan, saat itu, mahasiswa tingkat dua sedang ada kegiatan belajar mengajar.
Sedangkan, mahasiswa tingkat satu tengah berkegiatan olahraga.
Korban bersama keempat teman sejawatnya hendak menuju ke kamar asrama untuk memanggil rekan-rekannya yang tertinggal atau tidak mengikuti kegiatan olahraga.
Namun, saat hendak kembali untuk mengikuti kegiatan olahraga, korban bersama keempat rekannya bertemu dengan empat orang senior tingkat dua.
Para senior itu mengajak lima orang juniornya ke toilet lantaran melihat korban dan keempat temannya melakukan kesalahan lantaran mengenakan pakaian olahraga.
"Begitu turun, ketemu sama tingkat dua, mungkin ada yang salah, silihatnya menggunakan pakaian olahraga, dipanggil senior-seniornya itu," kata Hady, Sabtu (4/5/2024) lalu.
"Diajak (senior), 'ayo ikut saya'. Ketika bertemu antara taruna tingkat satu dengan taruna senior tingkat dua, melihat ada yang salah, (junior) suruh ikut ke kamar mandi," tambah Hady.
Selanjutnya, lima orang junior termasuk korban berada di dalam toilet bersama empat orang senior.
Saat itu, tersangka Tegar Rafi Sanjaya (21) sempat menyampaikan kalimat 'mana yang paling kuat?' kepada para juniornya.
Baca juga: Pemicu TRS, Senior Taruna STIP Aniaya Putu Satria Hingga Tewas, Tantang Siapa yang Paling Berani
Kemudian, korban yang merasa bahwa dia adalah ketua kelompok dari mahasiswa tingkat satu mengatakan, 'saya yang paling kuat'. Setelah itu penindakan dari senior terhadap juniornya terjadi.
"Penindakan yang dilakukan ini menggunakan kekerasan tangan kosong, tidak menggunakan alat apa-apa, jadi pemukulan menggunakan tangan kosong," kata Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Pol Gidion Arif Setyawan, kepada wartawan, Sabtu malam.
Adapun tindakan kekerasan dilakukan secara eksesif dan berakibat fatal.
Sekira pukul 07.55 WIB, korban menjadi orang pertama yang mendapatkan pemukulan dari tersangka.
Gidion mengatakan, pemukulan di bagian ulu hati korban dilakukan sebanyak 5 kali. Hal tersebut berlangsung hingga korban pingsan dan terjatuh.
Karena panik, para senior alias mahasiswa tingkat dua STIP Jakarta itu meminta empat orang mahasiswa tingkat satu keluar dari toilet.
"Di kamar mandi itu ada 5 orang (junior), korban adalah yang mendapatkan pemukulan pertama dan yang empat (rekannya) belum sempat (ditindak senior)," ucapnya.
Mengetahui korban pingsan, tersangka bersama beberapa rekan satu tingkatnya panik dan membawa korban ke ruang kelas, yang berada di samping toilet tempat kejadian perkara (TKP).
Ia mengatakan, tersangka melakukan penyelamatan dengan memasukkan tangan di bagian mulut, sehingga mengakibatkan organ vital korban tidak mendapatkan asupan oksigen.
"Menurut tersangka nih ya, penyelamatan (dengan cara) memasukkan tangan di mulut untuk menarik lidahnya. Tapi itu justru yang menutup saluran (pernapasan), korban meninggal dunia," jelas Gidion.
(*)
Baca berita lainnya di google news
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.